• Tidak ada hasil yang ditemukan

DESKRIPSI KAWASAN

2.2 Potensi Wilayah KPHP .1 Penutupan Vegetasi

2.2.2 Potensi Kayu

Hasil inventarisasi flora yang dilakukan didapatkan 35 famili dan 129 jenis tumbuhan yang didominasi oleh jenis meranti (Shorea sp.) dari famili Dipterocarpaceae, medang (Litsea sp.) dari famili Lauraceae, kelat (Syzygium sp.) dari famili Myrtaceae, balam (Palaquium gutta) dan Mahang (Macaranga sp.) dari famili Sapotacea (Tabel 2.26 terlampir).

Pada Tabel 2.26 (terlampir) dapat diketahui bahwa pada Kawasan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI didapatkan 3373 individu, 129 jenis dan 34 famili. Jumlah individu meranti (Shorea sp.) dari famili Dipterocarpaceae paling banyak yaitu 496 individu dan medang (Litsea sp.)dari famili Lauraceae sebanyak 367 individu.

Meranti (Shorea sp.) adalah salah satu jenis yang tergolong ke dalam famili Dipterocarpaceae dan genus shorea. Famili Dipterocarpaceae memiliki tiga sub famili yaitu Dipterocarpaceae, Pakaraimoideae dan Monotoideae. Penyebarannya cukup luas mulai dari Afrika, Seychelles, Srilangka, India, China hingga ke wilayah Asia Tenggara (Burma,

II- 34 Thailand, Malaysia, Indonesia). Jumlah jenisnya yang sudah tercatat adalah 512 jenis dari 16 genus (Rasyid et al.,1991).

Diantara sub famili tersebut di atas yang terpenting adalah Dipterocarpaceae, karena memiliki jumlah jenis yang banyak dan diantaranya banyak yang diperdagangkan. Sub famili ini memiliki 13 genus dan 470 jenis, diantaranya 9 genus terdapat di Indonesia yaitu Shorea, Dipterocarpus, Dryobalanops, Hopea,Vatica, Cotylelobium, Parashorea, Anisoptera, Upuna (Rasyid et al., 1991). Meranti (Shorea sp.) merupakan salah satu marga dari suku Dipterocarpaceae yang memiliki keanekaragaman jenis paling tinggi. Keanekaragaman jenis Shorea spp. Di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga ratusan jenis dengan wilayah distribusi yang cukup luas. Marga Shorea spp. terdiri dari 194 jenis yang tersebar terutama di Asia Tenggara ke barat hingga Sri Lanka, India, Burma, dan Thailand serta 163 jenis tersebar di Malaysia, Sumatra, Kalimantan, Jawa, Sulawesi, Philipina dan Maluku.

Meranti (Shorea sp.) dapat dijumpai di hutan hujan dataran rendah mulai dari 0 hingga 500 m dpl (meter di atas permukaan laut), pada daerah dengan tipe iklim A-B dengan rata-rata curah hujan tahunan 2000-3000 mm. Meranti pada umumnya tumbuh pada tipe tanah latosol, podsolik merah kuning dan podsolik kuning, dengan berbagai tingkat kesuburan tanah. Ada beberapa jenis yang tumbuh di sepanjang aliran sungai dan digenangi air pada musim hujan seperti Shorea seminis, maupun di hutan rawa atau rawa gambut seperti Shorea balangeran (Ardiansyah, 2011).

Berdasarkan keterangan Ardiansyah (2011) habitat meranti (Shorea sp.) sesuai dengan kawasan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI.

Pohon meranti memiliki bentuk batang bulat silindris, dengan tinggi total mencapai 40-50 m. Kulit kayu rata atau beralur dalam atau dangkal, berwarna keabu-abuan sampai coklat. Pada umumnya berbanir tinggi sampai 6-7 m. Nama kayu perdagangan meranti ditentukan dari warna kayu gubalnya, seperti meranti putih, meranti kuning dan meranti merah.

(Ardiansyah, 2011).

II- 35 Litsea merupakan salah satu genus tumbuhan yang termasuk ke dalam famili Lauraceae. Ada sekitar 2500 spesies tumbuhan yang termasuk familia Lauraceae dan sekitar 474 spesias termasuk genus Litsea. Genus ini memiliki jumlah terbanyak setelah dan tersebar terutaman di daerah tropis seperti Asia, Australia dan Melanesia (Kostermans,1957).

Di Indonesia, medang tumbuh di pegunungan dan daratan rendah yang ada di Pulau Jawa dan Sumatera pada ketinggian 300 hingga 2300 m dpl (Heyne, 1987). Selain itu terdapat juga di Kalimantan Timur pada ketinggian 400-600 m dpl. Pohon medang dewasa memiliki tinggi total antara 15 - 20 m (Prosea, 1999). Potensi kayu yang terdapat di kawasan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI dapat dilihat pada Gambar 2.19.

Gambar 2. 19 Potensi Kayu di Wilayah KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI

a. Keragaman tingkat semai

Pada tingkat semai, nilai kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatuf dan indeks nilai penting diatas 10% terdiri dari 4 jenis, masing-masingnya bervariasi antara jenis yang satu dengan jenis

II- 36 lainnya. Tumbuhan tingkat semai yang memiliki indeks nilai pentingertinggi adalah meranti (Shorea sp) yaitu 24,96% dari famili Dipterocarpaceae (Tabel 2.27).

Tabel 2. 27 Sebaran Kerapatan, Frekuensi, Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting Spesies Pada Tingkat Semai di KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI

No Jenis Pohon

(Nama Lokal) Kerapa tan

Frekwensi KR

(%) FR (%) INP (%)

1 Meranti 2.769,29 0,52 12,61 12,35 24,96

2 Medang 2.419,15 0,40 11,01 9,50 20,52

3 Kelat 1.432,39 0,27 6,52 6,41 12,94

4 Balam 1.432,39 0,24 6,52 5,70 12,22

Sumber : Inventariasi BPKH, 2018

Selain jenis meranti (Shorea sp.), yang memiliki indeks nilai penting tinggi adalah jenis medang (Litsea sp.) 20,52% dari famili Lauraceae, kelat (Syzygium sp.) 12,94% dari famili Myrtaceae dan balam (Palaquium gutta) 12,22% dari famili Sapotacea. Nilai ini menunjukan bahwa pada stadia semai di kawasan KPHP.Tanjung Jabung Barat Unit XVI memiliki keragaman spesies dan famili yang tinggi. Hal ini berperan cukup tinggi untuk menjaga keberlangsungan ekosistem (Romadhon, 2008). Hal ini juga menunjukkan bahwa jenis Shorea sp.

merupakan jenis tumbuhan paling banyak dijumpai pada kawasan pengelolaaan hutan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI dari pada jenis tumbuhan yang lain.

b. Keragaman Tingkat Pancang

Tabel 2. 28 Sebaran Kerapatan, Frekuensi, Kerapatan Relatif, Frekuensi Relatif, dan Indeks Nilai Penting Spesies pada Tingkat Pancang.di KPHP Tanjung Jabung Barat.Unit XVI

No Jenis Pohon

(Nama Lokal) Kerapatan Frekuensi KR

(%) FR (%) INP (%)

1 Meranti 907,18 0,61 16,40 13,47 29,87

2 Medang 549,08 0,43 9,93 9,49 19,42

3 Kelat 437,68 0,28 7,91 6,18 14,09

4 Balam 326,27 0,26 5,90 5,74 11,64

5 Mahang 310,35 0,23 5,61 5,08 10,69

Sumber : Inventarisasi BPKH, 2018

II- 37 Nilai kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting diatas 10% untuk tingkat pancang terdiri dari 5 jenis tumbuhan, masing-masingnya memiliki indeks nilai penting yang bervariasi antara jenis yang satu dengan jenis lainnya. Tumbuhan tingkat pancang yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah meranti (Shorea sp.) yaitu 29,87%. Meranti merupakan salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae. Hal ini menunjukkan bahwa jenis meranti (Shorea sp.) merupakan jenis tumbuhan paling banyak dijumpai pada dari pada jenis tumbuhan yang lain (Tabel 2.28).

Selain jenis meranti (Shorea sp.), yang memiliki indeks nilai penting tinggi adalah medang (Litsea sp.) 19,42% dari famili Lauraceae, kelat (Syzygium sp.) 14,09% dari famili Myrtaceae, balam (Palaquium gutta) 11,64% dan mahang (Macaranga sp.) 10,69% dari famili Sapotacea. Nilai ini menunjukan bahwa pada stadia pancang di kawasan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI memiliki keragaman spesies dan famili yang tinggi. Pada stadia pancang ada jenis mahang (Macaranga sp.) yang juga memiliki indeks nilai penting yang tinggi. Jenis mahang (Macaranga sp.) merupakan jenis tumbuhan yang cepat tumbuh/

pertumbuhannya diawal/ cepat empat yang baru, baik lahan bekas kebakaran ataupun hutan primer. Hal ini disebabkan mahang (Macaranga sp.) termasuk dari tumbuhan pionir. Jenis-jenis yang memiliki indeks nilai penting yang tinggi memegang peranan penting untuk keberlangsungan ekosistem pada kawasan tersebut.

c. Keragaman Tingkat Tiang

Nilai kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting diatas 10% yang terdiri dari 6 jenis tumbuhan pada tingkat tiang, masing-masingnya memiliki indeks nilai penting yang bervariasi antara jenis yang satu dengan jenis lainnya. Tumbuhan tingkat tiang yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah meranti (Shorea sp.) yaitu 34,76% (Tabel 2.29). Meranti merupakan salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae.

II- 38 Tabel 2.29 Sebaran Kerapatan, Frekuensi, Dominansi, Kerapatan Relatif,

Frekuensi Relatif, Dominansi Relatif, dan Indeks Nilai Penting Spesies Pada Tingkat Tiang di KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI

No

Jenis Pohon (Nama Lokal)

Kerapatan Frekuensi Dominansi KR (%)

FR (%)

DR (%)

INP (%)

1 Meranti 106,95 0,01 76,39 11,48

11,7 0

11,5 8 34,76

2 Medang 109,50 0,01 62,39 11,75

11,5

5 9,46 32,75

3 Kelat 95,49 0,01 56,02 10,25 9,86 8,49 28,60

4 Balam 58,57 0,00 38,20 6,28 6,05 5,79 18,12

5 Mahang 34,38 0,00 26,74 3,69 3,79 4,05 11,54

6 Kempas 30,56 0,00 25,46 3,28 4,96 3,86 12,10

Sumber : Inventarisasi BPKH, 2018

Selain jenis meranti (Shorea sp.) yang memiliki indeks nilai penting tinggi adalah medang (Litsea sp.) 32,75% dari famili Lauraceae, kelat (Syzygium sp) 28,60% dari famili Myrtaceae, balam (Palaquium gutta) 18,12% dari fami Sapotaceae, mahang (Macaranga sp) 11,54%

dari famili Euphorbiaceae, kempas (Koompassia excelsa) 12,10% dari famili Fabaceae, dan petaling (Ochanostachys amentacea) 10,21% dari famili Olanthaceae. Pada stadia tiangjenis-jenis tumbuhan banyak memiliki indeks nilai penting lebih dari 10% daripada stadia semai, pancang dan pohon. Setiap tumbuhan untuk tumbuh dengan baik memerlukan faktor pendukung, seperti ketersediaan nutrisi tanah atau bahan organik (Supriharyono 2007). Hal ini yang menyebabkan perbedaan indeks nilai penting dari setiap jenis.

d. Keragaman Tingkat Pohon

Nilai kerapatan, kerapatan relatif, frekuensi, frekuensi relatif dan indeks nilai penting diatas 10% terdiri dari 7 jenis tumbuhan tingkat pohon, masing-masingnya memiliki indeks nilai penting yang bervariasi antara jenis yang satu dengan jenis lainnya. Tumbuhan tingkat pohon yang memiliki indeks nilai penting tertinggi adalah medang (Litsea sp.) yaitu 29,04% (Tabel 2.30). Medang merupakan salah satu jenis dari famili Dipterocarpaceae.

II- 39 Tabel 2. 30 Sebaran Kerapatan, Frekuensi, Dominansi, Kerapatan Relatif,

Frekuensi Relatif, Dominansi Relatif, dan Indeks Nilai Penting Species Pada Tingkat Pohon di KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI

No

Jenis Pohon (Nama Lokal)

Kerapatan Frekuensi

Dominan si

KR (%)

FR (%)

DR (%)

INP (%)

1 Medang 13,46 0,60 1,87 10,66 7,89 10,48 29,04

2 Meranti 14,17 0,62 1,67 11,22 8,16 9,36 28,73

3 Kelat 10,25 0,51 1,23 8,11 6,71 6,91 21,73

4 Tapus 5,53 0,31 1,31 4,38 4,08 7,31 15,76

5 Balam 7,43 0,53 0,87 5,89 6,97 4,89 17,75

6 Mempening 6,33 0,30 1,02 5,01 3,95 5,70 14,65

7 Meranti 3,62 0,14 1,00 2,86 1,84 5,62 10,33

Sumber : Inventarisasi BPKH, 2018

Selain jenis medang (Litsea sp.) yang memiliki indeks nilai penting tinggi adalah meranti (Shorea sp.) 28,73% dari famili Dipterocarpaceae, kelat (Syzygium sp.) 21,73% dari famili Myrtaceae, balam (Palaquium gutta) 17,75% dari famili Sapotaceae, tapus (Dacryodes rostrata) 15,76% dari famili Burseraceae dan mempening (Lithcarpus blumeanus) 14,65% dari famili Fagaceae. Indeks nilai penting ini menunjukan bahwa pada stadia pohon, jenis dari medang (Litsea sp) memiliki nilai tertinggi daripada jenis tumbuhan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa jenis medang (Litsea sp.) merupakan jenis tumbuhan yang memiliki peranan penting dalam ekosistem pada kawasan KPHP Tanjung Jabung Barat Unit XVI dari pada jenis tumbuhan yang lain.