• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.2.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Menurut Secer et al (2010) kejadian nyeri punggung bawah meningkat pada usia remaja (20-24 tahun) sampai orang tua. Klasifikasi pada tulang belakang yang berurutan dan saling berdekatan sehingga memudahkan timbulnya rasa nyeri pada daerah tulang belakang. Sari, Mogi, dan Angliadi (2015) dalam penelitiannya umur subjek penelitian dibatasi 20-35 tahun. Subjek terbanyak ialah subjek yang berumur 20-25 tahun yaitu berjumlah 21 orang dari total subjek 30 orang. Umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu 20-35 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada usia 20 tahun dan keluhan meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Rentang usia responden dalam penelitian yang peneliti lakukan adalah 21-23 tahun dengan rata-rata usia 22 tahun.

3.2.2. Karakteristik Responden Berdasarkan duduk lama

Wijayanti, Yuantari, dan Asfawi (2013) dalam penelitiannya terdapat sebanyak 63,9% responden mengalami keluhan nyeri punggung ringan dan 36,1% responden mengalami keluhan nyeri punggung sedang setelah beraktifitas dengan posisi duduk. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sari, Mogi, dan Angliadi (2015) yang menyatakan bahwa 70% responden dalam penelitiannya mengalami nyeri punggung bawah akibat duduk dalam waktu yang lama. Semakin lama seseorang duduk maka ketegangan otot dan keregangan ligamentum semakin bertambah. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wulandari (2010) yang mengatakan bahwa mahasiswa yang duduk dalam jangka waktu yang lama lebih berisiko mengalami nyeri punggung bawah.

Aktivitas duduk terlalu lama dengan perilaku statis akan menimbulkan gangguan pada sistem muskuloskeletal dan memberikan tekanan cukup besar di diskus intervertebralis sehingga bisa menimbulkan nyeri punggung bawah. Tulang belakang terhubung dengan ligamen yang bisa memicu rasa sakit. Terlalu lama duduk dengan posisi yang salah akan menyebabkan ketegangan otot-otot dan keregangan ligamentum tulang belakang. Hal ini menyebabkan tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Frizka dan Martiana (2015) mengatakan bahwa ada hubungan kuat antara duduk statis dengan keluhan muskuloskeletal.

Pada saat bekerja dengan posisi duduk di lantai, sebagian besar pekerja bekerja dengan posisi canggung (awkward position yaitu dengan punggung membungkuk, kaki menyilang atau saling menekan. Posisi canggung disebabakan oleh respon tubuh pekerja untuk menyesuaikan diri pada tempat kerja. Seringkali posisi canggung tersebut dipertahankan dalam jangka waktu yang lama karena area kerja yang tidak terlalu luas dan pekerjaan yang mengharuskan untuk duduk dalam jangka waktu lama. Dampaknya adalah banyak pekerja yang mengalami keluhan pada daerah punggung.

3.2.3. Hasil pembahasan pengaruh core stability terhadap penurunan nyeri punggung bawah pada mahasiswa fisioterapi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Malang

Menurut The International Association for the Study of Pain (IASP), yang termasuk dalam nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dibatasi daerah superior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung processus spinosus dari vertebra thorakal terakhir, daerah inferior oleh garis transversal imajiner yang melalui ujung

processus spinosus dari vertebra sakralis pertama dan lateral oleh garis vertikal yang ditarik dari batas lateral spina lumbalis (Guyton ,2008).

Salah satu tindakan untuk mengatasi masalah pada nyeri punggung bawah dapat diberikan intervensi core stability exercise. Diberikannya intervensi Core stability exercise disini untuk meningkatkan kemampuan neuromuscular dalam mengontrol dan melindungi tulang belakang dari cidera. Latihan ini ditujukan untuk meningkatkan kontrol dari pada lumbopelvic. Efek latihan core stability akan mengembangkan kerja otot-otot dynamic muscular corset. Dengan terjadinya kontraksi yang terkoordinasi dan bersamaan (Co-Contraction) dari otot-otot tersebut akan memberikan rigiditas celender untuk menopang trunk. Akibatnya tekanan intradiskal berkurang dan akan mengurangi beban kerja dari otot lumbal, sehingga jaringan tidak mudah cidera dan ketegangan otot lumbal yang abnormal berkurang (Kisner, 2011).

Dengan terjadinya pelemasan otot diharapkan akan terjadi perbaikan muscle pump yang berakibat meningkatkan sirkulasi darah pada jaringan otot punggung.

Dengan demikian suplai makanan dan oksigen di jaringan otot menjadi lebih baik dan nyeri yang ditimbulkan karena spasme akan berkurang. Selain itu teraktivasinya otot core yang berfungsi sebagai otot stabilisator tulang belakang akan membuat otot global muscle yang tadinya spasme menjadi rileks, dengan demikian didapatkan pula stabilitas tulang belakang yang baik dan posisi tulang belakang dalam keadaan normal (Kisner, 2011).

Intervensi core stability ini dilakukan selama 3 minggu. Pernyataan ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Gauri et,al (2014) yang memberikan sesi perlakuan tiga kali seminggu selama 3 minggu. Setelah dilakukan perlakuan selama 3 minggu didapatkan Core Stability Exercise efektif dalam mengurangi rasa sakit dan meningkatkan aktivitas fungsional pada subjek yang mengalami nyeri punggung bawah yang tidak spesifik. Penelitian Balla et al (2012) didapati bahwa dari 38 responden yang diberikan latihan penguatan core selama 3 minggu efektif dalam mengurangi nyeri dan peningkatan daya tahan pada pasien dengan nyeri punggung bawah subakut yang tidak spesifik.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti didapatkan rata-rata nilai nyeri sebelum intervensi core stability exercise adalah 5,7 dan sesudah intervensi core stability exercise menjadi 1,5 sehingga selisih yang didapat sebesar 4,2. Berdasarkan hasil dari uji statistic menggunakan paired sampel t – test menunjukan terdapat pengaruh Core Stability terhadap penurunan nyeri punggung bawah pada mahasiswa fisioterapi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Malang. Hasil ini sesuai dengan penelitan yang dilakukan oleh Indah (2014) yang menyebutkan bahwa core stability exercise berpengaruh pada pasien nyeri punggung bawah terhadap penurunan nyeri.

4. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh Core Stability Exercise terhadap penurunan nyeri punggung bawah pada mahasiswa fisioterapi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Malang dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Didapatkan penurunan nilai nyeri punggung bawah dengan nilai rata-rata pre test adalah 5,7 dan nilai rata-rata post test adalah 1,5 sehingga memiliki selisih 4,2.

2. Ada pengaruh Core Stability Exercise terhadap penurunan nyeri punggung bawah pada mahasiswa fisioterapi semester akhir di Universitas Muhammadiyah Malang.

REFERENSI

Bala, K., Gakhar, M. and Jagga V. (2012). Effect of Endurance Training Of Trunk Extensor Muscles on Pain and Endurance in Patients with Sub Acute Nonspecific Low Backache.

Journal of Exercise and Physiotherapy. Vol.8.No. 2 : 82-86.

Ebnezar, J. (2012). Low Back Pain. 1st Edition. New Delhi : Jaypee Brothers Medical Publishers.

Evan, M. (2010). Pathophysiology of Pain and Pain Assessment. American Medical Association.

Freburger JK, Holmes GM, Agans RP, Jackman AM, Darter JD, Wallace AS. (2009). The rising prevalence ofchronic low back pain. Arch Intern Med. Vol. 169, No 3 : 231-268.

Frizka dan Martiana. (2015). Hubungan Antar Karakteristik Individu Unit Kerja dan Faktor Ergonomi Dengan Keluhan Kesehatan di Industri Kecil Sepatu Kota Mojokerto. The Indonesian Journal Of Occupational Safety, Healty and Environment. Vol.1, No 1 : 37-34.

Gauri Shankar, Yama Joshi. (2014). Effect of core stability exercises in treatment of non specific low back pain in young adults. International Journal of Research & Review. Vol.1, No. 1 : 48-52.

Guyton, A.C., dan Hall, J.E. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC.

Hammed , Akinpelu, Oyew ole, Gbiri. (2013). Prevalenceof LowBack Pain among Adolescent Students in a Nigerian Urban Community. AJ PARS. Vol. 5, No.1 & 2 : 29 – 34

Harrianto, R. (2009). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC.

Indah, P. (2014). CoreStabilityExercise Lebih Baik Meningkatkan Aktivitas Fungsional Dari Pada William’s Flexion Exercise Pada Pasien Nyeri Punggung Bawah Myogenic. Universitas Udayana. Bali.

Judha, M., Sudarti, dan Fauziah, A., (2012). Teori Pengukuran Nyeri & Nyeri Persalinan, Nuha Medika, Yogyakarta.

Kibler, WB. (2006). The Role Of Core Stability In Athletic Function. Lexington Clinic Sports Medicine Center, Lexington, Kentucky 40504. Sports Med. Vol. 36, No. 3 : 189-98.

Kisner, C. (2011). Therapeutic Exercise Foundation and Techniques. Sixth edition. Philadelphia;

F.A Davis Company.

Rahmawati D. (2006). Idiopathic low back pain. Dalam : simposium nyeri punggung bawah.Semarang.

Sari, Ni Putu L. N. I., Theresia Isye mogi., Engeline angliadi. (2015). Hubungan Lama Duduk Dengan Kejadian Low Back Pain Pada Operator Komputer Perusahaan Travel Di Manado.

Jurnal e-Clinic. Vol 2, no 3.

Secer, M. et al., (2010). Nonspecific Low Back Pain in a Group of Young Adult Men. Turkish Neurosurgery. Vol.21, No. 2 : 135-139.

Smith BE, Chris Littelwood, and Stephen May. (2014). An update of stabilization exercises forlow back pain: a systematic review with meta-analysis. BMC Musculoskeletal Disorders.15 : 416.

Wijayanti, Tiyas., Yuantari, MG Catur., Asfaw, Supriyono. (2013). Hubungan Antara Posisi Kerja Duduk Dengan Keluhan Subyektif Nyeri Pinggang Pada Penjahit Garment Di PT. Apac Inti Corpora Kabupaten Semarang Tahun 2013. Universitas Dian Nuswantoro Semarang.

Semarang.

Wulandari, Irine Dwitasari. (2010). Hubungan Lama dan Sikap Duduk Perkuliahan Terhadap Keluhan Nyeri Punggung Bawah Miogenik Pada Mahasiswa di Universitas Muhammadiyah Surakarta. Jurnal Pena. Vol.19, No. 1 : 29-37.

KETERAMPILAN TEKNIK PUKULAN BACKHAND DRIVE BULUTANGKIS PADA ATLET KATEGORI PEMULA

Rezza Adiluhung Prasetya Mahendra. 1, Agus Kristiyanto2, Sapta Kunta Purnama3 Program Pascasarjana Ilmu Keolahragaan

Universitas Sebelas Maret, Surakarta, 57126

*Email: [email protected]

1. PENDAHULUAN

Bulutangkis merupakan cabang olahraga yang termasuk dalam olahraga permainan bola kecil. Olahraga bulutangkis adalah kategori olahraga dengan memanfaatkan alat berupa raket menjadi alat pukul dan shuttlecock menjadi objek pukul yang membutuhkan keterampilan dasar hingga kompleks (Subarjah, 2011). Permainan bulutangkis dapat dimainkan dengan satu lawan satu (single) dan dua lawan dua (double). Kategori permainan bulutangkis dibagi menjadi tunggal putra/putri, ganda putra/putri, ganda campuran.

Olahraga bulutangkis memiliki beberapa teknik yang perlu dikuasai. Berikut ini teknik dalam olahraga bulutangkis.

Dalam dokumen PDF PROCEEDINGS - Sebelas Maret University (Halaman 159-163)