ANALISIS DAN PROYEKSI
4.3 Analisa Data Dan Informasi
4.4.3 Kelola dan Proyeksi Produksi
Pengelolaan usaha dalam KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI didasarkan pada potensi yang tersedia dalam kawasan serta status fungsi hutan yang menjadi wilayah KPH. Status fungsi hutan yang berupa hutan lindung dan hutan produksi akan menyebabkan pengelolaan dapat dilakukan untuk tujuan yang berlainan, namun kesesuaian fungsi hutan tersebut dijalankan secara simultan. Hutan produksi akan dikembangkan untuk produksi hasil hutan kayu dan bukan kayu serta jasa lingkungan dengan memperhitungkan kemampuan produksi lestari. Untuk itu, penentuan kelas perusahaan dan luas kawasan yang dikelola akan menentukan tingkat ekonomis usaha yang ditetapkan. Kondisi dan potensi sumber daya hutan, akan menentukan berbagai kegiatan yang perlu dilakukan. Walaupun demikian mengingat kawasan KPHP merupakan bagian penting dalam sistem hidrologi karena merupakan wilayah DAS Pengabuan, maka pemanfataan hasil hutan bukan kayu, dan jasa lingkungan akan menjadi prioritas dalam kelola produksi KPHP sampai dengan tahun 2029. Pemanfaatan hasil hutan kayu akan diprioritaskan kepada pemegang izin baik izin pemanfaatan hasil hutan kayu hutan tanaman ataupun izin pemanfaatan hasil hutan kayu hutan alam.
Produk yang akan dihasilkan oleh KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI sampai dengan tahun 2029 adalah berupa produk madu, rotan, dan jernang atau HHBK lainnya. Selain itu juga akan dikembangkan dan diusahakan produk-produk jasa lingkungan berupa ekowisata dan pemanfaatan air.
IV- 24 4.4.3.1 Blok Pemanfaatan
Blok pemanfaatan ini akan diarahkan untuk pemanfaatan jasa lingkungan, hutan alam, hutan tanaman dan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK). Pemanfaatan blok ini akan dimanfaatkan sebagai wilayah tertentu KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI.
a. Pemanfaatan Kayu Alam
Pengembangan pemanfaatan kayu alam diarahkan pada jenis-jenis medang, meranti, kelat, tapus, balam, mempening dan meranti dimana jenis-jenis ini memiliki INP tingkat pohon tertinggi yang terdapat di kawasan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI (Tabel 2.27). Selain itu jenis-jenis meranti, medang, kelat, balam, mahang, kempas juga memiliki nilai INP cukup tinggi untuk tingkat tiang sehingga bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu kedepan (Tabel 2.26) b. Pengembangan Kayu Tanaman
Untuk pengembangan jenis kayu hutan tanaman dapat dikembangkan jenis sengon, medang, eucalyptus dan pulai atau jenis-jenis kayu yang dapat dipanen berkisar 15 (lima belas) tahun.
c. Pemanfaatan dan pengembangan Hasil hutan bukan Kayu (HHBK)
Hasil hutan bukan kayu yang akan dikembangkan adalah rotan jernang dan madu atau HHBK lainnya. Pemilihan dan komoditi ini berdasarkan potensi kawasan, permintaan pasar dan pengetahuan masyarakat. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu juga akan dikembangkan di wilayah tertentu baik yang secara langsung terintegrasi dalam pola agroforestri kompleks maupun pola pengembangan khusus untuk HHBK.
Selain itu perlu adanya uji coba tanaman yang menghasilkan HHBK diantaranya adalah tanaman penghasil minyak Astiri, mengingat peluang pasar masih sangat memungkinkan.
IV- 25 4.4.3.2 Blok Pemberdayaan Masyarakat
Blok pemberdayaan masyarakat merupakan blok yang khusus didesain untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat dengan cara memberikan akses masyarakat untuk mengelola kawasan hutan. Blok ini dikelola oleh masyarakat dengan berbagai pola salah satu sistem pengelolaan yang dilaksanakan oleh masyarakat adalah dalam bentuk hutan tanaman rakyat dan hutan kemasyarakatan serta pola kemitraan dengan pengelola KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI.
Kriteria blok ini, antara lain: (1) Masuk dalam Peta indikatif Perhutanan Sosial (PIAPS); (2) dalam RKTN/RKTP/RKTK diarahkan sebagai kawasan hutan untuk pengusahaan hutan skala kecil, (3) mempunyai potensi hasil hutan kayu rendah, (4) merupakan areal yang yang telah terdapat kegiatan pertanian/perkebunan masyarakat, (5) terdapat izin pemanfaatan hutan untuk HKm dan HTR, (6) arealnya dekat masyarakat di dalam dan sekitar hutan. Proyeksi program dan kegiatan perencanaan 10 tahun untuk blok pemberdayaan masyarakat dijelaskan pada Tabel 4.6.
IV- 26 Tabel 4. 6 Proyeksi Program dan Kegiatan 10 Tahun Pada Blok
Pemberdayaan Masyarakat
No Program Sasaran Strategis Kegiatan
1 Pembentukan dan membina kelompok-kelompok usaha masyarakat di bidang kehutanan dan perkebunan
Terbentuknya kelompok- kelompok usaha masyarakat mandiri sesuai komoditas unggulan setempat dalam upaya memanfaatkan blok pemberdayaan masyarakat
1. Membentuk kelompok- kelompok usaha masyarakat sesuai komoditas unggulan setempat
2. Pelatihan dan pemberdayaan kelompok-kelompok usaha masyarakat untuk dapat mandiri dan terus berkembang 2 Penguatan kelembagaan
kelompok masyarakat pengelola perhutanan sosial
1. Terbentuknya kelompok pengelola HKm dan HTR yang mandiri
2.Terbentuknya kelompok- kelompok baru pengelola perhutanan sosial
1. Sosialisasi dan penyuluhan tentang skema perhutanan sosial
2. Pelatihan dan pemberdayaan pengurus kelompok-kelompok pengelola perhutanan sosial untuk dapat mandiri dan terus berkembang
3 Pelatihan dan pendampingan pengelolaan komoditi kehutanan dan perkebunan serta penanganan pasca panennya
Meningkatnya kemampuan manajerial dan teknis masyarakat dalam pengelolaan komoditi kehutanan dan perkebunan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas produk
1. Pelatihan manajemen dan permodalan usaha 2. Pelatihan dan pendampingan
pengelolaan komoditas kehutanan dan perkebunan untuk meningkatkan produktifitas dan kualitas produk
4 Pengayaan tanaman hutan pada lahan yang telah diusahakan komoditi kebun oleh masyarakat
Meningkatnya produktifitas lahanserta keragaman jenis pada blok pemberdayaan masyarakat
1. Penyediaan bibit tanaman kehutanan yang berkualitas 2. Pelatihan dan pendampingan
penanaman pengayaan tanaman hutan pada lahan yang dikuasai masyarakat
Pada Kawasan blok pemberdayaan masyarakat KPHP Unit XVI juga akan mengembangkan model pengelolaan lahan tingkat tapak berbasis lahan berupa pengelolaan agroforestry kompleks, alokasi lahan tersebut akan dikelola secara bertahap mulai Tahun 2020 sampai dengan Tahun 2029, dimana untuk tahun 2020 akan dikelola seluas 200 ha. Model pengelolaan ini dilakukan untuk meningkatkan kualitas lahan hutan yang telah rusak, meningkatkan jumlah tegakan dan juga sebagai salah satu sumber pendapatan bagi KPHP.
Spesies tanaman yang dipilih meliputi tanaman penghasil getah, penghasil buah, penghasil bahan kerajinan rotan, penghasil bahan obat-obatan, kosmetika dan biji-bijian.
IV- 27 4.4.3.3. Blok Perlindungan
Proyeksi blok perlindungan sampai dengan tahun 2029 adalah mampu menjaga tutupan lahan hutan primer minimal sama dengan statusnya di tahun 2018.
4.4.3.4 Blok Khusus
Blok khusus terdiri dari 8 petak seluas 927,56 Ha. Blok ini dicadangkan untuk latihan pelepasan liaran satwa khususnya adalah orang utan. Lokasinya terletak antara blok pemberdayaan masyarakat dan blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan, Hasil Hutan Bukan Kayu di kawasan hutan produksi terbatas HPT Sungai Pengabuan. Pengelolaan blok khusus dilaksanakan oleh Yayasan Kehus. Proyeksi blok khusus sampai dengan tahun 2029 adalah sebagai areal untuk latihan pelepas liaran orang utan dan untuk memberikan ruang terhadap satwa-satwa lain yang dilindungi seperti Harimau, Beruang, Burung Rangkong dll.
4.4.3.5 Wilayah Tertentu
Wilayah tertentu KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI berada pada Blok Pemanfaatan. Kelola produksi yang akan dikembangkan di wilayah tertentu adalah pemanfaatan kawasan dengan berbagai pola pemanfaatan antara lain pemanfaatan HHBK, Jasa Lingkungan dan Hasil Hutan Kayu sebagai bisnis utama KPH.
Dalam upaya mencapai kemandirian pengelolaan kawasan maka KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI diproyeksikan untuk membangun unit-unit bisnis yang mampu menjadi sumber pendapatan bagi pengelolaan kawasan sebagai pengembangan Bisnis utama (Core business)
Permanfaatan wilayah tertentu juga akan dikembangkan dengan skema REDD+ dengan prioritas pada blok-blok yang telah dimanfaatkan melalui pengembangan hutan tanaman dan
IV- 28 hutan alam yang memiliki potensi skema REDD+. Pemanfaatan ini akan dimulai dengan melalukan identifikasi potensi pada blok yang dapat dimanfaatkan dengan skema REDD+ dengan bekerjasama dengan multipihak.