KOMUNIKASI
3. Kepercayaan (Trust)
61 60
an pada klien untuk melakukan kontrol baik personal control mau- pun relational control. Selain itu perawat juga harus mampu mem- bangkitkan semangat klien untuk lebih mandiri, mengurangi atau menghilangkan perasaan tidak berdaya, dan menumbuhkan pera- saan lebih bermanfaat. Dengan demikian perawat harus mampu mengaktifkan partisipasi klien dalam menjalankan pelayanan kese- hatan melalui variabel kontrol komunikasi
63 62
yang saling mendukung. Hal ini sangat penting bagi kedua pihak ka- rena dengan adanya kepercayaan, klien maupun tenaga kesehatan dapat berkomunikasi dengan apa adanya, jujur, dan terbuka. Petu- gas kesehatan dapat meningkatkan kepercayaan dengan mencipta- kan iklim suportif dalam berkomunikasi. Berikut ini adalah perilaku komunikasi yang dapat menciptakan kepercayaan atau ketidakper- cayaan (trust and distrust) dalam berkomunikasi:
No Iklim Bertahan Iklim Pendukung 1 Evaluasi Deskripsi
2 Kontrol Orientasi masalah
3 Strategi Spontan
4 Neutrality Empati
5 Superiority Keseimbangan /Equality 6 Certainty Provisionalism
Sumber:
J. R. Gibb (1961). “Defensive Communication”.
Journal of Communication. 11. (3).143 a. Evaluation versus description.
Komunikasi yang bersifat evaluative baik dalam hal tekanan maupun isi akan menyebabkan pertahanan bagi yang lain.
komunikasi evaluative ini dapat dilihat dari ekpresi, ucapan, intonasi suara, atau isi pembicaraan yang dapat disampaikan berupa penilaian terhadap orang lain. Sementara komunikasi diskripsi bebas dari upaya penilaian terhadap orang lain. komu- nikasi ini hanya menjelaskan apa yang terjadi tanpa membuat penilaian dari peristiwa yang terjadi.
Perhatikan contoh dibawah ini:
Pernyataan evaluatif: “Posisi anda seperti ini tidak baik, anda ha- rus melakukan cara seperti ini (memperagakan cara yang harus dilakukan pasien)!”
Pernyataan deskriptif: “Saya sudah menemukan bahwa nyeri pasien akan berkurang apabila posisi pasien miring, kemudian
Variabel-Variabel Komunikasi
63 62
bantal kita letakkan diantara dua kaki klien dan satu bantal lagi kita letakkan di belakang punggung klien seperti ini.”
b. Control versus problem orientation.
Komunikasi kontrol adalah komunikasi yang dilakukan untuk melarang atau menganjurkan individu melakukan sesuatu.
Komunikasi ini cenderung menimbulkan penolakan, apalagi kondisi klien yang tidak stabil atau informasi yang terbatas, dan klien merasa tidak mempunyai kebebasan dalam mengam- bil keputusan. Sementara komunikasi yang berorientasi pada masalah dapat meningkatkan kepercayaan karena komunika- si dilakukan dengan cara melibatkan klien dalam menentukan masalah dan menemukan cara mengatasi masalah tersebut, serta mengevaluasi programnya sendiri. Coba perhatikan jenis komunikasi dibawah ini!
Pernyataan yang bersifat kontrol: ”Bapak, makanan ini tidak se- suai dengan diet penyakit bapak, bapak harus menghindari makanan ini atau penyakit bapak akan kambuh lagi dan tidak dapat di kontrol atau disembuhkan lagi.
Pernyataan yang berorientasi pada masalah: “Saya tahu bapak sangat suka makanan ini, namun apakah bapak sudah menco- ba jenis makanan lain yang tidak bertentangan dengan jenis diet bapak?”
c. Strategy versus spontaneity.
Klien tidak percaya kepada komunikator (tenaga professional) yang mempunyai maksud atau tujuan tersembunyi. Klien lebih suka berkomunikasi dengan cara yang mudah dimengerti, me- narik, jujur, dan langsung apa adanya. Pola komunikasi spontan ini dapat mengurangi tindakan defensive dari klien. Disamping pada klien, pola komunikasi yang sifatnya strategi dan spontan ini juga terjadi pada petugas kesehatan. Pola strategi umumnya lebih biasa digunakan oleh tenaga kesehatan dibanding pola
Variabel-Variabel Komunikasi
65 64
komunikasi spontan. Coba perhatikan contoh komunikasi di- antara tenaga kesehatan (perawat) dibawah ini:
Pernyataan strategi: “Merry, kamu mempunyai kemampuan yang baik untuk menulis rencana keperawatan, maukah kamu menuliskan rencana keperawatan untuk pasien-pasien itu!”
Pernyataan spontany: “Merry, saya merasa kesulitan untuk me- nentukan masalah keperawatan pada pasien-pasien itu, mau- kah anda membantuku dan mengajariku bagaimana mengem- bangkan diagnosa keperawatan pada pasien tersebut!”
d. Neutrality versus empathy.
Komunikasi yang diungkapkan dengan biasa-biasa saja (netral) cenderung tidak mendapatkan respon dari klien. Karena komu- nikasi yang bersifat netral ini dianggap kurang atau tidak ber- nilai atau keunikan dari penyampai pesan (komunikator). Hal ini berbeda dengan komunikasi yang sifatnya mengungkapkan rasa empati yang dapat meningkatkan rasa percaya diri klien karena ada nilai-nilai lain yang diperoleh klien, disamping nilai- nilai klien sendiri. Perhatikan contoh pernyataan tenaga kese- hatan dibawah ini:
Pernyataan netral: “Untuk pasien seperti suami anda yang ter- kena CVA, kami menduga akan dapat bertahan 30 – 60 persen untuk dapat kembali hidup secara produktif. Juga pada tangan suami anda akan dapat pulih sekitar 65 persen”
Pernyataan empati: “Meskipun kondisi ini sulit bagi anda dan keluarga, kami berharap bahwa dengan latihan yang terus me- nerus, anda akan menjadi lebih baik dan tangan anda akan da- pat digerakkan dan anda akan dapat kembali bekerja seperti semula”.
e. Superiority versus equality.
Komunikasi yang dilaksanakan dengan memposisikan diri le- bih tinggi (superior) dibanding yang lain akan menyebabkan respon penolakan bagi yang lain. Kondisi tersebut juga menim-
Variabel-Variabel Komunikasi
65 64
bulkan perasaan klien tidak nyaman untuk menyampaikan ma- salah yang dialami. Berbeda dengan komunikasi yang mempo- sisikan diri seimbang (equality) dengan komunikan. Pola komu- nikasi yang bersifat equal akan mendorong terjadinya perasaan nyaman dan ketertarikan dari komunikan untuk berpartisipasi dalam berkomunikasi. Hal ini terjadi karena antara komunikator dan komunikan terjalin kepercayaan dan saling menghargai.
Perhatikan contoh pernyataan berikut ini:
Pernyataan Superiority: “Saya tahu bahwa anda telah lama be- kerja di Rumah Sakit ini, namun dengan tingkat pendidikan khusus (spesialis) yang saya selesaikan di luar negeri, maka ide- ide yang saya sampaikan ini akan memberikan pencerahan dan dapat merubah cara berfikir anda.”
Pernyataan Equality: “Pengalaman anda sangat penting dalam membantu saya untuk memahami masalah klien yang begitu kompleks. Saya berharap kita dapat bekerjasama untuk mem- berikan pelayanan yang terbaik bagi klien”
f. Certainty versus provisionalisme.
Ketika komunikasi dilaksanakan secara kaku, tidak memberi kesempatan komunikan untuk bertanya, sering dapat menim- bulkan ketidakpercayaan bagi komunikan. Disamping itu, ko- munikasi jenis ini terkesan mengabaikan atau tidak memper- dulikan ide-ide klien dan tenaga kesehatan lain dalam berperan mengatasi masalah. Sementara komunikasi yang lebih professi- onal akan menciptakan kepercayaan klien atau tenaga kesehat- an lain karena informasi disampaikan dengan penuh kerelaan untuk berbagi dan menganalisis masalah klien sehingga klien atau tenaga kesehatan lain terpacu untuk berpartisipasi me- nyelesaikan masalah klien. Perhatikan contoh pernyataan antar tenaga kesehatan dibawah ini:
Pernyataan Certainty: ”Saya sudah memberikan semua informa- si kepada pasien mastektomi tentang cara perawatan mereka
Variabel-Variabel Komunikasi
67 66
pasca operasi. Klien tidak membutuhkan dukungan kelompok yang akan membantu mereka sebagaimana yang anda saran- kan kepada mereka.”
Pernyataan Provisionalisme: “Anda menyebutkan perlunya du- kungan kelompok untuk pasien pasca operasi mastektomi, meskipun saya tidak berfikir bahwa klien membutuhkannya.
Sampaikan kepada saya apa yang akan disampaikan oleh ke- lompok pendukung tersebut kepada klien.”