• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP DAN LANDASAN TEORI

2.3 Landasan Teori

Uraian tentang konsep konten dan pendidikan multikultural dan konsep integrasi yang telah diuraikan sebelumnya menjadi titik tolak peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengintegrasian konten pendidikan multikultkural adalah suatu kegiatan guru Agama Hindu di dalam memasukkan atau mengintegrasikan konten pendidikan multikultural ke dalam mata pelajaran pendidikan Agama Hindu.

yang memudahkan melaksanakan proses penelitian. Penelitian yang dilakukan berpatokan pada latar belakang masalah, rumusan masalah, dan juga tujuan penelitian yang diharapkan. Teori Pendidikan Multikultural dijadikan sebagai teori dalam penelitian ini selanjutnya melandasi/mendasari penelitian untuk bertindak dalam memecahkan masalah yang telah ditetapkan.

2.3.1 Teori Pendidikan Multikultur

Teori pendidikan multikultural merupakan teori yang digagas dan di kembangkan oleh James S. Banks. Ada Iima elemen pilar yang mendukung implementasi pendidikan multikultural melalui sekolah menurut Banks (1993-48).

yakni integrasi konten, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pedagogi equitas, dan pemberdayaan kultur sekolah.

Konten pendidikan multikultural menurut Parekh (2008:128), terdiri dari diversity, multikulturalis, equity, dan demokrasi budaya. Diversity adalah keragaman sosial yang tidak bisa dihindari oleh siapun di dunia ini. Oleh karena itu, setiap orang harus menjadi pribadi yang multikulturalis adalah respon terhadap keragaman sosial, yakni (1) harus mampu memahami, mencintai dan mengaktualisasikan kebudayaannya, dan (2) harus mampu memahami, mengakui, dan menghargai kebudayaan lain, serta (3) mau hidup dan bekerja sama dalam lingkungan sosial yang beragam untuk menciptakan kehidupan yang demokratis.

Adapun elemen equity adalah mengembangkan dan memperkuat prinsip kesetaraan sosial dalam kehidupan sosial. Demokrasi budaya adalah pola pikir, pola sikap, dan pola tindakan masyarakat yang sejalan dengan nilai-nilai

kemerdekaan, dan persaudaraan antar manusia yang berintikan kerjasama, saling percaya, saling menghargai keanekaragaman dan toleransi.

Konten pendidikan multikultural dapat diintegrasikan melalui kultur sekolah. Asumsi ini dapat dirujuk pada pemikiran Maliki (2010:266) yang mengatakan bahwa pengerbang pendakian mould kesadaran akan urgensi nilai- nilai yang mendukung keragaman sist todays melalui kultur sekolah Kultur sekolah adalah bentuk kurikulum yang tersembunyi.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, teori pendidikan multikultural menurut James S. Bank ada lima elemen pilar yang mendukung implementasi pendidikan multikultural melalui sekolah yaitu integrasi konten, konstruksi pengetahuan, pengurangan prasangka, pedagodik equitas dan pemberdayaan kultur sekolah. Integrasi konten ini juga dalam pendidikan multikultural dijelaskan oleh Parekh yang terdiri dari diversity, multiculturalis, equity dan demokrasi budaya. Hubungan teori pendidikan multikultural dengan rumusan masalah pertama yaitu menjelaskan bentuk potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pengintegrasian konten pendidikan multikultural di Sekolah Dasar Negeri (studi kasus SD Negeri 1 Sumerta Denpasar). Pendidikan multukultural yang dimaksud tersebut potensial untuk diintegrasikan melalui bentuk-bentuk kultur sekolah seperti iklim sekolah, iklim intelektual, aturan dan kebijakan, tradisi dan rutinitas, struktur organisasi sekolah, bermitra secara efektif dan karakter norma-norma. Bentuk kultur sekolah tersebut menjadi acuan dalam memahami potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pengintegrasian konten pendidikan

multikultural di Sekolah Dasar Negeri (studi kasus SD Negeri 1 Sumerta Denpasar)

2.3.2 Teori Humanistik

B.F Skinner (1990: 104) berkebangsaan Amerika dikenal sebagai tokoh behavioris dengan pendekatan model intruksi langsung (directed instruction) dan meyakinkan bahwa perilaku dikontrol melalui proses operant conditioning. Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara searah dan dikontrol guru melalui pengulangan (bor) dan latihan.

Manajemen kelas menurut Skinner adalah suatu usaha untuk memodifikasi perilaku (modifikasi perilaku) antara lain dengan penguatan (reinforcement) yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang diinginkan dan tidak memberi ketidakseimbangan pada perilaku yang tidak tepat. Operant Concitioning atau pengkondisian operan adalah suatu proses penguatan perilaku operan (penguatan positif atau negatif) yang dapat mengakibatkan perilaku tersebut dapat berulang kembali atau menghilang sesuai dengan keinginan.

Aliran behaviorisme yang bersumber pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati, oleh karena itu aliran ini berusaha menjelaskan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Aliran ini menyatakan tingkah laku dalam belajar akan berubah jika ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa perlakuan yang diberikan kepada remaja, sedangkan respon berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada remaja.

Stimulus dan respon yang terjadi itu dianggap tidak penting diperhatikan, sebab tidak dapat diamati. Aliran behaviorisme menggunakan faktor lain yang penting

adalah reinforcement (penguatan) yaitu penguatan yang dapat memperkuat respon.

2.3.3 Teori Konstruktivisme

Teori belajar yang digunakan dalam pemecahan masalah penelitian ini adalah Teori Belajar Konstruktivisme. Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri (Sugrah, 2020). Menurut Shymansky teori belajar Konstuktivisme adalah aktivitas yang aktif, di mana peserta didik membina sendiri pengetahuannya, mencari arti dari apa yang mereka pelajari, dan merupakan proses menyelesaikan konsep dan ide-ide baru dengan kerangka berpikir yang telah ada dimilikinya. Ketika seseorang mendapat informasi atau pengetahuan baru, maka 4 tahap ini akan dimulai secara berturut-turut.

Tahap pertama yang akan dilalui yaitu skema/skemata, pada saat menerima pengetahuan baru seseorang akan menggunakan sekumpulan konsep yang telah ia miliki untuk berinteraksi dengan lingkungan. Kemudian memasuki tahap asimilasi, yaitu proses kognitif seseorang dalam mengintegrasikan persepsi, konsep atau pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Selanjutnya tahap akomodasi, yaitu proses terbentuknya skema baru yang cocok dengan rangsangan yang baru atau atau memodifikasi skema/pola

yang telah ada sehingga cocok dengan rangsangan tersebut, dan yang terakhir tahap equilibrasi, yaitu proses mengintegrasikan pengalaman eksternal dengan struktur internal, equilibrasi terjadi antara asimilasi dan akomodasi.

Berdasarkan uraian diatas penelitian ini menggunakan Teori Belajar Konstruktivisme untuk mengkaji rumusan masalah yang ketiga yaitu upaya pengembangan potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam Pengintegrasian konten pendidikan multikultrural di Sekolah Dasar Negeri (Studi Kasus SD Negeri 1 Sumerta Denpasar).