Bentuk bentuk Sofa dan Perabot untuk Berbaring
C. Perabot Multifungsi
5. Tangga yang sekaligus jadi laci untuk menyimpan berbagai barang
8.3. Kerangka Studi Perilaku
Kerangka pendekatan studi perilaku menjelaskan bahwa pandangan hidup, kepercayaan yang dianut, nilai-nilai dan norma-norma yang dipegang sebagai latar belakang manusia akan menentukan perilaku seseorang yang tercermin dalam cara hidup dan peran yang dipilihnya di masyarakat. Konteks kultural dan sosial ini akan menentukan sistem aktivitas dan kegiatan manusia (Rapoport, 1977). Cara hidup dan kegiatan akan menentukan wadah bagi kegiatan tersebut yaitu ruang-ruang yang saling berhubungan dalam satu sistem tata ruang dan berfungsi sebagai tempat berlangsungnya suatu kegiatan.
Gambar 8.3 Hubungan Antara Budaya, Perilaku, Sistem Aktivitas dan Sistem Seting Sumber : Rapoport, 1977
Aktivitas manusia mengandung makna dan simbol yang telah disepakati antar kelompok-kelompok manusia tertentu dan tidak sekedar dapat dipahami secara mekanistik sebagai respon terhadap stimuli ekonomis atau biologis saja. Pendekatan ini menjelaskan bahwa aspek psikologi manusia dan kultur masyarakat bisa menentukan bentuk aktivitas dan wadahnya. Ruang tersebut terintegrasi secara erat dengan sekelompok manusia dengan segala kegiatannya dalam kurun waktu tertentu. Dalam kajian arsitektur dan perilaku , istilah seting lebih sering digunakan karena lebih memberikan penekanan pada unsur kegiatan manusia. Misal kegiatan menerima tamu terdiri dari berbagai sub kegiatan seperti membuatkan minum, mengambil makanan ringan dan sebagainya. Setiap sistem kegiatan terdiri dari beberapa hal misalnya bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut, kegiatan sampingannya misalnya berbincang-bincang dengan tamu sambil menonton televisi dan arti simbolis kegiatan menerima tamu tersebut. Dua hal pertama termasuk unsur manifes dari kegiatan sedangkan dua hal berikutnya adalah unsur simbolik atau latennya. Unsur simbolik atau laten inilah yang biasanya memberikan warna dari suatu kegiatan tertentu yang terlihat pada penggunaan wadah atau seting yang berbeda-beda untuk kegiatan tersebut.
Fenomena perilaku adalah bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik. Berangkat dari permasalahan perilaku manusia dan fenomena yang muncul dari setting fisik ruang dalam dengan penghuni menghasilkan suatu fenomena perilaku yang disebut ”atribut”. Atribut adalah kualitas lingkungan yang muncul sebagai pengalaman manusia; merupakan produk organisasi individu dan setting fisik yang terlihat dalam model sistem lingkungan – perilaku dibawah ini (Weisman, 1981)
Gambar 8.4 model sistem lingkungan – perilaku Sumber : Weisman, 1981
Aktivitas manusia mengandung makna dan simbol yang telah disepakati antar kelompok-kelompok manusia tertentu dan tidak sekedar dapat dipahami secara mekanistik sebagai respon terhadap stimuli ekonomis atau biologis saja. Pendekatan ini menjelaskan bahwa aspek psikologi manusia dan kultur masyarakat bisa menentukan bentuk aktivitas dan wadahnya. Ruang tersebut terintegrasi secara erat dengan sekelompok manusia dengan segala kegiatannya dalam kurun waktu tertentu. Dalam kajian arsitektur dan perilaku , istilah seting lebih sering digunakan karena lebih memberikan penekanan pada unsur kegiatan manusia. Misal kegiatan menerima tamu terdiri dari berbagai sub kegiatan seperti membuatkan minum, mengambil makanan ringan dan sebagainya. Setiap sistem kegiatan terdiri dari beberapa hal misalnya bagaimana cara melaksanakan kegiatan tersebut, kegiatan sampingannya misalnya berbincang-bincang dengan tamu sambil menonton televisi dan arti simbolis kegiatan menerima tamu tersebut. Dua hal pertama termasuk unsur manifes dari kegiatan sedangkan dua hal berikutnya adalah unsur simbolik atau latennya. Unsur simbolik atau laten inilah yang biasanya memberikan warna dari suatu kegiatan tertentu yang terlihat pada penggunaan wadah atau seting yang berbeda-beda untuk kegiatan tersebut.
Fenomena perilaku adalah bentuk interaksi antara manusia dengan lingkungan fisik. Berangkat dari permasalahan perilaku manusia dan fenomena yang muncul dari setting fisik ruang dalam dengan penghuni menghasilkan suatu fenomena perilaku yang disebut ”atribut”. Atribut adalah kualitas lingkungan yang muncul sebagai pengalaman manusia; merupakan produk organisasi individu dan setting fisik yang terlihat dalam model sistem lingkungan – perilaku dibawah ini (Weisman, 1981)
Gambar 8.4 model sistem lingkungan – perilaku Sumber : Weisman, 1981
Sedangkan fenomena perilaku berupa atribut diantaranya (Weisman, 1981) :
• Kenyamanan (comfort) yaitu kondisi lingkungan yang memberikan rasa aman kepada panca indra dan hal hal yang menyangkut proporsi, dimensi dan karakter fisiologis.
• Aktivitas (activity) yaitu perasaan seseorang pada intensitas perilaku yang terus menerus didalam suatu lingkungan
• Kesesakan (Crowdedness) yaitu perasaan tentang kepadatan.
• Sosialitas (Sociability) yaitu kemampuan seseorang dalam berhubungan sosial pada sebuah setting.
• Kemampuan privasi (privacy Ability) yaitu kemampuan untuk memonitor informasi yang terlihat dan terdengar baik pada suatu lingkungan.
• Kemudahan (Accesibility) yaitu kemudahan bergerak yang berkaitan dengan sirkulasi dan visual.
• Kemampuan adaptasi (Adaptability) yaitu kemampuan lingkungan agar dapat menampung perilaku yang berbeda atau belum ada sebelumnya.
• Makna (Meaning) yaitu kemampuan suatu lingkungan menyajikan makna individual bagi manusia.
Kesimpulan
Pendekatan desain yang berorientasi pada perilaku dan psikologi manusia dan menjadikan psikologi dan perilaku tersebut sebagai faktor terpenting mengawali proses perancangan interior akan menghasilkan sebuah desain interior yang diharapkan (dalam konteks design as a problem solving) demi mencapai kesesuaian antara produk desain dengan subjek pengguna, sebagai indicator keberhasilan desain. Permasalahan dalam sebuah desain dapat muncul pada sebuah aktivitas. Melalui terapan psikologi desain pengguna ruang dapat memberikan penilaian terhadap elemen ruang yang meliputi lantai, dinding, plafond dan elemen lainnya.
Daftar Pustaka
Weisman, G. D. 1981. Modelling Environment Behavior System. Journal Of Man Environment Relation Volume 1 Number 2. Pensylvania.
Rapoport, Amos, 1977, Human Aspects of Urban Form: Towards A Man-Enviromental Approach to Urban Form And Design, Pergamon Press, New York.
Setiawan B dan Aulia U. 2014. Penerapan Psikologi Desain Pada Elemen Desain Interior.
Jurnal HUMANIORA Vol.5 No.2 Oktober 2014: 1251-1260
Pertanyaan dan Tugas
• Buatlah sebuah tulisan ilmiah yang membahas tentang salah satu obyek interior dan uraikan berdasarkan aspek psikologi ruang nya.
Pertanyaan dan Tugas
• Buatlah sebuah tulisan ilmiah yang membahas tentang salah satu obyek interior dan uraikan berdasarkan aspek psikologi ruang nya.
Gubahan Fisik dan Ruang
Bab 9
Bab 9 ini membahas tentang gubahan fisik ruang meliputi karakter material lantai, dinding dan plafond. Juga dibahas cara pemasangan serta suasana yang ditampilkan pada masing masing material.
Pengetahuan bahan dalam interior merupakan hal yang sangat penting. Pengetahuan mengenai bahan interior tidak hanya berbicara tentang keanekaragaman bahan, tetapi juga pengenalan akan ukuran, bentuk, inovasi model, pilihan warna, kemungkinan alternatif penggunaan dan sebagainya (Pandu A, 2005). Pengaplikasian bahan pada interior merupakan langkah pada gubahan fisik ruang yang meliputi gubahan pada lantai, dinding dan plafond / ceiling.
.