• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

1.4 Manfaat Penelitian

Suatu penelitian akan dapat dirasakan sangat bermanfaat apabila memiliki kegunaan yang optimal. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber

pedoman dan acuan dalam mengembangkan Pendidikan Agama Hindu serta penelitian lanjutan yang mengenai pokok permasalahan yang sama. Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua yakni manfaat teoretis dan manfaat praktis, sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoretis diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis berupa wawasan pengembangan ilmu itu sendiri agar dapat mengembangkan konsep dan teori tentang materi dan guru mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, serta upaya pengembangan silabus dan kompetensi guru pada satuan pendidikan dasar dalam kaitannya dengan pengintegrasian konten pendidikan multikultural.

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat praktis kepada pihak-pihak yang terkait antara lain:

1. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh guru Agama Hindu dalam mengintegrasikan konten pendidikan multikultural melalui mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.

2. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh kepala sekolah sebagai acuan dalam melakukan supervisi terhadap pengembangan kompetensi guru Agama Hindu.

3. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh instansi yang menangani tentang pembinaan, pengembangan kurikulum, dan tenaga pendidik mata pelajaran pada tingkat satuan pendidikan dalam meningkatkan kualitas

kurikulum dan tenaga mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.

4. Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan oleh peneliti lain yang memiliki minat tentang pendidikan multikultural.

2.1 Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan

Kajian pustaka bagi seorang peneliti sangatlah penting dalam mencari tempat untuk berpijak yang kokoh dan hasil-hasil penelitian kajian terdahulu yang relevan atau memiliki kedekatan objek penelitian dengan penelitian yang akan dilakukan sehingga acuan-acuan yang digunakan dalam penelitian sesuai dengan bidang yang hendak dikaji. Iskandar (2009: 100) menyebutkan bahwa kajian Pustaka menjadi referensi dalam memperoleh teori ini dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang dilaksanakan. Iskandar pada bukunya menegaskan bahwa kajian pustaka merupakan literatur yang dilakukan untuk menguasai pemahaman sesuai dengan kajian penelitian. Kajian pustaka memuat berbagai sumber yang diacu dan telah disajikan secara komprehensif serta membahas kesimpulan-kesimpulannya. Kajian pustaka atau ulasan kepustakaan berfungsi untuk mengorganisasikan penemuan-penemuan penelitian sebelumnya.

Dari sini peneliti akan memiliki informasi yang lebih jauh tentang temuan-temuan yang telah berkembang dalam ilmu pengetahuan terkait dengan topik atau objek penelitiannya. Dari sini pula peneliti dapat menilai apakah penelitiannya merupakan masalah yang up to date ataukah masalah yang sudah usang.

Sebagaimana disebutkan di atas, bahwa salah satu fungsi kajian kepustakaan adalah mengorganisasikan temuan yang telah ada. Karena itu, disini peneliti dituntut untuk mampu mengidentifikasi dan mengorganisasikan temuan-

10

temuan terdahulu serta dapat menunjukkan bahwa sepanjang penelusuran yang dilakukannya tidak ada satupun penelitian terdahulu yang sama persis dengan penelitiannya. Dari sini kemudian peneliti harus mampu memberikan pemahaman kepada pembaca mengapa masalah yang ia teliti memiliki nilai ilmiah yang penting, dan mampu pula menunjukkan keterkaitan penelitiannya dengan kajian atau penelitian sebelumnya. Pada tahap ini kajian pustaka memberikan landasan rasional mengapa penelitian yang diangkat perlu diteliti. Terdapat beberapa sumber literatur baik berupa buku, tesis, skripsi, dan laporan seminar maupun jurnal-jurnal hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai bahan dalam menyusun dan membedah sebuah penelitian yaitu sebagai berikut :

Anita Sari (2020), dalam penelitiannya yang berjudul "Penanaman Nilai- Nilai Multikultural Melalui Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 22 Bengkulu Selatan" yang menjelaskan tentang penanaman nilai-nilai multikultural melalui pendidikan agama Islam di SMP Negeri 22 Bengkulu Selatan. Dalam penelitian ini proses penanaman nilai-nilai multikultural itu melalui pendidikan agama Islam yang diberikan lewat pembiasaan-pembiasaan yang baik dilingkungan sekolah, dan juga diberikan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan nilai-nilai sosial siswa dan lain sebagainya. Di SMP Negeri 22 Bengkulu Selatan sudah dapat dikatakan baik dalam menanamkan nilai-nilai religius dan multikultural untuk siswanya segala upaya dilakukan oleh sekolah dengan dibantu oleh semua guru terutama guru pendidikan agama Islam. Meskipun masih terdapat kendala namun hal itu tidak masih bisa diatasi dengan cara Guru-guru terutama guru PAI selalu memberikan penguatan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam

pembelajaran agar tumbuh sikap yang mencerminkan nilai-nilai multikultural, seperti nilai toleransi, nilai demokratis, nilai humanis, nilai inklusif atau terbuka, dan nilai cinta tanah air.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saat ini yaitu terletak pada objek penelitiannya yaitu berkaitan dengan penerapan pendidikan multikultural melalui pendidikan agama Hindu. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini terfokus pada proses penanaman nilai-nilai multikultural melalui pembiasaan-pembiasaan baik dan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan sikap sosial dilingkungan sekolah sedangkan penelitian saat ini dilihat dari dua aspek yang turut menentukan pengintegrasian pendidikan multikultural yaitu melalui kurikulum dan guru pendidikan agama Hindu. Kontribusi penelitian di atas digunakan sebagai acuan dalam menganalisa potensi kompetensi guru dalam pengintegrasian konten pendidikan multikultural.

Isnaini (2021), dalam penelitiannya yang berjudul "Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Buku Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kurikulum 2013 Tema Peristiwa Dalam Kehidupan" yang menjelaskan tentang kelengkapan nilai-nilai pendidikan multikultural yang dimuat dalam buku siswa kelas V sekolah dasar kurikulum 2013 tema peristiwa dalam kehidupan sehingga hasil analisisnya yaitu kualitas atau ketepatan nilai-nilai pendidikan multikultural termuat dalam buku siswa kelas V sekolah dasar kurikulum 2013 Tema Peristiwa dalam Kehidupan sudah lengkap dan memadai. Hal ini dikarenakan buku tersebut sudah memuat dan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan multikultural pada semua dimensi.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saat ini yaitu sama-sama membahas tentang keberagaman pendidikan multikultural. Sedangkan perbedaannya yaitu penelitian saat ini meneliti tentang "Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Buku Siswa Kelas V Sekolah Dasar Kurikulum 2013 Tema Peristiwa Dalam Kehidupan" sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang "Potensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam Pengintegrasian Konten Pendidikan Multikultural". Kontribusi penelitian di atas dapat memberikan wawasan terkait dengan Guru mata pelajaran agama Hindu dalam menumbuhkembangkan sikap multikultural pada siswa dengan mengaplikasikan beberapa teori yang telah ada agar dapat menyukseskan penanaman sikap inklusif keberagaman Hindu pada siswa.

Ida Ayu Putu Eka Marenita Putri, (2021), dalam jurnalnya yang berjudul

"Pendidikan Multikultural Pada Sekolah Berbasis Agama Hindu (Studi Kasus di SMA Dwijendra Denpasar” yang menjelaskan terkait SMA Dwijendra Denpasar sebagai sekolah berbasis Agama Hindu, yang telah mampu melaksanakan pendidikan multikultural di lingkungan yang dapat dikatakan eksklusif.

Pelaksanaan pendidikan multikultural dapat dilihat dari pertama integrasi dengan kurikulum K-13, dimana pendidikan multikultural di sesuaikan dengan muatan yang ada pada kurikulum k-13. Kedua pada program sosialisasi BK, dimana menggabungkan pendidikan multikultural dengan pendidikan karakter, dan terakhir kegiatan gotong royong sebagai kegiatan informal. Disisi lain pelaksanaan pendidikan multikultural di SMA Dwijendra Denpasar juga telah

mampu mencerminkan 5 dimensi pendidikan yang disebutkan oleh James A.

Bank.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian saat ini yaitu sama-sama menguraikan tentang pentingnya pendidikan multikultural, sedangkan perbedaannya yaitu penelitian ini menganalisis tentang integrasi dengan kurikulum, program sosialisasi BK, dan kegiatan gotong royong. Sedangkan penelitian saat ini menganalisis mengenai potensi silabus, potensi kompetensi guru dan upaya pengembangan potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pengintegrasian konten. Adapun kontribusi penelitian ini dengan penelitian saat ini sangat besar manfaatnya karena dapat dipergunakan sebagai bahan acuan dalam menganalisa tentang bentuk pendidikan multicultural di sekolah.

Wiguna (2021) dalam bukunya yang berjudul “Analisis Multikultur pada Pembelajaran Agama Hindu Kelas VIII di SMP Negeri 1 Panebel”. Bukunya membahas mengenai Keberagaman budaya yang merupakan aset bangsa yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui aktivitas ekonomi, sosial, budaya. Keragaman juga terdapat dalam suatu lembaga pendidikan yakni sekolah. Salah satunya SMP Negeri 1 Panebel. Pada SMP Negeri 1 Panebel terdapat siswa yang beragama Hindu, Islam, Kristen, Katolik, dan Budha. Oleh sebab itu perlunya generasi muda yang memiliki sikap multikultur yang tinggi agar dapat menjaga keharmonisan Bangsa, dan dapat menjadi generasi muda yang berakhlak mulia serta berbudi pekerti luhur.

Pengembangan sikap multikultur pada siswa dapat dilaksanakan melalui

pembelajaran Pendidikan Agama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bentuk interaksi pembelajaran Pendidikan Agama Hindu serta kualitas sikap multikultur pada siswa, mendeskripsikan pola pembelajaran Pendidikan Agama Hindu dalam meningkatkan sikap multikultur pada siswa, dan untuk menemukan dan memaparkan implikasi dari interaksi pembelajaran pendidikan agama Hindu dalam meningkatkan sikap multikultur pada siswa.

Persamaan penelitian Wiguna dan penelitian saat ini yaitu sama-sama membahas tentang keberagaman multikultural. Adapun perbedaannya yaitu dari penelitian Wiguna lebih fokus pada interaksi pada pembelajaran Pendidikan Agama, baik dari metode, pola pembelajaran yang digunakan oleh Guru Agama Hindu untuk meningkatkan sikap multikultur siswa ditengah keberagaman sedangkan penelitian saat ini meneliti tentang potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pengintegrasian pendidikan multikultural pada SD N SD N 1 Sumerta Denpasar. Kontribusi penelitian Wiguna adalah dapat memberikan wawasan kepada peneliti bahwa sikap multikultural antar umat beragama sangat penting dipahami oleh siswa. Sehingga dapat terwujudnya sikap toleransi yang baik di lingkungan sekolah. Dengan demikian, penelitian tersebut sangat membantu sebagai pedoman dalam penelitian sekarang.

Lestari (2022) Dalam skripsinya yang berjudul "Potensi Kultur Sekolah Dalam Pengintegrasian Konten Pendidikan Multikuktural di Sekolah Menengah Atas Denpasar". Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui dampak positif dari adanya pendidikan multikultural ini maka dari itu skripsi ini membahas tentang Pendidikan multikultural yang merupakan pendidikan yang menghargai

perbedaan dari berbagai kelompok kultural. Pada sekolah SMA Negeri 3 Denpasar terdapat siswa yang beragam. Oleh karena itu pendidikan mutikultural menjadi penting dilaksanakan. Hal ini dikarenakan masih adanya berbagai kasus kekerasan dan pembulian yang terjadi khususnya di SMA Negeri 3 Denpasar.

Sehingga penting sekolah untuk menerapkan nilai-nilai pendidikan multikultural tersebut untuk memperkuat kultur sekolah. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan bentuk dan mengetahui pemberdayaan potensi kultur sekolah dalam pengintegrasian konten pendidikan multikultural. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk potensi kultur sekolah dalam pengintegrasian konten pendidikan multikultural di SMA Negeri 3 Denpasar dapat dilihat pada iklim sekolah, iklim intelektual, aturan dan kebijakan, tradisi dan rutinitas, struktur organisasi sekolah, bermitra secara efektif dan karakter norma-norma. Pemberdayaan potensi kultur sekolah dalam pengintegrasian konten pendidikan multikultural dapat dilakukan dengan cara interaksi komunikasi, menciptakan lingkungan yang bersih, nyaman dan kondusif, membuat ekstrakurikuler, membuat kegiatan lomba, memberikan ruang kelas dan perpustakaan sebagai tempat belajar dan membaca, memberikan peringatan atau sanksi bagi siswa yang melanggar tata tertib sekolah serta melakukan penyidakan, melaksanakan persembahyangan, kegiatan gotong royong dan menyediakan tempat pemilahan sampah, mengadakan pemilihan ketua OSIS dan perangkat kelas serta mengadakan program kerja melalui kerja sama antar siswa maupun antar guru, mengadakan rapat komite dan pembentukan struktur organisasi, menaati norma- norma dan saling menghargai dan menghormati antar warga sekolah.

Persamaan penelitian Yuli dengan penelitian saat ini adalah sama-sama membahas kultur sekolah sedangkan perbedaannya yaitu penelitian Lestari tentang bentuk dan pemberdayaan potensi kultur sekolah dalam mengintegrasikan konten pendidikan multikultural di SMA Negeri 3 Denpasar sedangkan penelitian ini membahas tentang Potensi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam Pengintegrasian Pendidikan Multikultural di Sekolah Dasar Negeri di SD N 1 Sumerta Denpasar.. Kontribusi dari penelitian Lestari terhadap penelitian saat ini adalah sebagai bahan penunjang dan acuan dalam mengkaji pemberdayaan kultur sekolah dalam pengeintegrasian konten pendidikan multikultural.

2.2 Konsep

Konsep adalah abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri atau atribut yang sama dari sekelompok objek, baik itu proses, peristiwa, objek, atau fenomena di alam yang membedakannya dari kelompok lain dan juga dasar untuk berpikir, untuk belajar, aturan dan akhirnya memecahkan masalah. Konsep memiliki representasi internal dari sekelompok rangsangan, konsep tidak dapat diamati atau bersifat abstrak, oleh karena itu konsep harus disimpulkan dari perilaku.

Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa konsep adalah hasil pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang diperoleh dari fakta, kejadian/peristiwa, fenomena alam, pengalaman, generalisasi, atau hasil pemikiran yang selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar berpikir, belajar, aturan dan akhirnya dapat memecahkan masalah.

Menurut Singarimbun dan Effendi, konsep adalah istilah atau definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak (abstraksi) suatu peristiwa, situasi, kelompok, atau individu yang menjadi objek. Dengan adanya suatu konsep, seorang peneliti diharapkan dapat menggunakan suatu istilah untuk beberapa kejadian yang berkaitan. Karena konsep juga berfungsi untuk mewakili realitas yang komplek.

Demikian pula Soedjadi, ia memandang bahwa konsep memiliki hubungan yang erat dengan definisi. Menurutnya, konsep adalah gagasan abstrak yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan sekumpulan objek, yang umumnya dinyatakan dengan istilah atau rangkaian kata. Lain halnya dengan definisi yang hanya membatasi makna untuk mengungkapkan informasi atau ciri-ciri suatu realitas. Keberadaan konsep sangat penting dalam sebuah penelitian. Selain dapat memudahkan kegiatan menggeneralisasikan berbagai realitas konkret maupun abstrak, juga karena menghubungkan dunia abstraksi dan realitas, serta antara teori dan observasi.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa konsep digunakan untuk menjabarkan hasil-hasil penelitian sebelumnya dan dibandingkan dengan penelitian yang dilaksanakan guna menjawab permasalahan yang diteliti dan sebagai gagasan, pengertian, gambaran mental yang berupa istilah-istilah atau rangkaian kata yang mengabstraksikan suatu objek (proses, pendapat, peristiwa, keadaan, kelompok, individu) untuk diklasifikasi dan merepresentasikan realitas yang kompleks sehingga dapat dipahami. Di sini, peneliti memusatkan perhatian pada definisi konsep yang digunakan dalam penelitian untuk membedakan nya

dari pengertian “definisi”, yaitu gambaran yang mengabstraksikan suatu gagasan dalam bentuk objek. Penulis menemukan satu hal pokok yang terkandung dalam sebuah konsep, yaitu karakteristik. Mengingat adanya potensi kesamaan antara berbagai konsep dengan istilah dan ciri yang sama yang memberikan warna baru karena penekanan yang berbeda. Konsep dalam kegiatan pendidikan dalam penelitian karya ilmiah wajib ditaati, dipatuhi serta dilaksanakan oleh peneliti, tujuannya agar topik yang akan diteliti tidak menyimpang dari kegiatan penelitian tentang potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam pengintegrasian konten pendidikan multikultural pada Sekolah Dasar Negeri di SD N 1 Sumerta Denpasar.

2.2.1 Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti

Dua istilah yang membangun konsep tersebut adalah istilah potensi dan mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Karena itu, uraian subbab ini akan diawali dari uraian tentang konsep mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, kemudian dilanjutkan dengan uraian konsep potensi. Hal ini penting untuk menemukan konsep yang utuh dan menghindari tafsir yang bias. Mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam penelitian ini mengacu pada konsep kurikulum dalam pendidikan. Telah diuraikan pada sub bab 1.1 sebelumnya bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Agama Hindu adalah salah satu isi dari kurikulum pendidikan nasional di Indonesia. Untuk memahami konsep mata pelajaran pendidikan

Agama Hindu dan Budi Pekerti maka peneliti akan mengacu pada peraturan pemerintah tentang standar kurikulum pendidikan nasional.

Peraturan Pemerintah (selanjutnya disingkat PP) Nomor 4 Tahun 2022 tentang Perubahan atas PP Nomor 57 Tahun 2021 tentang Standar Nasional Pendidikan dinyatakan bahwa Pendidikan Agama, Pendidikan Pancasila, dan Bahasa Indonesia adalah muatan kurikulum pendidikan dasar dan menengah yang dituangkan dalam bentuk mata pelajaran wajib. Mata pelajaran Pendidikan Agama yang dimaksud diatur lebih lanjut dalam Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (selanjutnya disingkat: Permendikbudristek Nomor 7 Tahun 2022, tentang Standar Isi pada Pendidikan Anak usia Dini, Jenjang Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan Menengah yang menyatakan bahwa Pendidikan Agama meliputi: (1) pendidikan Agama Islam, Pendidikan Agama Kristen, Pendidikan Agama Katolik, Pendidikan Agama Hindu, Pendidikan Agama Buddha, dan Pendidikan Agama Khonghucu. Dalam PP Nomor 57 Tahun 2007 dinyatakan bahwa “pendidikan Agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran Agama, yang dilaksanakan sekurang-kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang, dan jenis pendidikan”.

Kutipan-kutipan tersebut mengandung makna bahwa pendidikan Agama Hindu adalah salah satu muatan kurikulum dalam bentuk mata pelajaran, yang bertujuan untuk membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik dalam mengamalkan ajaran Agama Hindu. Nomenkaltur mata pelajaran

Pendidikan Agama Hindu yang diatur didalam standar pendidikan nasional dan standar isi pendidikan dasar dan menengah berubah menjadi Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti. Landasan hukum perubahan nomenkaltur mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu secara eksplisit belum peneliti temukan. Namun secara implisit dalam pemahaman peneliti mengacu pada Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

Dalam pasal 1 ayat 2 dan ayat 4 dinyatakan sebagai berikut:

Penumbuhan Budi Pekerti adalah Penumbuhan Budi Pekerti yang selanjutnya disingkat PBP adalah kegiatan pembiasaan sikap dan perilaku positif di sekolah yang dimulai sejak dari hari pertama sekolah, masa orientasi peserta didik baru untuk jenjang sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas dan sekolah menengah kejuruan, sampai dengan kelulusan sekolah (ayat 2).

Pembiasaan adalah serangkaian kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa, guru, dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif (ayat 4). Penulis memahami bahwa budi pekerti adalah penegasan bahwa Mata pelajaran Pendidikan Agama harus mengutamakan pembiasaan agar mampu memperkuat sikap dan keterampilan peserta didik dalam bentuk kebiasaan yang baik menurut ajaran Agama Hindu.

Mengikuti pandangan Nanduq (2018) bahwa mata pelajaran tersebut berpotensi untuk mengintegrasikan pendidikan multikultural. Potensi berasal dari bahasa Inggris “to potent”, yang berarti kekuatan (powerfull). Setiap individu pada hakikatnya memiliki suatu potensi yang dapat dikembangkan, baik secara

individu maupun kelompok melalui latihan-latihan. Secara umum potensi disebut dengan kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang sangat mungkin untuk dikembangkan, sehingga pada intinya potensi berarti suatu kemampuan yang masih bisa dikembangkan menjadi lebih baik lagi. Habsari (2005:2) mengemukakan bahwa potensi adalah kemampuan dan kekuatan baik fisik maupun mental dan mempunyai kemungkinan untuk mengembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik. Menurut Wilyono (2006:37) mengemukakan bahwa potensi diri adalah kemampuan dasar yang dimiliki manusia yang masih terpendam dalam diri nya yang menunggu untuk diwujudkan menjadi sesuatu kekuatan nyata dalam kehidupan.

Penelitian ini mengikuti pandangan Habsari bahwa potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan bila dilatih dan ditunjang dengan sarana yang baik dan relevan. Potensi adalah kemampuan atau kekuatan yang dimiliki oleh mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti yang memungkinkan untuk mengintegrasikan konten pendidikan multikultural. Dalam konteks pengembangan kurikulum, maka potensi sebagai kemampuan atau kekuatan meliputi aspek silabus dan kompetensi guru mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti.

Uraian-uraian tersebut menjadi titik tolak peneliti menyimpulkan bahwa yang dimaksud potensi mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti dalam penelitian ini adalah kekuatan mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu dan Budi Pekerti, sebagai salah satu muatan kurikulum, yang bertujuan untuk membentuk pengetahuan, sikap, dan keterampilan peserta didik sehingga menjadi

kebiasaan yang baik menurut ajaran Agama Hindu. Muatan atau ruang lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Agama Hindu menurut Permendibudristek Nomor Nomor 7 Tahun 2022 terdiri dari: (1) Kitab Suci Veda sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari, (2) Sraddha dan Bhakti, (3) pengalaman Ajaran Susila, (4) pelaksanaan acara, dan (5) sejarah Agama Hindu.

2.2.2 Konten Pendidikan Multikultural

Konsep pengintegrasian pendidikan multikultural dalam penelitian ini berkaitan dengan konsep pengembangan kurikulum. Banyak para pakar pendidikan di Indonesia berpandangan bahwa pendidikan multikultural adalah kebutuhan yang telat dan penting di tengah-tengah situasi kehidupan sosial bangsa Indonesia yang belum melaksanakan semboyan Bhineka Tunggal Ika secara konsisten. Oleh karena itu, uraian dalam subbab ini akan diawali dari uraian konsep konten pendidikan multikultural. Setelah itu, peneliti akan menguraikan konsep pengintegrasian agar bisa dirumuskan definisi istilah yang utuh dan relevan dengan konteks penelitian yang akan dilakukan.

Konten pendidikan multikultural merupakan salah satu dari lima dimensi pendidikan multikultural. Banks dikutip dalam penelitian Nanduq (2023) mengemukakan bahwa lima dimensi pendidikan multikultural meliputi, (1) integrasi konten, (2) pedagogy equty, (3) kontrsuksi pengetahuan, (4) pengurangan prasangka, dan (5) pemberdayaan budaya sekolah. Konten dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti “informasi yang tersedia melalui media”.

Adapun pengertian kata “media pendidikan” adalah “alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran” (Tim Redaksi KBBI,