• Tidak ada hasil yang ditemukan

Landasan Daya Tarik dalam Interaksi Manusia

Dalam kehidupan sehari-hari rasa suka dan daya tarik terhadap seseorang menjadi faktor penting dalam menjalin hubungan dengan sesama. Beberapa faktor daya tarik yang dapat mempengaruhi proses hubungan antar manusia sebagai mana yang disampaikan Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (2000) ada- lah kedekatan geografis, kemiripan, dan situasi

1. Kedekatan Geografis (Proksimitas)

Pepatah jawa mengatakan “trisno jalaran soko kulino” artinya cinta mun- cul karena kebiasaan bertemu, bertatap muka, bercanda atau saling ber- pandangan. Pepatah ini mengisyaratkan bahwa betapa besar pengaruh kedekatan dalam menjalin hubungan satu sama lainnya. Banyak penga- laman yang kita saksikan tentang hubungan itu terjadi. Sepasang keka- sih tidak jarang yang gagal, berpisah karena faktor jarak yang berjauhan, sebaliknya seseorang yang awalnya benci menjadi cinta karena dekatnya atau seringnya bertemu. Dalam kontek hubungan socialpun sering kita saksikan seseorang terkesan lebih nyaman bila ngobrol dengan sesama kelompoknya yang sering bertemu dan jarak yang dekat disbanding de- ngan orang yang jarang bertemu karena jauh tempatnya. Seorang pera- wat bedah akan merasa nyaman berkomunikasi dengan sesame perawat

Hubungan Antar Manusia

91 90

atau dokter yang bertugas di Ruang Bedah dibanding dengan harus ber- komunikasi dengan perawat atau dokter yang bertugas ditempat lain.

2. Kemiripan (Similarity)

Dalam suatu penelitian mengenai permilihan pasangan hidup, Buss (1985) sebgaimana dikutip oleh Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss (2000) menemukan bukti kuat bahwa pemilihan pasangan hidup ini didasar- kan pada kemiripan. Misalnya mirip dalam hal usia, pendidikan, latar be- lakang etnik, agama, ras, status soial ekonomi, disamping kepribadian, sikap, gaya busana dan sebagainya. Dengan demikian bila kita mengeta- hui tentang sikap, kepribadian, nilai-nilai yang dianut, dan latar belakang seseorang kita akan dapat meramalkan tentang siapa akan berkawan dengan siapa. Perawat mungkin akan lebih memilih berhubungan dekat dengan sesama petugas kesehatan dibanding berhubungan dekat de- ngan petugas keamanan. Seorang pasien akan merasa aman bila curhat dengan pasien lain yang mempunyai masalah kesehatan yang hamper sama. Faktor kemiripan ini seolah menjadi pendukung dalam proses hu- bungan antar manusia.

3. Situasi

a. Rasa suka timbal balik yang dipersepsi

Perasaan suka atau daya tarik sesorang akan muncul kuat bila orang lain yang disukai memberikan respon balik yang sama. Situasi ini cukup berpengaruh dalam memjalin hubungan dengan orang lain.

Seorang perawat akan merasa lebih senang dalam memberikan per- hatian dan berkomunikasi dengan klien apabila klien tersebut me- respon dan mengikuti nasehat perawat, sebaliknya bila respon klien tidak sesuai dengan harapan perawat, maka tidak jarang perawat akan “membiarkan atau cuek” terhadap klien tersebut. Meskipun hal tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip pelayan dalam membe- rikan pelayanan keperawaean, namun dalam kontek hubungan atau komunikasi antar manusia, hal tersebut cukup bisa dimaklumi Timbal balik rasa suka terhadap seseorang dapat dijelaskan dengan

Hubungan Antar Manusia

93 92

dua alas an, pertama, orang yang menyukai anda meningkatkan harga diri anda, dan kedua perilaku rasa sukanya merupakan suatu pujian, dan anda mengembalikan pujian itu dengan rasa suka juga.

b. Perubahan dalam penghargaan diri

Hubungan yang kita lakukan dengan orang lain akan terasa lebih mantap dan nikmat bila hubungan kita membawa pengaruh pada peningkatan harga diri. Sorang perawat akan merasa bangga bila dia bersahabat dengan orang ynag lebih pintar dari dia karena hal tersebut selain dapat menambah pengetahuannya juga meningkat- kan citra dirinya dihadapan orang lain. Situasi ini secara tidak lang- sung akan mengembangkan harga diri seseorang dalam menjalin hubungan. Penelitian menunjukkan bahwa ketika harga diri menu- run, kebutuhan kita meningkat untuk berhubungan dengan orang lain. Pada saat itulah orang-orang yang mulanya tidak menarik bisa tampak lebih menarik dan menyenangkan sebagai kawan berkomu- nikasi.

c. Kecemasan

Kecemasan mempengaruhi kebutuhan kita untuk berinteraksi de- ngan orang lain. Situasi-situasi yang menimbukan kecemasan dapat meningkatkan kebutuhan anda untuk bersama-sama dengan orang lain dan juga mengubah kriteria anda untuk memilih teman. Salah satu anggota keluarga klien sedang menunggu dengan harap-harap cemas tentang keluarganya yang sedang menjalani operasi cesaria, anggota keluarga klien tersebut akan lebih senang bila bisa berbagi cerita dengan anggota keluarga klien yang lain yang juga sedang menunggu kelahiran anaknya di ruang operasi. Kebutuhan berinter- aksi tersebut muncul karena kecemasan yang terjadi pada anggota keluarga yang sedang menunggu kelahiran anaknya melalui operasi cesaria.

d. Isolasi

Kesendirian yang terjadi menimbulkan kesepian dan membutuh- kan hubungan dengan orang lain. Kesendirian dalam waktu sing-

Hubungan Antar Manusia

93 92

kat mungkin perlu namun kesendirian yang berlangsung lama akan sangat menyiksa. Naluri manusia untuk berkumpul dan berinteraksi dengan manusia lain menjadikan situasi kesendirian sebagai hu- kuman. Seorang pasien yang mengidap penyakit menular akan di isolasi dalam ruangan tertentu, dia tersiksa secara fisik dan psikis, dia butuh teman untuk ngobrol, curhat dan ketenangan dalam menja- lani hidup.

e. Kebutuhan-kebutuhan yang saling melengkapi

Teori kebutuhan komplementer tampaknya bertentangan dengan beberapa hasil penelitian mengenai kemiripan yang telah kita ba- has. Menurut pandangan in, dalam memilih pasangan hidup dan bahkan kawan, kita tertarik pada orang yang paling mungkin me- muaskan kebutuhan kita. (Winch, 1958). Seorang teman mungkin mempunyai kebutuhan kuat untuk mendominasi hubungan, se- mentara yang lain merasa lebih nyaman dengan sikapnya yang sub- misif. Seorang istri yang kalem mungkin merupakan pasangan yang sempurna bagi pria yang ekstrovert yang mendominasi setiap per- temuan dengan cerita-cerita lucu, atau sebaliknya.

Selain faktor-faktor tersebut diatas, proses psikologis juga merupakan faktor utama terjadinya interaksi social dalam proses internalisasi hu- bungan. Faktor-faktor tersebut antara lain imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati

a. Faktor Imitasi

Imitasi atau tiruan adalah keadaan seseorang yang secara sadar mengikuti sesuatu diluar dirinya. Karena secara sadar sesuatu itu dii- kuti maka ada beberapa hal yang menjadi alas an atau syarat kenapa seseorang tersebut melakukan imitasi

1. adanya minat dan perhatian yang cukup besar

2. mengagumi atau menjunjung tinggi terhadap apa yang di imi- tasi

3. adanya harapan memperoleh penghargaan setelah melakukan imitasi

Hubungan Antar Manusia

95 94

Faktor imitasi dalam proses interaksi social mempunyai pengaruh positif bila sesuatu yang diminati, dikagumi, dan diharapkan terse- but bermanfa’at bagi dirinya dan orang lain dan tidak melanggar norma-norma social yang berlaku. Imitasi akan dapat dilakukan de- ngan baik apabila sesuatu yang diikuti tersebut tidak mempunyai

“jarak yang jauh” dengan yang mengikuti. Misalnya seorang pemuda pengangguran dengan latar belakang social ekonomi yang rendah meniru perilaku bintang film yang dikaguminya dan berperilaku se- olah-olah menjadi bintang film maka proses imitasi seperti ini selain merugikan dirinya sendiri juga akan menjadi gunjingan orang lain atau masyarakat di lingkungannya.

b. Faktor Sugesti

Sugesti adalah proses seseorang menerima cara pandang atau pe- doman tingkah laku orang lain tanpa kritik atau pertimbangan ter- lebih dahulu. Sugesti merupakan faktor emosional yang terkadang kurang rasional. Perilaku sugestif ini biasanya mudah terjadi pada se- seorang yang mengalami hambatan berfikir dan disasosiasi (pikiran terpecah-pecah). Sedangkan seseorang yang mampu mensugesti orang lain biasanya mempunyai otoritas keahlihan tertentu dan di- akui oleh mayoritas masyarakat sekelilingnya. Faktor ini merupakan sesuatu yang penting dalam proses interaksi pelayanan kesehatan.

Tenaga kesehatan termasuk perawat perlu mempunyai kemampu- an seperti ini karena dalam kondisi sakit umumnya klien mengalami hambatan dan kekacaun berfikir. Perawat berkepentingan agar kli- en yang dirawatnya mempunyai sugesti kepadanya sehingga pro- gram-program pelayananannya dapat diikuti dengan baik, terutama bagi klien yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah.

c. Faktor Identifikasi

Menurud Sgmund Freud, dalam tahap perkembangan soial, identi- fikasi merupakan cara-cara seorang anak belajar norma social dari orang tuanya. Proses identifikasi berlangsung secara sadar, berda- sarkan perasaan, rasional/irrasional, dan berkembang bahwa identi-

Hubungan Antar Manusia

95 94

fikasi berguna untuk melengkapi system norma dan cita-cita. Dalam hubungan interaksi social, identifikasi merupakan proses yang men- dalam disbanding imitasi. Identifikasi dilakukan untuk mengikuti dan menerima jejak orang lain yang dianggap ideal bagi dirinya.

d. Faktor Simpati

Simpati adalah perasaan sepaham (setuju) yang dilanjutkan dengan perasaan tertarik seseorang terhadap sesuatu yang dialami orang lain yang timbul atas dasar penilaian perasaan atau emosi. Simpati merupakan perasaan “hanyut” untuk mengikuti apa yang dirasakan oleh orang lain. Perasaan ini umumnya diwujudkan dengan adanya pemberian bantuan baik moril maupun materiil dari orang yang simpati tersebut. Faktor simpati ini merupakan faktor penting dalam mendorong terjadinya interaksi social.

Faktor-Faktor Yang Menentukan Terjadinya