BAB III METODE PENELITIAN
H. Keabsahan Data
Menurut Djam’an dan Komariah, keabsahan data adalah ketepatan peneliti dalam merancang fokus, menetapkan dan memilih informan, melaksanakan metode pengumpulan data, menganalisis dan menginterpretasi dan melaporkan hasil penelitian yang semua itu perlu menujukkan konsistensi satu sama lain.79 Sehingga penelitian kualitatif merupakan keterpercayaan seorang peneliti dalam mengumpulkan, mengolah dan menyampaikan data secara akurat dan berkesinambungan antara satu dengan yang lain.
Pengujian keabsahan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain.80 Triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
79 Djam’an Satori dan Komariah, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), 184
80Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2017), 330
pengumpulan data dan sumber yang telah ada. Dengan demikian, dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber, triangulasi metode dan member check.
Triangulasi dengan menggunakan sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara mengklarifikasi data yang telah diperoleh kepada sumber data atau informan untuk mengetahui keabsahan dari data tersebut.81 Peneliti membandingkan pendapat dari beberapa informan dengan beberapa pertanyaan yang sama tentang fokus yang diteliti.
Triangulasi metode adalah membandingkan hasil wawancara, data dari sumber yang sama dengan menggunakan metode yang berbeda.
Sedangkan Triangulasi metode menurut Patton terdapat dua strategi, yaitu:
(1) pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data, (2) pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama.82 Pada tahap ini peneliti tidak hanya mengandalkan teknik wawancara saja dalam menumpulkan data, tetapi juga menggunakan teknik observasi dan analisis dokumen terkait dengan manajemen program sistem kredit semester di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi.
Selanjutnya member check, pada teknik ini peneliti melakukan dengan cara menyambungkan kembali data atau temuan, kepada informan atau
81Ibid., 330
82 Lexy. J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), 331
pemberi data untuk diadakan pengecekan data. Setelah data yang terkumpul diolah dan diinterpretasikan menjadi sebuah kesimpulan, maka hasil temuan tersebut peneliti serahkan kepada pimpinan madrasah untuk mencermati data yang sudah disimpulkan peneliti apakah sesuai dengan kenyataan atau tidak.
Hasil temuan penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti dilakukan pemeriksaan kembali kepada informan, apakah hasil data yang ditulis sesuai dengan realita yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi.
I. Tahap-tahap Penelitian
Pada bagian ini menguraikan rencana pelaksanaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain, penelitian sebenarnya, dan sampai pada penulisan laporan. Tahap penelitian secara umum meliputi:
1. Tahap pra-lapangan
Tahap pra lapangan yaitu tahap yang dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap pra lapangan meliputi:
a. Menyusun rancangan penelitian
Rancangan penelitian ini latar belakang masalah dan alasan pelaksanaan penelitian, pemilihan lokasi, penentuan jadwal penelitian, rancangan pengumpulan data, rancangan dan prosedur analisis data, dan rancangan pengecekan keabsahan data.
b. Study eksplorasi
Study eksprolasi merupakan kunjungan ke lokasi penelitian sebelum penelitian dilaksanakan, dengan tujuan mengenal segala unsur sosial, fisik, dan keadaan alam lokasi penelitian.
c. Perizinan
Sehubungan dengan penelitian yang dilaksanakan diluar kampus dan merupakan lembaga pemerintah, maka penelitian ini memerlukan izin sesuai dengan prosedur.
d. Penyusunan instrumen penelitian
Kegiatan dalam penyusunan instrumen penelitian meliputi penyusunan daftar pertanyaan untuk wawancara, membuat lembaran observasi, dan pencatatan dokumen yang diperlukan.
2. Tahap Pelaksanaan
Dalam tahapan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan antara lain:
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan jadwal yang telah ditentukan dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, dan analisis dokumentasi terkait manajemen program sistem kredit semester di Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Banyuwangi.
b. Pengelolaan data
Pengelolaan data dari hasil pengumpulan data di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi untuk mempermudah dalam proses analisis data.
c. Analisis data
Pada bagian ini dibahas prinsip pokok, peneliti menyusun kerangka laporan hasil penelitian, kemudian data dianalisis dan disimpulkan dalam bentuk karya ilmiah yaitu berupa laporan
penelitian. Tetapi tidak akan dirinci bagaimana cara analisis data itu dilakukan karena ada bab khusus yang mempersoalkannya.83
Setelah semua data terkumpulkan dan tersusun, kemudian dianalisis dengan teknik kualitatif, yaitu menggunakan gambaran terhadap apa yang diperoleh selama pengumpulan data. Hasil analisis data diuraikan dalam penerapan data temuan penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Tahap ini merupakan tahap terakhir dari proses penelitian. Pada tahap ini pula peneliti mulai menyusun laporan dan mempertahankan hasil penelitian yang telah diperoleh.84
83Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2017), 127-148
84Moleong, Metodologi Penelitian, 127.
A. Paparan Data dan Analisis
Penelitian ini dilakukan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi. Data hasil observasi, wawancara, maupun pemeriksaan dokumen yang berkaitan dengan penelitian tentang Manajemen Program Sistem Kredit Semester (SKS) tersaji dalam paparan data sesuai fokus penelitian yang sudah ditentukan sebelumnya.
1. Perencanaan Program Sistem Kredit Semester (SKS) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi
Perencanaan adalah proses kegiatan rasional dan sistematik dalam menetapkan keputusan, kegiatan atau langkah-langkah yang dilaksanakan dikemudian hari dalam rangka usaha mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Perencanaan program sistem kredit semester (SKS) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi merupakan suatu hal yang sangat penting dalam sebuah organisasi dalam mencapai suatu tujuan.
Penyelenggaraan SKS di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi berorientasi pada ketentuan-ketentuan sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Sistem Kredit Semester pada Pendidikan Dasar dan Menengah. Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi sebagai penyelenggara SKS pada tahun pelajaran 2018/2019 dan dimulai dari peserta didik yang duduk di semester I.
Kepala madrasah dalam penerapan program SKS tentu berperan sebagai manajer terlebih dalam aspek perencanaan. Peran kepala madrasah tersebut dapat dilihat dari kutipan hasil wawancara. Hasil wawancara dengan Nur Khozin selaku Kepala Madrasah yaitu:
“Sebelum program SKS diterapkan, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi terlebih dahulu menyelenggarakan program percepatan belajar yang disebut program akselerasi, lalu berubah menjadi program PDCI dan selanjutnya menjadi program SKS yang sampai saat ini diselenggarakan. Pada tahap perencanaan, pastinya saya mengumpulkan seluruh stakeholder di madrasah.
Karena untuk mencapai tujuan dan keberhasilan suatu program adanya keterlibatan seluruh stakeholder dengan komitmen yang tinggi. Penerapan SKS ini mengharuskan kepala sekolah dan guru untuk mempersiapkan secara matang perencanaan pembelajaran yang tidak hanya melihat dari sisi proses pembelajarannya saja tetapi juga dari sisi hasil lulusan dari penerapan sistem tersebut.
Karena hal tersebut, kepala sekolah dan guru harus bisa mandiri ketika SKS akan diimplementasikan. Sebelum program SKS, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi telah mencanangkan sebuah layanan pendidikan berbasis digital diantaranya ada PTSP (Pelayanan Terpadu Satu Pintu) dimaksudkan untuk memudahkan dan mempercepat layanan kepada masyarakat secara digital terpadu. Yang kedua ada pembelajaran berbasis digital, pembelajaran di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi menerapkan sistem pembelajaran secara digital berupa aplikasi LMS (Leaning Management System). Aplikasi ini diharapkan dapat mengakomodir administrasi guru, sumber bahan ajar (UKBM, BTP), proses pembelajaran, proses penilaian hasil belajar siswa dan laporan hasil belajar siswa digital. Ketiga perpustakaan digital atau E-perpus, melalui E-Perpus ini nantinya siswa bisa mencari bahan ajar atau referensi belajar lain melalui link E-Perpustakaan. Dengan adanya E-Perpuskaan ini diharapkan siswa bisa menumbuhkembangkan wawasan dan kemampuan berliterasi. Madrasah digital memerlukan sebuah penyimpanan data yang besar, sehingga semua data di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi berada di gedung Cyber Jakarta”.85
85 Nur Khozin, Wawancara, 8 Juni 2022
Wakil kepala madrasah bidang kurikulum yaitu M. Nur Ihsan, menyampaikan pendapatnya berkaitan dengan latar belakang pelaksanaan program SKS yang diselenggarakan di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi. Hasil wawancara tersebut yaitu:
“Madrasah ini mempunyai mimpi untuk memberikan pelayanan pendidikan yang baik bagi peserta didik yang belajar disini, salah satunya memberikan fasilitas pendidikan dan lingkungan belajar yang nyaman. Kami menyadari bahwa peserta didik memiliki potensi yang berbeda-beda pada dirinya. Sehingga kami mangupayakan untuk mewujudkan itu semua dengan mencanangkan program percepatan belajar. Berdasarkan SK Kepala Kantor Kementerian Agama Propinsi Jawa Timur Nomor : Kw.13.4/1/PP.00.5/1122/SK/2011 tertanggal 09 November 2011 Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi telah ditetapkan sebagai penyelenggara program kelas percepatan belajar yang berlangsung hingga saat ini”.86
Berdasarkan beberapa pernyataan diatas sesuai dengan hasil pengamatan yang dilaksanakan oleh peneliti bahwasannya tahap perencanaan program SKS, Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi telah menerapkan layanan pendidikan berbasis digital. Hal ini diketahui bahwa terdapat gedung pelayanan terpadu satu pintu (PTSP) yang bertujuan untuk mempermudah dan memberikan pelayanan yang cepat kepada masyarakat secara digital, pembelajaran yang berlangsung di madrasah berbasisi digital dengan menerapkan sisitem pembelajaran SKS secara digital berupa aplikasi Leaning Management System (LMS) dimana aplikasi LMS dapat mengakomodir administrasi guru, sumber
86 M. Nur Ihsan, Wawancara, 16 Juni 2022
bahan ajar (UKBM), proses pembelajaran, proses penilaian hasil belajar siswa dan laporan hasil belajar siswa digital.87
Penerapan program layanan pendidikan tentu terdapat kebijakan yang dibuat oleh kepala madrasah untuk menyusun sebuah formulasi program sistem kredit semester yang optimal. Hasil wawancara sebagai berikut:
“Kepala madrasah secara bersama menyusun RKJM (Rencana Kerja Jangka Menengah)/ RKAM (Rencana Kerja dan Anggaran Madrasah) dan membentuk tim pengembang kurikulum yang memiliki tanggungjawab mulai dari menyusun program pengembangan kegiatan kurikulum, menyusun peraturan akademik termasuk penanganan terhadap peserta didik yang mengalami kendala. Tidak lupa kami juga menyusun program pembinaan minat dan bakat diantaranya pembinaan olimpiade sains dan agama, pembinaan kemampuan bahasa, pembinaan kemampuan olahraga dan seni . Langkah selanjutnya yang kami ambil yaitu melakukan sosialisasi kepada dewan guru, orangtua siswa dan juga siswa mengenai program SKS, melaksanakan pengelolaan kelas, serta mengadakan workshop implementasi program SKS yang diikuti oleh seluruh dewan guru Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi”.88
Gambar 4.1 RKJM/ RKAM Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi
87 Observasi, 8 Juni 2022
88 Nur Khozin, Wawancara, 8 Juni 2022
Selain itu, tim pengembang kurikulum menyusun standar operasional prosedur (SOP) yang digunakan sebagai alur atau cara kerja yang sudah terstandarisasi. Dalam hal ini Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi menyusun SOP sesuai dengan ketentuan SOP pusat yang nantinya akan disesuaikan dengan kondisi yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi. Hal tersebut disampaikan oleh M.
Nur Ihsan sebagai berikut:
“Untuk penyusunan standar operasional prosedur atau SOP kami mengadopsi SOP yang telah disusun oleh tim SKS pusat. Hanya saja kemudian kami sesuaikan lagi degan kondisi yang ada di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi. Beberapa arahan dari kepala madrasah dan kepala kantor Kementerian Agama kami laksanakan guna membuat sebuah formulasi yang tepat untuk penyelenggaraan program SKS”.89
Penetapan pemetaan struktur kurikulum merupakan beban belajar yang harus ditempuh oleh peserta didik semester I. Penentuan beban belajar ditentukan oleh tim pengembang kurikulum dan peserta didik menentukan sendiri beban belajarnya. Ketika peserta didik menyelesaikan beban belajarnya pada semester I di kelas VII, maka tim pengembang kurikulum bersama dengan tenaga pendidik setiap mata pelajaran akan melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa guna menentukan siapa saja siswa yang mengikuti program percepatan. Hal tersebut diungkapkan dalam hasil wawancara oleh M. Nur Ihsan sebagai berikut:
“Untuk beban belajar peserta didik memang kami dari madrasah yang menentukan. Di Madrasah penyelenggara program SKS
89 M. Nur Ihsan, Wawancara, 16 Juni 2022
tidak menyebut kelas dalam klasifikasi siswa, akan tetapi diganti dengan istilah semester. Sehingga siswa yang menempuh program percepatan belajar nantinya akan menyelesaikan pendidikan dalam waktu 4 semester. Pada semester I kami samakan semua untuk beban belajarnya, lalu setelah semester I selesai kami bersama bapak dan ibu guru mata pelajaran beserta tim penanggung jawab program percepatan belajar melakukan koordinasi dan seleksi terhadap peserta didik yang dirasa mampu untuk mengikuti program percepatan belajar, selain itu peserta didik juga melalui tahap seleksi yang sangat ketat”.90
Hal serupa juga disampaikan oleh penanggung jawab program percepatan belajar oleh Suliyana sebagai berikut:
“Langkah pertama yang diambil oleh kepala madrasah ketika program SKS diterapkan salah satunya membentuk tim penanggung jawab program SKS yang bertugas mensinergikan kurikulum, membentuk pembimbing akademik atau PA sebagai pengganti wali kelas, menyusun beban belajar peserta didik, dan mendampingi proses belajar peserta didik. Sebelum mengikuti program percepatan tentunya kami melakukan analisis bersama guru mata pelajaran terhadap hasil belajar peserta didik pada semester 1 serta melakukan beberapa tahapan seleksi akademik untuk melihat sejauh mana kemampuan peserta didik untuk menyelesaikan beban belajarnya sesuai kemampuan yang mereka miliki”.91
Selain menetapkan beban belajar peserta didik, tentunya tenaga pendidik perlu mempersiapkan perangkat pembelajaran. Hal tersebut berkaitan dengan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang disusun oleh tenaga pendidik guna keberhasilan pelaksanaan pembelajaran program SKS, berikut ini dipaparkan hasil wawancara dengan Faizal Hadi Nugroho selaku guru mata pelajaran Bahsa Indonesia:
90 M. Nur Ihsan, Wawancara, 16 Juni 2022
91 Suliyana, Wawancara, 8 Juni 2022
“Mengenai persiapan sebenarnya sama halnya seperti persiapan pada program reguler, kami membuat sebuah perencanaan pembelajaran pada awal semester dan itu wajib kita lakukan atas permintaan dari bagian kurikulum. Mulai dari silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran harian (RPPH) dan bahan ajar. Yang membedakan dengan program percepatan, yang biasanya kami menyiapkan materi 1-2 pertemuan saat ini harus menyiapkan beberapa pertemuan bahkan harus mempersiapkan materi selama 1 semester sebagai antisipasi apabila terdapat siswa yang menyelesaikan beban belajarnya lebih cepat. Selain itu, kami juga ditugaskan oleh bagian kurikulum untuk membuat Unit Kegiatan Belajar Mandiri (UKBM). Unit Kegiatan Belajar ini merupakan satuan pelajaran yang kecil yang disusun secara berurutan dari yang mudah sampai ke yang sukar”.92
Perbedaan kemampuan belajar pada peserta didik membuat tenaga pendidik harus mempersiapkan segala kebutuhan dalam pembelajaran khususnya penyusunan RPP. Pada kelas percepatan seorang guru harus memiliki banyak inovasi dalam mengajar dan memiliki berbagai strategi atau metode belajar selama di kelas, salah satu contohnya yaitu kuis yang dapat diakses dengan handphone masing- masing. Hal tersebut disampaikan oleh Nafi'atuz Zahroh dalam wawancara sebagai berikut:
“Peserta didik yang berada di kelas percepatan ini mereka sangat mampu untuk menyelesaikan materi yang sudah ditargetkan pada setiap jam pertemuan. Dengan banyaknya beban belajar yang harus mereka tuntaskan setiap kami juga memikirkan mereka akan merasa bosan jika model pembelajarannya tidak menarik dan hanya itu-itu saja, oleh karena itu setiap pertemuan saya akan menyiapkan kuis sebagai variasi belajar. Semua guru memang dituntut untuk menyiapkan kuis melalui beberapa aplikasi yang dapat kami akses seperti Quizizz atau Blooket”.93
92 Faizal Hadi Nugroho, Wawancara, 20 Juni 2022
93 Nafi'atuz Zahroh, Wawancara, 20 Juni 2022
2. Pelaksanaan Program Sistem Kredit Semester (SKS) di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi
Pelaksanaan program sistem kredit semester (SKS) yang dilakukan oleh madrasah tentu bertujuan untuk memberikan pelayanan kepada peserta didik sesuai dengan kemampuan belajar yang berbeda- beda. Hal tersebut selaras dengan pernyataan kepala madrasah yaitu Nur Khozin, hasil wawancara sebagai berikut:
“SKS ini merupakan sebuah pelayanan, tentunya pelayanan yang ditujukan untuk melayani peserta didik yang memiliki tingkat kemampuan yang beragam. Mereka yang mempunyai tingkat kecerdasan istimewa dan tingkat kecerdasan normal kami harus layani dengan baik. Meskipun waktu belajarnya berbeda, tapi mereka sama-sama menempuh 6 semester dengan begitu kami sebut merdeka belajar. Untuk memberikan rasa nyaman pada peserta didik madrasah harus menciptakan sebuah lingkungan belajar yang nyaman, hal itu dapat kami wujudkan di tahun 2017 Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi dinobatkan menjadi Madrasah Adiwiyata tingkat Kabupaten Banyuwangi dan di tahun 2018 melangkah maju tingkat Propinsi Jatim. Di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi ini juga telah melakukan pembiasaan-pembiasan (habituasi) dalam kehidupan, seperti:
religius, jujur, disiplin, toleran, kerja keras, cinta damai, tanggung-jawab, dan sebagainya perlu dimulai dari lingkup terkecil seperti keluarga sampai dengan cakupan yang lebih luas di masyarakat serta melakukan kegiatan unggulan baik akademik maupun non akademik”.94
Dalam memberikan sebuah pelayanan tersebut tentunya memerlukan sebuah koordinasi yang tepat dengan seluruh stakeholder yang ada di madrasah. Koordinasi yang dilakukan tentunya perlu dikelola agar dapat berjalan dengan baik, dalam hal ini peran tim pengembang kurikulum yang bertugas melaksanakan koordinasi untuk memantau dan
94 Nur Khozin, Wawancara, 8 Juni 2022
memastikan proses berjalannya program SKS sesuai dengan perencanaan atau tidak. Hal tersebut disampaikan dalam hasil wawancara oleh M.
Nur Ihsan yaitu:
“Dalam pelaksanaan program SKS ini, tentu kami selalu melakukan koordinasi dengan tim penanggung jawab program SKS dan bapak/ ibu guru mengenai kendala-kendala yang dialami, keberhasilan dalam mengajar, strategi atau metode pembelajaran yang harus dibagikan dengan rekan-rekan guru yang lain dan kami juga melakukan koordinasi untuk menyelesaikan berbagai permasalahan. Misalnya menyikapi apabila terdapat kendala jaringan untuk mengakses laman LMS (Leaning Management System), atau kendala lain terkait sistem”.95
Dari beberapa pernyataan di atas sesuai dengan hasil pengamatan yang disaksikan oleh peneliti secara langsung di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi bahwasannya pada tahap pelaksanaan program SKS kepala madrasah dan waka kurikulum selalu melakukan koordinasi dengan guru dan penanggung jawab program SKS sebagai upaya keberhasilan pelaksanaan program. Bentuk koordinasi tersebut berupa monitoring beberapa kegiatan sehari-hari dimulai dari penyambutan siswa, persiapan pembelajaran dan menyelesaikan beberapa kendala lain terkait sistem.96
Pelaksanaan program SKS tingkat kelas yang memiliki peran besar adalah tenaga pendidik. Analisis terhadap perangkat perbelajaran harus dilakukan salah satunya analisis terhadap dokumen rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yaitu meliputi kegiatan pendahuluan,
95 M. Nur Ihsan, Wawancara, 16 Juni 2022
96 Observasi, 16 Juni 2022
inti dan penutup. Faktor penunjang proses pembelajaran program SKS yaitu menyediakan media yang lebih variatif dan menggunakan alat audio visual (komputer, proyektor dan sistem suara), tenaga pendidik menyiapkan Power Point (PPT) agar mempermudah peserta didik memahami materi yang disampaikan. Hal tersebut disampaikan dalam wawancara dengan Faizal Hadi Nugroho sebagai berikut:
“Ketika pembelajaran berlangsung, untuk penyampaian materi dan tugas kami menggunakan dua media pembelajaran.
Diantaranya power point dan aplikasi LMS yang dapat diakses oleh masing-masing siswa dimana akunnya sudah disiapkan oleh madrasah, sehingga proses pembelajaran akan berlangsung kondusif”.97
Gambar 4.2 Learning Management System (LMS)
Berdasarkan hasil wawancara mengenai pelaksanaan pembelajaran yang dilaksanakan oleh tenaga pendidik, diketahui bahwa dalam implementasi program SKS kemandirian peserta didik lebih ditonjolkan. Hal tersebut berarti bahwa proses pembelajaran yang dilakukan bertujuan untuk melatih kemandirian peserta didik, baik dari
97 Faizal Hadi Nugroho, Wawancara, 20 Juni 2022
segi strategi belajar maupun penyelesaian tugas peserta didik. Hal itu selaras dengan pernyataan dari Nafi'atuz Zahroh selaku guru mata pelajaran Matematika:
“Pada proses pembelajaran SKS kemandirian siswa lebih ditonjolkan, siswa harus bisa mempelajari materi bahkan mengerjakan tugas dimana saja. Karena mereka sudah mempunyai materi dan soal latihan yang terdapat di aplikasi LMS. Sehingga ketika di kelas guru menjalaskan materi 1, diluar jam itu atau di rumah mereka dapat mempelajari materi selanjutnya”.98
Dari beberapa pernyataan di atas sesuai dengan hasil pengamatan yang disaksikan oleh peneliti secara langsung menemukan bahwa pada proses pembelajaran siswa dapat mengakses materi pembelajaran melalui aplikasi LMS yang telah disediakan pada masing-masing handphone siswa. Sehingga siswa diberikan waktu untuk mempelajari materi yang telah tersedia, peran guru didalam kelas sebagai fasilitator yang memberikan penguatan materi kepada siswa. Pada pelaksanaan pembelajaran strategi yang digunakan oleh masing-masing guru berbeda seperti power point, kuis, atau strategi yang lainnya.99
Pada awal semester beban belajar yang diterima oleh peserta didik pada semester I masih disamakan. Tim pengembang kurikulum bersama tim penanggugjawab program SKS yang menentukan beban belajar peserta didik. Beban belajar tersebut meliputi kegiatan tatap muka, terstruktur dan mandiri. Setelah beban belajar diselesaikan pada semester 1, tim pengembang kurikulum bersama tim penanggungjawab
98 Nafi'atuz Zahroh, Wawancara, 20 Juni 2022
99 Observasi, 20 Juni 2022
program SKS dan tenaga pendidik melaksanakan koordinasi serta seleksi terhadap nilai peserta didik yang dikategorikan mampu dan sesuai untuk mengikuti program percepatan belajar. Sebaliknya apabila terdapat nilai peserta didik yang ketuntasannya tertinggal, maka dipastikan berada di kelas program reguler dan harus menyelesaikan beban belajar yang sebelumnya.
Berdasarkan analisis dokumen struktur kurikulum, pengaturan beban belajar di Madrasah Tsanawiyah Negeri 3 Banyuwangi sepenuhnya mengikuti ketentuan struktur kurikulum 2013 dan Keputusan Menteri Pendidikan Nasional. Beban belajar merupakan keseluruhan kegiatan yang harus diikuti peserta didik dalam waktu satu minggu, satu semester, dan satu tahun pembelajaran.
Beban belajar SKS dinyatakan dengan jam pelajaran (JP) dengan beban keseluruhan pada jenjang MTs minimal 288 JP diluar muatan lokal. Beban belajar 1 JP secara umum terdiri atas 40 menit kegiatan tatap muka dan minimal 60% (sekitar 24 menit) untuk kegiatan penugasan terstruktur dan tugas mandiri yang tidak terstruktur.
Pengaturan beban belajar setiap UKBM dalam rangka mencapai ketuntasan belajar atau penguasaan substansi pada UKBM, dan ketuntasan belajar dalam konteks kurun waktu belajar sebagaimana ditetapkan pada struktur kurikulum. Hal tersebut selaras dengan pernyataan dari Waka kurikulum M. Nur Ihsan, hasil wawancara sebagai berikut: