3. PEMBAHASAN DAN HASIL
3.2. Perkembangan Kemampuan Gerak Dasar Manipulatif
Dengan keterangan dimana:
Me = Mean (Rata-rata)
∑ = Epsilon (baca jumlah) Xi = Nilai x ke i sampai ke n N = Jumlah individu
gerak dan menuntut lebih banyak konsentrasi atau fokus. Dari hasil test yang telah dilaksanakan menunjukkan bahwa kemampuan gerak dasar manipulatih senantiasa berkembang seturut dengan pertambahan usia peserta didik. Item-item test yang digunakan untuk mengetahui kemampuan gerak dasar manipulatif yaitu memukul bola menggunakan pemukul (Striking a stationary ball), menendang bola (Kick), menggelindingkan bola (Underhand Roll), melempar (Overhand Throw), menangkap (Catch), dan memantulkan bola (Stationary Dribble). Dalam pelaksanaan test setiap item test memiliki skor maksimal 8, jadi jumlah keseluruhan skor adalah 48.
Hasil penelitian menunjukkan pada usia 7 tahun rata-rata T-skor kemampuan gerak manipulatif anak laki-laki di daerah dataran rendah sebesar 42,31 dimana dari keenam item test yang diambil kemampuan yang paling tinggi pada kemampuan memukul bola menggunakan pemukul, di mana siswa dapat melakukan gerakan sesuai kriteria test dengan tepat. Putaran siku dapat membantu memudahkan untuk memukul bola dimana siswa dapat melakukannya dengan cukup baik.
Pada usia 8 tahun rata-rata T-skor kemampuan gerak dasar manipulatif sebesar 46,9 kemampuan paling tinggi dari keenam item test yang dilakukan yaitu menendang bola, di mana otot individu terlihat lebih kuat dibanding usia yang berada dibawahnya. Individu dapat menendang bola dengan menopang tubuhnya dengan lebih baik dan gerak lanjut semakin dapat dipahami dengan baik.
Pada usia 9 tahun rata-rata T-skor kemampuan gerak dasar manipulatif anak laki- laki sebesar 49,08 dan item test yang tinggi yaitu menangkap bola. Kesiapan individu untuk melihat datangnya obyek lebih baik, gerakan yang dilakukan untuk meredam datangnya bola semakin halus sehingga bola dapat ditangkap tangan dengan cukup baik.
Pada usia 10 tahun rata-rata T-skor kemampuan gerak dasar manipulatif anak laki- laki sebesar 59,16 dimana cukup significant bila dibanding dengan kemampuan usia sebelum, kemampuan menendang bola dan memukul bola hampir sama dan lebih tinggi dibandingkan dengan kemapuan gerak lainnya. Saat mendribble bola gerakan yang dilakukan semakin halus dan dapat mengontrol pergerakan bola sesuai dengan arah yang dikehendakinya. Kemampuan memukul bola juga semakin tepat dan perpindahan berat badan ke arah depan terlihat dengan pengamatan dari pergerakan pinggulnya.
4. KESIMPULAN
Kesimpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan kemampuan gerak dasar manipulatif anak laki-laki di daerah dataran rendah senantiasa bertambah dari waktu ke waktu sesuai dengan pertumbuhan pertambahan usia, yang dapat dilihat juga dari kelas yang semakin besar atau semakin tinggi kelasnya dan akan terus berkembang dengan pesat apabila dilakukan dengan latihan rutin yang tepat.
UCAPAN TERIMA KASIH
Peneliti berterima kasih dapat berpartisipasi pada Seminar Nasional Ilmu Keolahragaan dengan tema “Peranan Perguruan Tinggi untuk Mewujudkan Kemandirian dan Daya Saing Bangsa Menuju Kepeloporan Industri Olahraga 4.0.” kiranya dapat memberikan manfaat sebaik mungkin atas partisipasi pada seminar nasional sport science di Universitas Sebelas Maret Surakarta 2019.
REFERENSI
Baskoro, J.C. (2014). Perkembangan kemampuan melempar dan berlari pada anak-anak usia 7-12 tahun ditinjau dari jenis kelamin. Tesis. Program Studi Pascasarjana Ilmu Keolahragaan.
Universitas Sebelas Maret.
Budi, Sulistyani. (2016). Meningkatkan kemampuan gerak manipulatif melalui menggiring bola pada anak kelompok A di TK Tlogolelo Kokap Kulon Progo. Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Vol. 9 No. 5, 918-929.
Harmanto, Gatot. (2017). Geografi unttuk siswa SMA/MA Kelas XI kelompok peminatan ilmu- ilmu sosial. Bandung: Yrama Widya
Jakni. (2016). Metodologi Penelitian Eksperimen Bidang Pendidikan. Bandung: Alfabeta
Mujiono, Dwi Zoelviawatie, Betari, Kurniawati. (2017). Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Surakarta: PT. Putra Nugraha Sentosa
Narbuko, Cholid & Abu Achmadi. (2013). Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara Noor, Djauhari. (2006). Geologi Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Riyanto, Yatim. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC
Satria, D.C. (2016). Perkembangan kemampuan kapasitas aerobik dan anaerobik pada anak usia 6 sampai dengan 12 tahun ditinjau dari latak topografi dan jenis kelamin. Tesis. Program Studi Pascasarjana Ilmu Keolahragaan. Universitas Sebelas Maret.
Sugiyono. (2010). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta
Suryabrata, Sumadi. (2016). Metodologi Penelitian. Jakarta. PT. Raja Grafindo Persada Ulrich, Dale A. (2000). Test of Gross Motor Development second edition. Texas: Proed Widodo, Slamet. (2004). Metodologi Penelitian. Surakarta: UNS Press
HUBUNGAN FLAT FOOT DENGAN PATELLAR TENDINOPATHY PADA PEMAIN BASKET”
Sigit Saputro1, Sugiyanto2, Hanik Liskustyawati 3 Program Pascasarjana Ilmu Keolahragaan Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126
1. PENDAHULUAN
Olahraga bolabasket merupakan olahraga yang dimainkan dua tim yang masing-masing tim bertujuan untuk mencentak angka ke keranjang lawan, pada olahraga ini memiliki banyakan gerakan yang komplek seperti lompat yang diikuti landing, shooting, sprint, joging, dan pivot.
Gerakan melompat yang diikuti landing merupakan gerakan yang banyak dilakukan saat melakukan olahraga basket persentasi dari gerakan lompat sebanyak 70% dalam olahraga basket (Struzik et al., 2014).
Pada gerakan melompat dan landing otot quadriep berkontraksi secara eccentrik yang diikuti otot hamstring berkontraksi secara concentric, sehingga otot quadricep mendapatkan beban terbesar ketika kontraksi eccentric saat landing ketika otot bekerja secara eccentric otot berkontraksi secara memanjang menyebabkan force yang ada pada otot lebih besar dibandingkan dengan kontraksi concentric dan isometric sehingga pada kontraksi eccentric otot dan tendon lebih beresiko mengalami strain ( Herzog. 2014).
Patellar tendinopathy adalah keadaan dimana adannya nyeri lokal pada area proksimal tendon yang menepel pada os.patella. Keadaan ini terjadi karena beban pada tendon berlebih seperti gerakan melompat, ketika turun setelah melompat dan saat mengubah arah gerakan (pivot) (Zwerver. 2008).
Pada keadaan patellar tendinopathy dapat diperparah bila adannya gangguan pada kaki salah satu nya yaitu flat foot atau pes planus merupakan kondisi medial arcus yang rendah, arcus digambarkan sebagai elevasi segmental kaki yang terdiri dari beberapa ligament yaitu plantar calcanea navicular ligament ( ligament lunak yang bersifat pegas), ligament deltoid, otot dan artikulasi tulang dimana fungsi dari ligament sebagai stabilisasi dari legkungan arkus sedangkan fungsi otot sebagai stabilisasi aktif saat melakukan gerakan. Dengan adannya disfungsi dari arkus kaki akan menyebabkan flat foot (Carr et al.,2016).
Besarnya gaya yang dihasilkan oleh otot quadricep berpengaruh pada sendi patello femoral, gaya tersebut juga dipengaruhi oleh sudut dari panjangnya otot quadricep terhadap sendi lutut terhadap gerak dati sendi patello femoral yang sering disebut Q- angle. Q angle in dilihat dengan menarik garis maya lurus dari anterior super iliac spine (SIAS) ke titik tengah dari tulag patella dan dari titik tengah tulang patella ke tuberositas tibia dan dapat diukur
Abstrak Keywords:
Flat Foot, Patellar Tendinopathy, Bolabasket.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui adannya hubungan flat foot terhadap kejadian patellar tendinopathy. Jenis Penelitian ini adalah korelasional dengan pendekatan cross sectional dengan desain penelitian berupa Sperman Rho. Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Simple Random Sampling. Jumlah sampel sebanyak 23 orang. Hasil uji Spearman Rho didapatkan nilai flat foot dan patellar tendinopathy adalah p value (0,000) dengan nilai r (0,726).
menggunakan goneometer dimana sudut normal dari Q – angle yaitu 15 derajat jika lebih maka akan menyebabkan adannya kerusakan pada badan facer patella, adannya muscle imbalance, dan menyebabkan patellar tendinopathy. ( Khalid et al., 2015).
2. METODE
Penelitian yang dilakukan di akademi bola basket bhineka dan sritex dragon. Adapun penelitian penelitian ini dilaksanakan pada bulan maret 2018 dengan jumlah pouplasi sebanyak 60 orang Jenis penelitian yang dilakukan ini menggunakan penelitian korelasional dengan pendekatan cross sectional. Desain penelitian yang digunakan menggunakan spearman rho.
Dengan pengambilan sampel menggunakan simple random sampling didapatkan jumlah sampel sebanyak 23 sampel.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitan ini dilaksanakan di Akademi Bola Basket Bhineka Solo, dan Akademi Bola Basket Sritex Dragon Solo di Gedung Olahraga Sritex Arena, dan di SMP Bintang Laut Solo dengan subyek penelitian adalah anggota – anggota akademi bola basket dengan kelompok umur
≥ 15 tahun sebanyak 60 orang Dari jumlah populasi tersebut ditentukan jumlah sampel sebanyak 23 orang sampel.
Responden pada penelitian ini anggota akademi bola basket yang memenuhi kriteria inklusi (responden positif mengalami flat foot dan patellar tendinopathy) dan ekslusi yang telah ditetapkan oleh peneliti. Tehnik pengambilan sampel yang telah digunakan pada penelitian ini adalah simple random sampling.