BAB III PROFIL SINGKAT KITAB TAFSIR JALALAIN DAN
A. Profil Singkat Tafsir Jalalain
1. Pengarang Kitab
Tafsir Jalalain adalah kitab tafsir yang ditulis oleh dua orang Imam besar, yaitu Imâm Jalâluddîn Al-Mahallî (w. 864 H) dan Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî (w. 911 H).
Penulis pertama yaitu Jalâluddîn Al-Mahallî.1 Ayat-ayat Al- Qur`an yang ditafsirkannya dimulai dari permulaan surat Al-Kahfi hingga akhir surat An-Nas, kemudian ia menafsirkan surat Al-Fatihah.
Seusai menafsirkan surat al-Fatihah, Allah swt. berkehendak lain dengan memanggilnya dalam usia 73 tahun. Dengan demikian tafsirnya belum lengkap, belum seluruh surat.2
Ia adalah seorang yang sungguh-sungguh dalam menekuni berbagai ilmu agama, antara lain fiqh, tauhid, ushul fiqh, nahwu, saraf,
1 Diantara orang-orang yang menyertakan al-Mahallî dalam namanya adalah: Ibrâhîm bin „Umar bin „Alî at-Tâjîr, Muhammad bin Ahmad al-Kamâl (saudara kandung Jalâluddîn al-Mahallî), Muhammad bin Muhammad bin Ahmad al-Badr (anak kandung Jalâluddîn al- Mahallî), as-Sirâj „Umar bin Muhammad „Alial-Wa‟îz, dan lain-lain, sebagaimana dijelaskan Syamsuddîn Muhammad bin Abdul Rahmân as-Sakhawî dalam kitabnya al-Dau‟ al-Lam‟î fî A‟yân Qarn al-Tâsi‟ yang dikutip oleh Imam Zaki Fuad, Kajian atas Kitab Hasyiah al-Sâwi
„ala Tafsîr al-Jalâlain, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 15, Nama aslinya ialah Muhammad Ibnu Ahmad Muhammad Ibnu Ibrâhîm Ibnu Ahmad Ibnu Hasyîm Al-Mahalli Asy-Syâfi‟î. Lihat, Syeikh Ahmad as-Shâwî al-Maliki, Hasyiah as-Shâwî „Alâ Tafsîr al-Jalâlain, (Bairut: Dar el-Fikr, 1993), jild. 1, h. 4, Dilahirkan di Mesir pada tahun 791 Hijriah, dan wafat pada permulaan tahun 864 Hijriah. Lihat, Imâm Jalâluddîn Al-Mahallî, Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid 1, penerjamah; Bahrun Abubakar, L.C, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2009), cet. 9, h. vi, Ia lebih dikenal dengan sebutan al-Mahallî karena namanya yang dinisbatkan pada kampung kelahirannya. Lokasinya terletak disebelah barat Kairo, tak jauh dari Sungai Nil. Lihat, Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur`an, (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008) , h. 110
2 Imâm Jalâluddîn Al-Mahallî, Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid 1, penerjamah; Bahrun Abubakar, L.C, cet. 9, h. vi
dan mantiq. Mayoritas ilmu yang dikuasainya tersebut dipelajari dengan cara otodidak, hanya sebagian kecil yang diserap dari ulama- ulama salaf.3 Ia berguru kepada Al-Badr Mahmud Al-Aqsarâ‟î, Al- Burhân Al-Bajûrî, Asy-Syams Al-Basati, Al-Alâ Al-Bukhârî, dan lain- lainnya. Dimasanya ia adalah seorang „alamah terkemuka, Ia juga terkenal seorang tokoh yang konsisten kepada pemahaman ulama salaf, sangat saleh dan wara‟, serta tidak pernah berhenti dari kegiatan ber-amar ma‟ruf dan nahi munkar, meskipun mendapat cacian orang yang mencacinya dalam membela perkara yang benar (haq).
Dalam menghadapi para pembesar dan penguasa yang zalim, dia selalu berpegang teguh kepada kebenaran. Mereka sering datang mengunjunginya, tetapi ia tidak terpengaruh oleh mereka, bahkan mereka tidak diperkenankan masuk menemuinya. Pernah ditawarkan kepadanya jabatan qadi terbesar di negerinya, tetapi ia tidak mau menerimanya. Dia lebih suka memegang majelis tadris fiqh di Al- Muayyidiyah dan Ad-Darquqiyyah.4 Dia adalah seseorang yang tabiatnya keras tidak memperdulikan apa yang diucapkan orang lain terhadapnya.5
Kitab yang ditulisnya menjadi pusat perhatian banyak orang, dari dijadikannya sebagai pegangan mereka dalam belajar.
Kelebihannya ialah gaya bahasanya sangat ringkas, data-datanya lengkap dan terseleksi, ungkapannya fasih, uraiannya dan penyelesaiannya sangat jelas. Diantara karya tulisnya ialah Syarah Jam‟ul Jawâmi‟ fîl Ushûl (tentang ushul fiqih), syarah al-Minjah
3 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur`an, h. 110
4 Imâm Jalâluddîn Al-Mahallî, Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid 1, penerjamah; Bahrun Abubakar, L.C, cet. 9, h. vi-vii
5 Muhammad Husein Adz-Dzahabî, Ensiklopedia Tafsir Jilid 1, judul asli: At-Tafsîr wa Al-Mufassirûn, diterjemahkan. H. Nabbani Idris, cet.1, h. 313
(tentang fiqh Syafi‟i), dan syarah al-waraqât (tentang ushul fiqh),6 karya yang lain yang belum sempat dia selesaikan adalah Syarah Qawâid, Syarh Tashîl, Hasyiyah „alâ Jawâhir al-Isnâwî, dan Tafsîr Al-Qur`an al-„Azhîm. Untuk kitab yang terakhir ini akan di selesaikan oleh muridnya yaitu Jalâluddîn as-Suyûthî.7
Penulis yang kedua yaitu Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî (w. 911 H), ia menafsirkan ayat-ayat atau surat-surat yang tidak sempat ditafsirkan oleh Imâm Jalâluddîn Al-Mahallî (w. 864 H), yaitu dari surat Al-Baqarah hingga akhir surat Al-Isra‟.
Imâm Jalâluddîn As-Suyûthî (w. 911 H)8 nama aslinya adalah Abul Fadl9 alias Abdur Rahmân bin Kamâl ad-Dîn Abû Bakar bin Muhammad bin Sâbiq ad-Dîn bin Fakhr ad-Dîn Utsmân bin Nashîruddîn Muhammad bin Saif ad-Dîn Khadr al-Khudairi As- Suyûthî Asy-Syâfi‟î,10 lahir pada bulan Rajab tahun 848 Hijriah, wafat malam Jum‟at, tanggal 19 Jumâdil Ûlâ 911 Hijriah. Ia seorang hafiz hadis, musnid, muhaqiq, dan telah hafal Al-Qur`an sewaktu berusia
6 Muhammad Husein Adz-Dzahabî, Ensiklopedia Tafsir Jilid 1, judul asli: At-Tafsîr wa Al-Mufassirûn, diterjemahkan. H. Nabbani Idris, cet.1, h. 313
7 Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur`an, h. 111
8 Al-Asyûthî dengan menggunakan hamzah, adalah julukan kebangsaan yang diambil dari daerah Asyût, sebuah kota di dataran tinggi Mesir. Diantara mereka yang mencantumkan al-Asyût dalam deretan namanya adalah: Muhammad ibn Muhammad bin Ahmad asy-Syaraf, ash-Shalâh Muhammad bin Abî Bakr bin „Alî, al-Kamâl- Abû Bakar bin Muhammad bin Abî Bakar, Zaki Muslim, al-Walawi, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Dan banyak dari mereka yang membuang huruf hamzah sehingga dipanggil dengan al- Suyuti, sebagaimana dijelaskan Syamsuddîn Muhammad bin Abdul Rahmân al-Sakhawî dalam kitabnya al-Dau‟ al-Lami‟ fî A‟yân Qarn al-Tasî‟ yang dikutip oleh Imam Zaki Fuad, Kajian atas Kitab Hasyiah al-Sawi „ala Tafsir al-Jalalain, (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 18
9 Jalaluddin adalah gelar dari Imam as-Suyuthi dan akrab dipanggil dengan sebutan Abul Fadl. Nama panggilan itu adalah pemberian dari gurunya yang bernama al-Izzu al- Kinani al-Hanbali. Namun dengan berjalannya waktu ia lebih di kenal dengan sebutan as- Suyuthi. Sebuah nama yang dinisbatkan kepada ayahnya yang lahir di as-Suyuth serta nama sebuah negeri yang makmur, terletak di dataran tinggi dan merupakan lokasi perniagaan yang strategis. Lihat Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur`an, h. 111
10 Syeikh Ahmad as-Shawi al-Maliki, Hasyiah as-Shawi „Ala Tafsir al-Jalalain, jild.
1, h. 4
delapan tahun, serta telah banyak menghafal kitab karya para ulama di masanya.
Orang tuanya meninggal dunia semasa ia berusia lima tahun, lalu pengasuhnya diwasiatkan kepada sejumlah ulama, antara lain Al- Kamâl ibnul Hammâm, ia belajar dari banyak guru.11 Ketika menuntut ilmu ia singgah di beberapa negara seperti, Syam, Hijaz, Yaman, India dan Maroko.12
Imâm As-Suyûthî (w. 911 H) adalah seorang ulama paling terkemuka dimasanya dalam bidang ilmu hadis dan semua cabangnya, sanadnya, dan kesimpulan hukum-hukum yang dikandungnya. Dia telah hafal dua ratus ribu buah hadis, dan seandainya ia menemukan yang lebih banyak lagi, niscaya dia mampu menghafalnya, dia juga memiliki banyak karya.13
Imam As-Suyûthî (w. 911 H) dalam menafsirkan tafsir Jalalain ia mengikuti metode yang telah ditempuh oleh Imâm Jalâluddîn Al- Mahallî (w. 864 H), seperti dalam mengemukakan pemahaman tentang
11 Menurut hitungan muridnya yang bernama Ad-Daudi, guru Imâm As-Suyûthî ada lima puluh satu orang. Ad-Daudi (w. 945 H) menghitung pula hasil karya tulisnya, ternyata seluruhnya lebih dari lima ratus buah. Ia juga merupakan seorang piawai dalam kecepatan menulis, Imâm As-Suyûthî (w. 911 H) dalam menulis, ternyata dalam satu hari beliau mampu menulis sebanyak tiga file karya tulis. Lihat, Imam Jalaluddin Al-Mahalli, Imam Jalaluddin Asy-Suyuti, Terjemahan Tafsir Jalalain berikut Asbabun Nuzul Jilid 1, penerjamah; Bahrun Abubakar, L.C, cet. 9, h. vii
12 Disana ia belajar dengan beberapa orang ulama terkemuka. Misalnya, Jalâluddîn al- Mahallî (w. 864 H), Ahmad bin „Alî Syamsahi (guru ilmu waris), al-Bulqaini (guru fikih), asy-Syamani (guru hadis, ushul fikih, teologi, dan nahwu), al-Izzul Hanbali (guru hadis, bahasa Arab, dan sejarah) dan lainnya. Selain guru laki-laki ia juga berguru kepada sebagian ilmuan perempuan, seperti Aisyah binti Jârullâh, Ummu Hani binti Abdul Hasan, Salihah binti Ali, Niswan binti Abdullah al-Kanani, dan Hajar binti Muhammad al-Misriyah. Lihat, Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir Al-Qur`an, h. 112
13 Ketenaran hasil karyanya tidak disangsikan lagi karena telah menyebar diseluruh kawasan Timur dan Barat serta diterima oleh banyak orang. Setelah usianya menginjak empat puluh tahun, beliau istirahat dari kegiatan menulisnya dan mengisi sisa usianya hanya untuk beribadah kepada Allah serta berpaling dari dunia dan penghuninya. Alasan ia berbuat demikian dikemukakannya dalam karya tulisnya yang berjudul At-Tanfîs. Untuk itu beliau tinggal di Raudatul Miqyas, tidak berpindah dari sana sampai ia meninggal dunia.
ayat-ayat, berpegang teguh kepada pendapat yang kuat, mengi‟rabkan hal-hal yang diperlukan, dan mengingatkan adanya berbagai macam qira‟at yang terkenal; semuanya itu diungkapkan dengan baik, ringkas, dan padat. Disebutkan pula berbagai macam pendapat yang tidak tepat dan berbagai macam i‟rab yang tempatnya hanyalah dalam kitab-kitab bahasa. Maka seseorang yang membaca tafsir Jalalain hampir tidak dapat merasakan adanya perbedaan yang jelas di antara penyajian yang dikemukakan oleh kedua imam besar itu dalam tafsirnya ini, kecuali dalam tempat-tempat tertentu yang sedikit jumlahnya, kalau dihitung tidak sampai sepuluh masalah.14