3. HASIL DAN PEMBAHASAN 1 Hasil
3.2.3 Lanjutan
Tahap lanjutan raket mengikuti daerah pegangan mengarah ke bawah sejajar dengan pengembalian bola, doronglah tubuh ke arah depan dengan kaki yang
berada di belakang, untuk mendorong tubuh kembali ke tengah lapangan gunakan lah pemindahan berat badan untuk menambah tenaga.
Untuk mengukur keterampilan atlet dalam melakukan teknik pukulan backand drive diperlukannya test pengukuran, test pengukuran yang digunakan adalah dengan tes wall volley.
4. KESIMPULAN
Hasil tes pengukuran yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa rata-rata kemampuan atlet pemula di klub PMS dalam melakukan pukulan backhand drive selama 30 detik dengan jumlah pengulangan masing-masing atlet 6 kali dan dengan waktu istirahat 15 detik adalah 173,36. Nilai tertinggi yaitu 207 pukulan, sedangkan nilai terendah adalah 136 pukulan.
Berdasarkan uji normalitas data dinyatakan normal dan berdasarkan uji T diperoleh hasil Ha diterima.
REFERENSI
Alhusin, Syahri. 2007. Gemar Bermain Bulutangkis. Surakarta: CV Seti-Aji.
Grace, Tony. 1996. Petunjuk Praktis Untuk Pemula Dan Lanjut. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Komari, Amat. 2005. Pengenalan Permainan Bulutangkispada Usia Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol 2 Edisi Mei (2005).
Mukholid, Agus. (2015). Pendidikan Jasmani Olahraga & Kesehatan. Surakarta: Yudhistira.
Pool, James. 2013. Belajar Bulutangkis. Bandung: Pionir Jaya.
Purnama, Sapta Kunta. 2010. Kepelatihan Bulutangkis Modern. Surakarta: Yuma Pustaka.
Subardjah, Herman. 2000. Bulutangkis. Bandung: Pioner Jaya.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan: Research and Development. Bandung:
CV. Alfabeta.
Tohar. 1992. Olahraga Pilihan Bulutangkis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Perkembangan Kemampuan Gerak Dasar Manipulatif Anak Laki-Laki Sekolah Dasar Usia 7-10 Tahun Di Daerah Dataran Rendah
Samuel Oktovianus Saeketu 1*, Sugiyanto 2, Sapta Kunta Purnama 3
1) Magister Ilmu Keolahragaan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
2)3)Pascasarjana Ilmu Keolahragaan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Indonesia
*Email: [email protected]1*, [email protected] 2, [email protected] 3
1. PENDAHULUAN
Proses pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah sangatlah penting terhadap kemampuan keterampilan peserta didik. Perkembangan keterampilan yang dimiliki peserta didik juga bergantung kepada kemampuannya untuk mencerna materi atau ilmu yang disampaikan dan memprosesnya sehingga dapat melakukan keterampilan gerak dengan benar. Peserta didik yang mampu mencerna informasi atas materi yang disampaikan lebih memungkinkan untuk dapat melakukan pola gerak yang lebih baik. Perkembangan yang dialami oleh anak perlu mendapat pengawasan yang maksimal baik dari guru maupun orang tua sehingga dapat segera mungkin memberi penanganan apabila terjadi suatu permasalahan seperti keterlambatan gerak pada anak.
Abstrak Keywords:
Gerak dasar manipulatif; Anak laki-laki; Dataran rendah
Keterampilan gerak dasar merupakan awal dari proses gerakan yang lebih kompleks dan harus dikuasai individu pada awal dalam hidupnya, prosesnya diawali dari pencapaian kontrol postural dan keterampilan meraba obyek dengan tangan. Kemampuan gerak dasar manipulatif ialah gerakan yang memerlukan kontrol obyek yang berada di luar tubuh. Tujuan dilakukan penelitian ini adalah guna mengetahui perkembangan kemampuan gerak dasar manipulatif anak laki-laki sekolah dasar di daerah dataran rendah. Penelitian dilakukan di Kabupaten Karanganyar dengan jumlah sampel sebanyak 80 anak laki-laki siswa sekolah dasar. Guna mengukur kemampuan gerak dasar manipulatif instrumen yang digunakan yaitu Test Gross Motor Development-2 (TGMD-2) melalui hasil test tersebut dapat dilihat bagaimana perkembangan yang terjadi. Jenis penelitian ini adalah studi kausal komparatif. Metode analisis yang digunakan yaitu statistik deskriptif yaitu mencari rata-rata dari berbagai macam item test yang dilakukan. Dataran rendah merupakan wilayah yang relatif datar dan berada pada ketinggian di bawah 200 meter di atas permukaan air laut, anak usia sekolah dasar cenderung lebih mudah melakukan aktivitas sehari-hari sebab tidak banyak medan yang sulit untuk dicapai. Dari hal inilah perlu diketahui bagaimana perkembangan kemampuan gerak dasar manipulatif anak sekolah dasar di dataran rendah. Hasil dari penelitian yang telah dilakukan ini menunjukkan semakin bertambahnya usia semakin berkembang pula kemampuan gerak dasar manipulatif yang dimiliki anak laki-laki di daerah dataran rendah.
Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan, fisik, penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, dan sosial) serta pembiasaan pola hidup yang sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang (Rosyidi Luqman, 2015). Lewat pendidikan jasmani individu dilatih untuk dapat melakukan suatu pola gerak yang benar di mana dengan bergerak secara tepat sesuai dengan fungsinya akan memberikan dampak maksimal bagi individu yang melakukannya.
Pengembangan keterampilan kemampuan gerak merupakan suatu kompetensi untuk meningkatkan kinerja dalam berbagai kegiatan fisik, apabila seorang anak memiliki kemampuan gerak yang rendah dapat menyebabkan rendahnya partisipasi anak untuk bergerak sehingga memungkinkan terjadinya obesitas, kesehatan mental, dan kebugaran yang kurang baik. Dengan berolahraga berarti seseorang melatih dirinya untuk bergerak dan menguasai setiap keterampilan sehingga menjadi gerakan yang dilakukan semakin halus dan efisien berguna juga untuk memberi dampak kesehatan bagi tubuh. Keterampilan Gerak dasar yang semakin dapat dikuasai, memungkinkan peserta didik untuk terdorong untuk lebih meningkatkan keterampilan gerak tersebut.
Menurut Mujiono, Dkk. (2017: 3) Keterampilan gerak merupakan keterampilan yang penting di dalam kegiatan sehari-hari dan olahraga”. Kemampuan fisik anak akan berpengaruh terhadap perkembangan keterampilan gerak atau meningkatnya keterampilan berolahraga (Satria Dwi Candra, 2016). Penguasaan gerak dasar manipulatif dapat berkembangan dengan baik jika individu memperoleh kesempatan yang banyak untuk melakukan setiap gerak yang diajarkan.
Kemampuan manipulatif lebih melibatkan tangan dan kaki, tetapi bagian lain dari tubuh kita juga digunakan (Budi Sulistyani, 2016). Kemampuan gerak dasar manipulatif sendiri merupakan kemampuan gerak seseorang untuk mengontrol benda yang berada di luar tubuhnya guna melaksanakan keterampilan gerak tertentu. Dengan penguasaan gerak manipulatif yang baik tentu dapat membantu individu dalam melaksanakan aktivitas tertentu. Dalam pelaksanaan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar tentunya materi yang disampaikan kepada peserta didik diberikan secara bertahap sehingga secara perlahan peserta didik dapat menerima dengan pemahaman yang benar sehingga praktek yang dilakukan akan maksimal. Keterampilan gerak dasar manipulatif merupakan hal penting sebab sangat berpengaruh bagi setiap peserta didik sebab merupakan landasan untuk kemampuan gerak yang lebih kompleks untuk dilakukan.
Bangsa Indonesia memiliki begitu banyak keragaman bukan saja suku, bahasa dan budaya tetapi banyak lagi salah satunya dengan perbedaan letak geografis suatu wilayah.
Perbedaan letak geografis tersebut seperti daerah dataran tinggi, daerah dataran rendah, dan daerah pesisir. Bahkan Indonesia merupakan negara maritim di mana sebagian besar wilayahnya adalah perairan yaitu hamparan laut yang sangat luas. Perbedaan tersebut memungkinkan menimbulkan perilaku yang berbeda dalam melakukan kegiatan sehari-hari tidak terlepas dengan aktivitas fisik yang dilakukan oleh anak-anak sehingga dapat mempengaruhi kemampuan perkembangan gerak dasar. Sejalan dengan pertumbuhan fisik anak yang semakin tinggi dan semakin besar maka kemampuan fisik meningkat (Johan Cahyo Baskoro, 2014). Hal tersebut dapat dilihat bila seorang individu mengalami pertumbuhan dan perkembangan kemampuan fisik seperti fleksibilitas, kekuatan, kelincahan, dan koordinasi gerak semakin terlihat jelas keterampilan gerak yang dimiliki oleh individu tersebut.
Gatot Harmanto (2017: 10) menyatakan dataran rendah letaknya tidak lebih dari 200 meter di atas permukaan air laut. Dataran rendah merupakan wilayah yang cenderung datar dengan medan yang mudah dicapai baik oleh kendaraan maupun berjaan kaki. Suhu udara yang ada tidak sedingin dengan daerah yang berada pada dataran tinggi. Banyak pusat-pusat pemerintahan, keamanan, perdagangan dan banyak lagi aktivitas masyarakat yang dapat dilakukan sebab medan yang ada sangatlah mendukung. Dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani di dataran rendah tidak banyak kendala seperti adanya jurang, tebing, tempat
yang curam seperti halnya ada pada dataran tinggi. Peserta didik lebih leluasa dalam melakukan keterampilan gerak yang dipelajarinya. Dataran rendah seringkali menjadi pusat tempat atau daerah bagi kegiatan ekonomi, industri dan berbagai kepentingan lainnya di mana menjadi daerah yang memiliki lebih banyak jumlah penduduknya bakan dapat dikatakan wilayah padat penduduk.
Hal-hal di atas dapat menyatakan setiap anak beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggal masing-masing seperti tempat tinggal (medan), iklim, cuaca, suhu udara dan lainnya.
Berpengaruh juga terhadap fisiologis dan anatomis setiap individu yang tinggal di tempat yang berbeda tersebut. Sehingga memungkinkan mempengaruhi kemampuan gerak dasar manipulatif.
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian perkembangan yaitu penelitian yang memusatkan pada variabel-variabel dan perkembangannya selama beberapa kurun waktu tertentu. Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional method yaitu peneliti tidak mempertahankan subyek penelitian yang harus diamati dalam jangka waktu lama, tetapi memunculkan subyek-subyek baru yang mengganti subyek lama dari berbagai kelompok umur (Yatim Riyanto, 2001).
Penelitian ini juga bersifat kausal komparatif yaitu menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat berdasarkan pengamatan terhadap akibat yang ada, mencari kembali fakta yang mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu (Cholid Narbuko & Abu Achmadi, 2013). Sumadi Suryabrata (2016: 85) menyatakan, “Penelitian kausal komparatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat)”. Sehingga penelitian ini mengumpulkan data dari kejadian yang telah lewat atau berlangsung, maka tidak perlu menunggu perkembangan anak dari kelas satu sampai dengan kelas empat, sebab akan memerlukan waktu yang sangat lama. Pengumpul data merupakan suatu cara atau prosedur sistematis untuk mengumpulkan data yang diperlukan dan dapat menentukan berhasil atau tidaknya suatu penelitian (Jakni, 2016). Langkah untuk memperoleh data yang diperlukan pengambilan data pada penelitian ini menggunakan instrumen penelitian Test Gross Motor Development (TGMD-2) yang berguna untuk mengukur keterlambatan perkembangan kemampuan motorik kasar anak (Dale Ulrich, 2000).
Pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Propotional Stratified Random Sampling digunakan jika populasi yang akan diteliti heterogen atau terdiri dari kelompok-kelompok yang bertingkat (Slamet Widodo, 2004). Sampel penelitian ini adalah siswa sekolah dasar di kabupaten Karanganyar sebanyak 80 anak laki-laki terdiri dari siswa kelas 1 sampai dengan siswa kelas 4. Di mana penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar Negeri Papahan 1, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Karanganyar. Teknik analisis data menggunakan analisis statistik deskriptif statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum ( Sugiyono, 2010).
Pada penelitian ini penyajian data menggunakan tabel dan grafik dimana analisis data menggunakan mean (Me), nilai rata-rata didapat dengan menjumlahkan nilai setiap kelompok umur kemudian dibagi sesuai dengan jumlah banyaknya masing-masing kelompok umur tersebut dengan rumus sebagai berikut:
Dengan keterangan dimana:
Me = Mean (Rata-rata)
∑ = Epsilon (baca jumlah) Xi = Nilai x ke i sampai ke n N = Jumlah individu