CATATAN
4.5 Kondisi yang disertai dengan Stridor
4. BATUK Komplikasi
Jika anak gagal merespons terapi di atas, atau kondisi anak memburuk secara tiba-tiba, lakukan pemeriksaan foto dada untuk melihat adanya pneu- motoraks/atelektasis. Tangani seperti yang diterangkan di halaman 99.
Tindak lanjut
Asma adalah kondisi kronis dan berulang. Rencana terapi jangka-panjang harus dibuat berdasarkan frekuensi dan derajat beratnya gejala. Rujuk ke Pedoman Nasional Asma Anak
4.4.3 Wheezing (mengi) berkaitan dengan batuk atau pilek
Sebagian besar episode wheezing pada anak umur < 2 tahun berkaitan dengan batuk atau pilek. Anak ini tidak mempunyai riwayat keluarga dengan atopi (misalnya: hay fever, eksem, rinitis alergika) dan episode wheezing menjadi lebih jarang sejalan dengan mereka tumbuh dewasa. Bila timbul wheezing bisa diberikan salbutamol di rumah.
104
4. BATUK
Tabel 11. Diagnosis Banding pada anak dengan Stridor
diAgnosis gejAlA
Croup - Batuk menggonggong (barking cough) - Suara serak
- Distres pernapasan Abses retrofaringeal - Demam
- Kesulitan menelan - Pembengkakan jaringan lunak Benda asing - Riwayat tiba-tiba tersedak
- Distres pernapasan
Difteri - Imunisasi DPT tidak ada atau tidak lengkap - Sekret hidung bercampur darah
- Bull neck karena pembesaran kelenjar leher dan edema - Tenggorokan merah
- Membran putih-keabuan di faring/tonsil Kelainan bawaan Suara mengorok sejak lahir
4.5.1. Croup
Croup (laringotrakeobronkitis viral) menyebabkan obstruksi/penyumbatan saluran respiratorik atas, jika berat, dapat mengancam jiwa. Paling berat ter- jadi pada masa bayi. Di bawah ini dibahas croup yang disebabkan berbagai virus respiratorik.
Diagnosis
Croup ringan ditandai dengan:
demam suara serak batuk menggonggong
stridor yang hanya terdengar jika anak gelisah.
Croup berat ditandai dengan:
Stridor terdengar walaupun anak tenang
Napas cepat dan tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam.
Tatalaksana
Croup ringan dapat ditangani di rumah dengan perawatan penunjang, meliputi pemberian cairan oral, pemberian ASI atau pemberian makanan yang sesuai.
croUp
4. BATUK Anak dengan Croup berat harus dirawat di rumah sakit untuk perawatan sebagai berikut:
Steroid. Beri dosis tunggal deksametason (0.6 mg/kgBB IM/oral) atau jenis steroid lain dengan dosis yang sesuai, dan dapat diulang dalam 6-24 jam (lihat lampiran 2 untuk deksametason dan prednisolon).
epinefrin (adrenalin). Beri 2 ml adrenalin 1/1 000 ditambahkan ke dalam 2-3 ml garam normal, diberikan dengan nebulizer selama 20 menit.
Antibiotik. Tidak efektif dan seharusnya tidak diberikan.
Pada anak dengan croup berat yang memburuk, dipertimbangkan pemberian:
1. Oksigen
Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respiratorik.
Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran respiratorik.
Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.
2. Intubasi dan trakeostomi
Jika terdapat tanda obstruksi saluran respiratorik seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan anak gelisah, lakukan intu- basi sedini mungkin.
Jika tidak mungkin, rujuk anak tersebut ke rumah sakit yang memungkin- kan untuk dilakukan intubasi atau tindakan trakeostomi dengan cepat.
Jika tidak mungkin, pantau ketat anak tersebut dan pastikan tersedianya fasilitas untuk secepatnya dilakukan trakeostomi, karena obstruksi saluran respiratorik dapat terjadi tiba-tiba.
Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
Perawatan penunjang
Hindari manipulasi yang berlebihan yang dapat memperberat obstruksi (misalnya pemasangan infus yang tidak perlu).
Jika anak demam (≥ 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, berikan parasetamol.
Pemberian ASI dan makanan cair.
Bujuk anak untuk makan, segera setelah memungkinkan.
croUp
106
4. BATUK
Pemantauan
Keadaan anak terutama status respiratorik harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 1 kali sehari.
4.5.2. Difteri
Difteri adalah infeksi bakteri yang dapat dicegah dengan imunisasi. Infeksi saluran respiratorik atas atau nasofaring menyebabkan selaput berwarna keabuan dan bila mengenai laring atau trakea dapat menyebabkan ngorok (stridor) dan penyumbatan. Sekret hidung berwarna kemerahan. Toksin difteri menyebabkan paralisis otot dan miokarditis, yang berhubungan dengan tingginya angka kematian.
Diagnosis
Secara hati-hati periksa hidung dan tenggorokan anak, terlihat warna keabuan pada selaputnya, yang sulit dilepaskan. Kehati-hatian diperlukan untuk pemeriksaan tenggorokan karena dapat mencetuskan obstruksi total saluran napas.
Pada anak dengan difteri faring, terlihat jelas bengkak pada leher (bull neck).
Tatalaksana Antitoksin
Berikan 40 000 unit ADS IM atau IV sesegera mungkin, karena jika terlambat akan mening- katkan mortalitas.
Antibiotik
Pada pasien tersangka difteri harus diberi penisilin prokain dengan dosis 50 000 unit/kgBB secara IM setiap hari selama 7 hari.
Karena terdapat risiko alergi terhadap serum kuda dalam ADS maka perlu dilakukan tes kulit untuk mendeteksi reaksi hipersensitivitas dan harus terse- dia pengobatan terhadap reaksi anafilaksis.
Oksigen
Hindari memberikan oksigen kecuali jika terjadi obstruksi saluran respira- torik.
membran faringeal difteri catatan: membran melebar melewati tonsil dan menutup dinding faring dan sekitarnya difTeri
4. BATUK Tanda tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat dan gelisah merupakan indikasi dilakukan trakeostomi (atau intubasi) daripada pemberian oksigen. Penggunaan nasal prongs atau kateter hidung atau kateter nasofaring dapat membuat anak tidak nyaman dan mencetuskan obstruksi saluran respiratorik.
Walaupun demikian, oksigen harus diberikan, jika mulai terjadi obstruksi saluran respiratorik dan perlu dipertimbangkan tindakan trakeostomi.
Trakeostomi/Intubasi
Trakeostomi hanya boleh dilakukan oleh ahli yang berpengalaman, jika terjadi tanda obstruksi jalan napas disertai gelisah, harus dilakukan trakeostomi sesegera mungkin.
Orotrakeal intubasi oratrakeal merupakan alternatif lain, tetapi bisa menyebabkan terlepasnya membran, sehingga akan gagal untuk mengurangi obstruksi.
Perawatan penunjang:
Jika anak demam (≥ 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri parasetamol.
Bujuk anak untuk makan dan minum. Jika sulit menelan, beri makanan melalui pipa nasogastrik.
Hindari pemeriksaan yang tidak perlu dan gangguan lain pada anak.
Pemantauan
Kondisi pasien, terutama status respiratorik, harus diperiksa oleh perawat sedikitnya 3 jam sekali dan oleh dokter 2 kali sehari. Pasien harus ditempat- kan dekat dengan perawat, sehingga jika terjadi obstruksi jalan napas dapat dideteksi sesegera mungkin.
Komplikasi
Miokarditis dan paralisis otot dapat terjadi 2-7 minggu setelah awitan penyakit.
Tanda miokarditis meliputi nadi tidak teratur, lemah dan terdapat gagal jantung.
difTeri
Bull-neck–suatu tanda dari difteri akibat pembesaran kelenjar limfe leher
108
4. BATUK
Cari di buku standar pediatrik untuk rincian diagnosis dan pengelolaan miokarditis.
Tindakan kesehatan masyarakat
Rawat anak di ruangan isolasi dengan perawat yang telah diimunisasi terhadap difteri.
Lakukan imunisasi pada anak serumah sesuai riwayat imunisasi.
Berikan eritromisin pada kontak serumah sebagai tindakan pencegahan.
Lakukan biakan usap tenggorok pada keluarga serumah.