• Tidak ada hasil yang ditemukan

KOMUNIKASI

2. Kontrol (Control)

57 56

kebuntuhan berfikir secara tepat sehingga memerlukan pemaham- an untuk membantu klien agar dapat menyesuaikan kondisi yang terjadi. Bagi tenaga kesehatan, empati adalah penting karena dapat membantu untuk memahami kondisi dan masalah yang sedang di- hadapi oleh klien. Disamping itu, empati merupakan salah satu ben- tuk totalitas dan profesionalitas perawat atau tenaga kesehatan lain dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada klien

59 58

pada pasien yang mengalami patah tulang yang mengeluh nyeri ketika merubah posisinya, kemudian mereka melakukan posisi baru yang dianggap dapat mengurangi rasa nyerinya.

b. Cognitive control. Kontrol kognitif merupakan salah satu kontrol yang dipercaya dapat mengembangkan strategi kejiwaan yang akan mempengaruhi kondisi kehidupan seseorang. Kontrol ini dapat di aplikasikan pada pasien yang sedang cemas tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan, kemudian dengan kognitive control ini klien dapat mengalihkan perhatiannya de- ngan membayangkan kejadian-kejadian yang menyenangkan (tehnik distraksi).

c. Informational control. Kontrol ini terjadi apabila informasi dari luar dipercaya dapat mempengaruhi seseorang. Misalnya infor- masi yang diberikan tenaga professional kepada pasien sebe- lum operasi. Informasi tersebut dapat meningkatkan pengeta- huan klien tentang prosedur dan situasi yang akan terjadi sela- ma operasi sehingga kecemasan yang mungkin dialami klien dapat menurun.

d. Retrospective control. Merupakan suatu control yang diperca- ra bahwa individu dapat menerima tanggung jawab terhadap situasi yang sudah terjadi. Suatu kejadian yang sudah terjadi perlu difahami apa yang menyebabkan peristiwa tersebut dan perlu diantisipasi agar peristiwa tersebut tidak terjadi lagi. Kon- trol ini bergantung pada pemahaman dan pemaknaan penga- laman yang dialami individu

Relational control

Kontrol hubungan berbeda dengan control individual. Kontrol hu- bungan berfokus kepada hubungan interpersonal atau karakteristik interpersonal, sedangkan kontrol individual berfokus pada karak- teristik individual (personal). Kontrol hubungan dipandang sebagai proses transaksi interaksi yang terjadi diantara individu dengan in- dividu lain. Hubungan yang sehat adalah hubungan yang didasari

Variabel-Variabel Komunikasi

59 58

oleh kesepakatan kedua belah pihak, satu bicara yang lain mende- ngarkan, dan diantara partisipan mempunyai pandangan yang sama mengenai pentingnya kontrol dalam proses hubungan. Hubungan yang baik adalah hubungan yang bebas dari konflik permanen atau terbebas dari adanya pihak yang dominan atau pihak lain yang di- rendahkan. Jenis-jenis control hubungan antara lain complementary, symmetrical, dan parallel

a. Complementary relationships. Control hubungan jenis ini terjadi karena ketidak seimbangan antara individu satu dengan indivi- dual lain. sebagian individu dipandang sebagai pihak yang do- minan sedangkan pihak lain dipandang sebagai pihak yang le- mah. Jenis hubungan ini merujuk pada model kesehatan klasik bahwa pasien di pandang sebagai pihak yang lemah sehingga memerlukan control dari tenaga kesehatan. Sementara berda- sarkan model pelayanan kesehatan, klien mempunyai tang- gung jawab yang lebih besar di dalam menentukan pelayanan kesehatan yang di inginkan. Keputusan tersebut tidak diten- tukan oleh penyedia layanan kesehatan, sehingga hubungan yang terjadi antara klien dengan petugas layanan kesehatan adalah hubungan yang saling melengkapi.

b. Symmetrical relationships. Merupakan salah satu jenis kontrol yang memposisikan kedua belah pihak atau individu pada posisi yang seimbang dan meminimalkan perbedaan dianta- ra mereka. Contoh dari jenis kontrol hubungan ini adalah hu- bungan yang terjadi antara tenaga professional dengan tenaga professional lain. Mereka ini saling menjaga hubungan dengan cara saling melindungi atau menganggap bahwa semua tena- ga professional mempunyai kemampuan yang baik untuk klien.

Begitu pula hubungan antara tenaga kesehatan dan klien juga dianggap mempunyai peran yang sama besar dalam menentu- kan keberhasilan pelayanan. Intinya didalam kontrol hubungan symmetrical ini memandang bahwa hubungan yang dijalankan harus berada pada posisi yang sama, yaitu sama-sama penting,

Variabel-Variabel Komunikasi

61 60

atau kalau terjadi kegagalan dalam pelayanan kesehatan berar- ti sama-sama melakukan kesalahan.

c. Pararel relationships. Kontrol hubungan pararel merupakan je- nis kontrol yang dilakukan diantara individu yang terlibat da- lam interaksi atau komunikasi, dimana ada ruang atau kesem- patan untuk saling memberikan saran, masukan, atau feedback.

Proses hubungan yang terjadi ada kalanya satu pihak dominan dan pihak lain lemah atau sebaliknya. Pola komunikasi yang ter- jadi dari hasil kontrol hubungan jenis pararel ini lebih fleksibel dan mengurangi terjadinya masalah interaksi.

Aplikasi variabel kontrol dalam pelayanan kesehatan

Kontrol merupakan variabel penting dalam proses hubungan antara tenaga kesehatan dengan klien. Dengan adanya kontrol baik yang sifatnya personal maupun kontrol relasional, proses komunikasi dapat dilakukan lebih efektif. Kehilangan kontrol merupakan ham- batan utama yang dihadapi oleh klien, apakah bagi klien yang se- dang mengalami penyakit kritis seperti kanker, AIDS, gagal ginjal, maupun penyakit yang lain. Adanya penyakit dapat menyadarkan seseorang/klien dalam menghadapi kenyataan bahwa mereka tidak selalu mampu menghadapi keadaan yang terjadi secara individu- al. Penyakit menyebabkan ketidakpastian dalam kehidupan klien, sehingga klien sering kehilangan kontrol yang di wujudkan dalam bentuk perasaan takut, marah, ketidakmampuan untuk membantu dan ketidakberdayaan.

Klien bisa mengalami kehilangan kontrol di setiap layanan kesehat- an, namun yang lebih sering adalah ketika klien berada di rumah sakit. Reaksi kehilangan kontrol klien ini dapat dilihat dari sensitifitas dan respon psikologis klien yang meningkat atau mencari informasi sebanyak-benyaknya mengenai penyakit yang dialami.

Dengan demikian sebagai tenaga kesehatan harus menyadari ten- tang kondisi dan sikap klien selama menjalani perawatan. Tenaga professional perlu memberikan informasi, mengajari dan kesempat-

Variabel-Variabel Komunikasi

61 60

an pada klien untuk melakukan kontrol baik personal control mau- pun relational control. Selain itu perawat juga harus mampu mem- bangkitkan semangat klien untuk lebih mandiri, mengurangi atau menghilangkan perasaan tidak berdaya, dan menumbuhkan pera- saan lebih bermanfaat. Dengan demikian perawat harus mampu mengaktifkan partisipasi klien dalam menjalankan pelayanan kese- hatan melalui variabel kontrol komunikasi