TABEL 7.1
Daftar Perkiraan Besaran Sampel Berdasarkan Rumus Krejcie dan Morgan, dengan p = .50 dan d= .05 (Tingkat Kepercayaan 95%).
N
4. Penentuan besaran sampel dengan rumus Slovin sebagai berikut:
2
s n
1 N.e
= +
Keterangan:
s = sampel N = populasi
e = derajat ketelitian atau nilai kritis yang diinginkan
Dengan menggunakan contoh di atas (N= 200, e = .05), didapat hasil sebagai berikut:
2
200 200 200 200
s 134
1 200 x 0.0025 1 0.5 1.5 1 200 xc 0.05
= = = = =
+ +
+
Berdasarkan rumus Slovin, ternyata jumlah sampel sebesar 134 orang.
Dengan memperhatikan hasil penggunaan beberapa rumus di atas, ter- nyata hasilnya mendekati kesamaan. Oleh karena itu, dalam menentu- kan besaran sampel dapat digunakan salah satu rumus dengan benar, selagi konsisten dan memegang teguh acuan tingkat kepercayaan yang diinginkan (dalam hal ini 95%) dan ketepatan ( precise ) sampling (da- lam hal ini α = 5%). Apabila diambil tingkat kepercayaan 80%, atau alpha 20%, berarti dari 100 kali percobaan 20 kali akan salah. Sehu- bungan dengan itu, perumusan karakteristik populasi dengan benar
sebelum menentukan sampel merupakan pilar awal yang sangat me- nentukan. Di lain pihak jangan pula terjadi hendaknya, pembuktian hipotesis menggunakan tingkat kepercayaan 95%, sedangkan pada pe- milihan sampel digunakan tingkat kepercayaan 80%, sebab akan terjadi kesalahan pengukuran ( error of measurement ).
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
3) Berikan waktu secukupnya, sehingga setiap responden mengisi semua butir soal sesuai dengan keadaan sebenarnya.
Dalam instrumen berbentuk skala ini tidak ada jawaban yang benar atau salah, seperti dalam tes. Oleh karena itu, waktu bukanlah sesuatu yang me- nentukan. Jangan batasi waktu sekaku mungkin, seperti dalam melaksana- kan suatu tes.
4) Format dan perwajahan instrumen adalah sesuatu yang penting.
Instrumen itu hendaklah mudah dibaca, mudah dipahami, dan mudah pula diisi oleh responden. Perwajahan yang menarik dengan spasi dan huruf yang baik dan jelas akan mendorong responden mengisi instrumen dengan cepat dan baik.
5) Instrumen yang telah siap perlu ditimbang ( jugde ) ahli dan kemudian di- ujicobakan kepada sejumlah responden yang merupakan bagian dari popu- lasi penelitian tetapi bukan sampel penelitian. Besarnya sampel uji coba tergantung pada teknik apa yang akan digunakan dalam menganalisis data uji coba tersebut. Setiap instrumen yang akan digunakan pada pengumpul- an data yang sesungguhnya hendaklah mempunyai validitas dan reliabilitas yang tinggi. Angka koefisien validitas dan reliabilitas dapat dicari berdasar- kan data uji coba.
d) Pemberian Skor.
Dalam memberikan nilai ( value ) pada sikap tertentu yang diteliti, peneliti hen- daklah memberi skor pada semua butir soal yang digunakan. Pada butir soal yang tidak diisi oleh responden maka skor yang bersangkutan adalah nol. Lang- kah-langkah dalam pemberian skor sebagai berikut:
1) Apabila pilihan respons lima, maka berilah nilai 1, 2, 3, 4, dan 5.
Seandainya respons pilihan tujuh, maka nilai yang diberikan untuk masing- masing butir soal adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 7.
2) Berhubung karena adanya butir soal yang positif dan yang negatif, maka sejak dini peneliti hendaklah menentukan dengan teliti mana butir soal de- ngan sikap positif dan mana pula yang bersifat negatif.Untuk butir soal yang positif, maka nilai lima diberikan pada alternatif pilihan sangat setuju, skor 4 untuk setuju, skor 3 untuk tidak ada pendapat, skor 2 diberikan kepada respons pilihan tidak setuju, dan skor satu untuk pilihan sangat tidak setuju. Untuk butir soal yang negatif, maka skor 5 diberikan kepada pilihan respons sangat tidak setuju dan skor 1 untuk pilihan sangat setuju.
Demikianlah polanya, kalau pilihan tujuh atau pilihan tiga dan sebagainya.
3) Skor masing-masing responden merupakan penjumlahan skor tiap butir soal yang didapat oleh masing-masing responden. Skor rata-rata tiap in-
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
dividu adalah jumlah skor yang didapat masing-masing individu dibagi de- ngan jumlah butir soal. Skor rata-rata masing-masing responden tersebar antara 1-5.
4) Tiap skor rata-rata itu dapat diartikan positif atau negatif, dengan meme- domani kembali filosofi dasar dan pedoman nilai yang diberikan. Skor 3, untuk pilihan lima berarti individu itu tidak bersikap positif dan tidak pula negatif. Skor rata-rata 1 dan 2, berarti individu itu mempunyai sikap nega- tif terhadap apa yang dijadikan objek penelitian, sedangkan individu yang mendapatkan skor rata-rata 4 dan 5, berarti mereka itu mempunyai sikap positif.
Di samping cara pengelompokan di atas, masih ada beberapa cara lain yang dapat digunakan. Hal itu banyak ditentukan oleh bobot skor yang diberikan pada masing-masing alternatif pilihan, sistem pembulatan yang digunakan dan dasar rasional pemikiran dalam pengklasifikasian sehingga skor terse- but dapat berubah menjadi data interval.
e) Penyempurnaan dan Pengembangan Instrumen.
Setelah butir soal dianalisis berdasarkan sampel uji coba, peneliti memilih butir soal yang baik berdasarkan validitas internal yang telah diketahui. Pilihlah di sekitar empat puluh butir soal yang akan dijadikan instrumen yang siap pakai pada penelitian yang sebenarnya.
Langkah-langkah dalam menentukan urutan butir soal dan cara pemberian skor dalam instrumen yang terakhir (final) sama dengan pada waktu menentukan urutan instrumen dan pemberian skor pada waktu uji coba instrumen.
Beberapa contoh skala Likert a. Contoh Pertama :
Pertanyaan Sangat
setuju Setuju Tida ada pendapat
Kurang setuju
Tidak setuju
1. Saya tidak suka matematika.
2. Matematik membuat saya merasa aman.
3. Saya bahagia dalam kelas
matematika dari kelas yang lain.
4. Saya mengalami kesukaran dalam kelas matematika.
5. Saya merasa mudah dalam matematika.
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
b . Contoh Kedua:
Disiplin yang baik adalah kunci keberhasilan dalam hidup:
Sangat Setuju
setuju Tidak ada pendapat
Kurang setuju Sangat tidak setuju
5 4 3 2 1
c. Contoh Ketiga:
1. Guru mengajar siswa sebagai suatu kelompok.
1 2 3 4 5 Guru bekerja dengan siswa secara individual.
2. Siswa mengerjakan aktivitas yang kegiatan pada waktu yang sama.
1 2 3 4 5 Siswa mengerjakan yang bersama beda sesuai dengan kemampuannya.
b. Skala Thurstone
Skala ini mula-mula dikembangkan oleh Louis Leon Thurstone, seorang ahli Ilmu Jiwa bangsa Amerika dan pioner dalam pengukuran mental. Berbeda dengan skala Likert, skala Thurstone ini bertujuan ingin mengurutkan responden berdasar- kan ciri-ciri tertentu. Skala ini tidak terlalu mudah disusun, namun mempunyai reli- abilitas yang tinggi, tetapi sukar dalam reprodusibilitasnya. Di lain pihak perlu pula diperhatikan peneliti bahwa skala Thurstone ini disusun dalam interval yang sama ( equal appearing interval ) dan menggunakan pertimbangan ( judges ) dalam menyu- sunnya.
1. Penyusunan Skala Thurstone
Dalam penyusunan skala Thurstone ini, ada beberapa langkah yang perlu dipe- domani, yaitu:
a) Menentukan komposisi dalam satu pool .
1) Susun dan/atau kumpulkan suatu set pernyataan yang unidimensional . Jumlah soal yang ideal antara 100 dan 200 butir.
2) Kekuatan suatu butir/per butir soal tidaklah begitu penting.
3) Boleh pernyataan positif maupun pernyataan negatif.
4) Susun pernyataan yang unidimesional dan yang bersifat menyatakan sesua- tu itu pada suatu kartu untuk setiap soal.
b) Pemilihan penimbang dan pertimbangan.
1) Rumuskanlah populasi penelitian itu.
2) Pilih dari populasi yang sama, penimbang/juri yang akan membantu pe- ngem bangan butir soal di atas.
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
3) Jumlah penimbang sebaiknya sebanyak mungkin, antara 40-100 orang.
4) Kepada penimbang diharapkan mengelompokkan butir soal yang terdapat dalam setiap kartu ke dalam 11 kelompok dan memberi skor 1 sampai sebe- las atau dari sangat tidak menyenangkan (skor satu) sampai sangat menye- nangkan (skor 11).
c) Penskoran pertimbangan atau penaksiran skala interval.
1) Kumpulkan semua pertimbangan untuk tiap-tiap pernyataan atau butir soal.
2) Distribusikan setiap pernyataan, dan pernyataan yang nilainya sangat me- nye bar dibuang. Adapun skor nilai yang agak bersamaan digunakan untuk membuat skala.
3) Hitung semi interquartile range untuk setiap pernyataan. Hitung median dari nilai-nilai. Median akan digunakan sebagai dasar perhitungan.
4) Nilai butir soal ditentukan dengan menghitung median untuk penempatan frekuensi penilai.
5) Tentukan berapa panjang skala dan berapa banyak butir soal. Dua puluh atau dua puluh lima butir soal cukup memadai sebagai alat ukur untuk mengungkapkan sesuatu.
6) Setelah ukuran skala ditentukan, pilihlah soal sebanyak yang dibutuhkan berdasarkan interval yang sama. Umpama: dua puluh soal dengan nilai 1.0;
1.5; 2.0; 2.5; 3.0; …, 6.5; 7.0; 7.5; ..., 9.5; 10.0; 10.5.
7) Bentuk paralel dapat disusun dengan memilih butir soal lain berdasarkan interval yang sama pula.
d) Persiapan Pengadministrasian dan Penskoran
1) Suatu butir soal hendaklah dipilih dari sejumlah ( pool ) soal-soal yang lebih luas. Butir-butir soal itu ditempatkan secara random /acak tanpa nilai butir soal itu.
2) Pada setiap butir soal hendaklah disediakan tempat untuk responden me- nyatakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan itu.
3) Penskoran dilakukan dengan membuat tanda pada butir soal bahwa res- ponden setuju dengan pernyataan itu. Kemudian mencari skala nilai untuk tiap butir soal, dan selanjutnya mencari median untuk butir soal itu. Me- dian untuk setiap butir soal yang disetujui akan menjadi skor skala untuk responden itu.
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
2. Contoh Sikap Terhadap Pembelajaran
Skala Nilai Nomor Soal Pernyataan
10.5 1 Pembelajaran adalah salah satu cara yang paling baik untuk membantu mengembangkan aspek-aspek perikemanusiaan.
10.3 2 Pembelajaran lebih berpengaruh terhadap kemajuan suatu bangsa daripada profesi lain.
10.1 3 Profesi mengajar dapat membentuk manusia menjadi lebih baik daripada yang lain.
c. Skala Guttman
Skala Guttman atau disebut juga scalogram analysis . Dikembangkan oleh Louis Guttman dan lebih rumit dari skala Likert dan Thurstone. Skala ini:
a) Merupakan skala kumulatif dan ordinal.
b) Hanya mengukur satu dimensi saja dari satu variabel yang multidimensi, karena itu skala ini disebut juga dengan unidimensional .
Seandainya suatu skala disusun berdasarkan atas tingkat pemahaman masyara- kat tentang modernisasi, maka skor yang didapat tiap responden dalam skala itu ha- nya menunjukkan tingkat/kadar sejauh mana seseorang menerima sikap atau konsep tentang modernisasi.
1. Langkah-langkah dalam Menyusun Skala Guttman
Seperti juga skala Likert dan Thurstone, skala Guttman dalam perakitannya mengikuti langkah sebagai berikut:
a) Susunlah sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan masalah yang akan diselidiki dengan terlebih dahulu menentukan sub-subvariabelnya dalam satu pool .
1) Susun pernyataan deskriptif mengenai universe yang diselidiki.
2) Butir-butir soal hendaklah mewakili sikap yang diukur.
3) Tempatkan soal itu dengan baik dalam sheet dengan dua kemungkinan jawaban “ya” dan “tidak”.
b) Uji coba skala.
1) Administrasikan skala itu pada sampel yang diperkirakan memiliki karak- teristik yang hampir sama dengan populasi penelitian.
2) Semua butir soal diskor dengan cara yang telah ditentukan terlebih dahulu.
3) Skor ditentukan untuk tiap responden. Umumnya tiap responden adalah jumlah jawaban yang positif.
c) Penyusunan skala.
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
1) Susun suatu chart , dengan butir soal sebelah atas dan responden sebelah kiri, seperti contoh yang diberikan Oppenheim yang dikemukakan pada halaman 229.
2) Setelah semua responden selesai diskor, maka kegiatan berikutnya meng- atur/menyusun kembali menurut ranking , dengan tidak memperbaiki letak butir soal. Perhatikan contoh pada halaman 229.
3) Setelah semua responden diurutkan, maka langkah berikutnya mengatur kembali butir soal dengan menempatkan pada kolom pertama yaitu butir soal yang terbanyak jawaban “ya”, dan seterusnya, dengan tidak mengubah urutan responden. Perhatikan lebih lanjut contoh pada halaman 230.
Responden Soal 1
Soal 2
Soal 3
Soal 4
Soal 5
Soal 6
Soal 7
Soal
8 Skor
A ya ya ya ya ya ya 6
B ya ya ya ya 4
C ya ya ya ya ya 5
D ya ya 2
E ya ya ya 3
F ya ya ya ya 4
G ya ya ya ya ya ya ya 7
H ya ya ya ya 4
I ya ya ya ya ya ya ya 7
J ya ya ya ya ya ya 6
K ya 1
L ya 1
M ya ya ya ya ya ya 6
N ya ya ya ya 4
O ya ya ya 3
Responden Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Skor
G ya ya ya ya ya ya ya 7
I ya ya ya ya ya ya ya 7
A ya ya ya ya ya ya 6
J ya ya ya ya ya ya 6
M ya ya ya ya ya ya 6
C ya ya ya ya ya 5
B ya ya ya ya 4
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
Responden Soal 1 Soal 2 Soal 3 Soal 4 Soal 5 Soal 6 Soal 7 Soal 8 Skor
F ya ya ya ya 4
H ya ya ya ya 4
N ya ya ya ya 4
E ya ya ya 3
O ya ya ya 3
K ya 1
L ya 1
Responden Soal 7 Soal 5 Soal 1 Soal 8 Soal 2 Soal 4 Soal 6 Soal 3 Skor
G ya ya ya ya ya ya ya 7
I ya ya ya ya ya ya ya 7
A ya ya ya ya ya ya ya 6
J ya ya ya ya ya ya 6
M ya ya ya ya ya ya 6
C ya ya ya ya ya 5
B ya ya ya ya 4
F ya ya ya ya 4
H ya ya ya ya 4
N ya ya ya ya 4
E ya ya ya 3
O ya ya ya 3
K ya 1
L ya 1
4) Kegiatan berikutnya menghitung indeks reprodusibilitas.
a) Indeks ini dihitung untuk menentukan apakah respons yang diberikan menunjukkan kualitas yang kuat dalam kaitan dengan total skor yang tertinggi.
b) Untuk menghitung indeks itu dapat digunakan rumus:
Jumlah kesalahan Jumlah respons R = 1 –
Keterangan:
R = jumlah reprodusibilitas
Jumlah kesalahan = jumlah kesalahan dalam skala, yaitu jawaban di luar bentuk segitiga.
Lanjutan ...
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a
Dalam contoh di atas adalah A, H dan K 3
120 R = 1
= 0,975
= 1 – 0,025
Untuk skala dalam contoh ini:
Jumlah respons adalah 15 x 8 =120
c) Jika indeks reprodusibilitas kecil dari 0,9, maka skala itu tidak memuas- kan untuk digunakan.
d) Indeks reprodusibilitas hanya mengukur ketepatan alat yang dibuat, sedangkan koefisien skalabilitas menunjuk kepada baik tidaknya skala itu digunakan.
e) Langkah selanjutnya menghitung koefisien skalabilitas.
Rumus untuk mencari koefisien skalabilitas sebagai berikut:
e 0,5 m Ks = 1–
Keterangan:
Ks = koefisien skalabilitas.
e = jumlah kesalahan ( error ).
m = jumlah total kesalahan, yaitu jumlah respons dikurangi total jawaban “ya” dalam segitiga. Dalam contoh di atas m = 120–57
= 63 3 0,5 x 63 Ks = 1–
= 1 – 0,095
= 0,095
(f) Kalau indeks skalabilitas besar dari 0,6, maka skala itu dianggap baik.
Oleh karena hasil perhitungan Ks 0,905 lebih besar dari 0,6; maka skala tersebut berarti baik untuk digunakan.
d. Skala Perbedaan Semantik
Skala ini dikembangkan mula-mula oleh Osgood, Suci, dan Tannenbaum un- tuk mengukur pengertian seseorang tentang konsep atau objek. Setiap responden diminta untuk menilai suatu konsep atau objek dalam suatu skala bipolar dengan tujuh titik.
c . o m / i n d o n e s i a p u s t a k a