5.1. PELAYANAN KESEHATAN DASAR
5.1.2. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak
5.1.2.7 Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana (KB)
Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa indikator yaitu pencapaian cakupan peserta KB aktif dan cakupan peserta KB pasca persalinan terhadap Pasangan Usia Subur (PUS). Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih di prioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Menurut data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor, data jumlah PUS tahun 2019 sebanyak 1.034.062 PUS, sedangkan jumlah peserta KB aktif sebanyak 764.996 orang (73,98%). Cakupan peserta KB aktif merupakan indikator untuk melihat mutu pelayanan KB dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bogor.
Upaya untuk meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi bagi peserta aktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung, salah satunya yaitu:
meningkatkan frekuensi penyuluhan untuk ber KB kepada masyarakat, penyediaan alat kontrasepsi yang cukup, Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).
Peserta KB Aktif terbanyak di Kabupaten Bogor adalah di Puskesmas Gunung Putri sebanyak 31.709 orang dan yang terendah pada Puskesmas Cibening sebanyak 191 orang.
dikembangkan melalui posbindu lansia, serta dihimbau setiap desa/kelurahan minimal terbentuk dan di bina satu Posbindu. Puskesmas santun lansia pada tahun 2018 ada 51 puskesmas di Puskesmas Nanggung, Leuwiliang, Cibungbulang, Ciawi, Dramaga, Cigombong, Cisarua, Cileungsi, Citeureup, Cibinong, Cirimekar, Bojong Gede, Ciseeng, Jonggol, Jampang, Cilebut, Babakan Madang, Sentul, Puraseda, Kemang, Jasinga, Cibulan, Tajurhalang, Leuwinutug, Banjarsari, Cimandala, Rumpin, Pamijahan, Klapanunggal, Kampung Manggis, Situ Udik, Sirnagalih, Parung, Ciampea, Ciomas, Parung Panjang, Sukamakmur, Caringin, Gunung Putri, Gunung Sindur, Tenjolaya, Cariu, Cigudeg, Tanjungsari, Bantarjaya, Megamendung, Leuwisadeng, Tenjo, Sukajaya, Tajur dan Kemuning.
5.1.2.7 Pelayanan Kesehatan Keluarga Berencana (KB)
Keberhasilan program KB dapat diketahui dari beberapa indikator yaitu pencapaian cakupan peserta KB aktif dan cakupan peserta KB pasca persalinan terhadap Pasangan Usia Subur (PUS). Menurut hasil penelitian usia subur seorang wanita biasanya antara 15-49 tahun. Oleh karena itu untuk mengatur jumlah kelahiran atau menjarangkan kelahiran, wanita/pasangan ini lebih di prioritaskan untuk menggunakan alat/cara KB. Tingkat pencapaian pelayanan keluarga berencana dapat dilihat dari cakupan peserta KB yang sedang/pernah menggunakan alat kontrasepsi, tempat pelayanan KB dan jenis kontrasepsi yang digunakan akseptor.
Menurut data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Bogor, data jumlah PUS tahun 2019 sebanyak 1.034.062 PUS, sedangkan jumlah peserta KB aktif sebanyak 764.996 orang (73,98%). Cakupan peserta KB aktif merupakan indikator untuk melihat mutu pelayanan KB dan partisipasi masyarakat di Kabupaten Bogor.
Upaya untuk meningkatkan pemakaian alat kontrasepsi bagi peserta aktif dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung, salah satunya yaitu:
meningkatkan frekuensi penyuluhan untuk ber KB kepada masyarakat, penyediaan alat kontrasepsi yang cukup, Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR) dan Bina Keluarga Lansia (BKL).
Peserta KB Aktif terbanyak di Kabupaten Bogor adalah di Puskesmas Gunung Putri sebanyak 31.709 orang dan yang terendah pada Puskesmas Cibening sebanyak 191 orang.
Cakupan KB Aktif di Kabupaten Bogor selama 5 tahun terakhir yaitu tahun 2015-2019 lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 5.11 berikut ini :
75,46
73,74 73,76
73,78 73,98
50 70 90
2015 2016 2017 2018 2019
Persentase
Tahun GRAFIK 5.11
CAKUPAN KB AKTIF DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2015 - 2019
Pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB aktif yang ada di Kabupaten Bogor tahun 2019 adalah sebagai berikut : Suntik sebanyak 510.878 orang (66,78%), PIL sebanyak 163.484 orang (21,37%), IUD sebanyak 36.798 orang (4,81%), Implant sebanyak 30.186 orang (3,95%), MOP sebanyak 1.735 (0,23%) MOW sebanyak 13.051 (1,71%) dan Kondom sebanyak 8.864 (1,16%).
Salah satu program KB yang sedang digiatkan oleh Pemerintah adalah KB Pasca Persalinan (KB-PP) dimana metode kontrasepsi ini diterapkan segera setelah persalinan (0-42 hari setelah melahirkan). Dengan KB-PP seorang ibu lebih dimudahkan utuk mendapat pelayanan KB, karena pelayanan tersebut dapat diberikan sebelum ibu pulang dari fasilitas pelayanan kesehatan setelah melahirkan.
Penting bagi pasangan suami istri untuk memperoleh konseling KB Pasca Persalinan sejak masa kehamilan saat ibu mendapat pemeriksaan kehamilan, karena masih banyak pasangan yang kurang mengerti pentingnya KB-PP, sehingga diharapkan klien mendapat pelayanan KB segera setelah persalinan.
Dengan ibu mendapat pelayanan KB-PP diharapkan ibu dapat menjaga jarak kehamilan dapat memberikan kesempatan untuk memulihkan kondisi rahim pasca melahirkan, pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan dan lanjutannya hingga 2 tahun, serta ibu dapat memberikan perhatian kepada bayi secara optimal.
Ada beberapa metode KB Pasca Persalinan yang dapat dipilih oleh klien dan disesuaikan dengan kondisi kesehatan klien, yaitu:
1 Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apa pun lainnya hingga usia 6 bulan.
2 Metode kondom (barier) adalah penggunaan selubung/sarung karet untuk menghalangi sperma masuk ke dalam rahim. Kondom dapat digunakan kapanpun, atau sebagai KB-PP sementara bila kontrasepsi lainnya harus ditunda
3 Metode kontrasepsi pil, merupakan metode kontrasepsi pil yang mengandung hormon. Jika ibu menyusui memilih metode kontrasepsi pil, sebaiknya menggunakan pil yang hanya mengandung hormon progesteron agar tidak mengganggu produksi ASI.
4 Metode kontrasepsi suntikan, merupakan metode kontrasepsi hormonal yang terdiri dari suntik 3 bulanan dan suntikan bulanan. Jika ibu menyusui memilih metode kontrasepsi suntikan, sebaiknya menggunakan suntikan yang hanya mengandung hormon progesteron agar tidak mengganggu produksi ASI.
5 Metode kontrasepsi implan yaitu alat kontrasepsi hormonal di bawah kulit.
6 Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang dapat dipasang di dalam rahim. Saat ini, AKDR dapat dipasang segera (dalam 10 menit) setelah plasenta/ari-ari lahir. Selanjutnya, AKDR juga dapat dipasang dalam masa 10 menit – 48 jam pasca persalinan. Pemasangan segera setelah persalinan ini dapat menghindarkan ibu dari missed opportunity ber-KB.
7 Metode Operasi Wanita (MOW), merupakan metode permanen yang melibatkan prosedur pembedahan. Metode ini dapat dilaksanakan pada ibu yang yang tidak akan menginginkan lebih banyak anak
8 Metode Operasi Pria (MOP), merupakan metode permanen dan aman untuk suami. Metode ini dapat dilaksanakan pada suami yang tidak akan menginginkan lebih banyak anak KB Pasca Persalinan dan Menyusui
KB pasca persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/ 6 minggu setelah melahirkan. Peserta KB pasca persalinan di Kabupaten Bogor tahun 2019 sebanyak 60.567 orang dengan sasaran ibu bersalin sebanyak 122.462 orang (49,46%).
1 Metode Amenore Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan ataupun minuman apa pun lainnya hingga usia 6 bulan.
2 Metode kondom (barier) adalah penggunaan selubung/sarung karet untuk menghalangi sperma masuk ke dalam rahim. Kondom dapat digunakan kapanpun, atau sebagai KB-PP sementara bila kontrasepsi lainnya harus ditunda
3 Metode kontrasepsi pil, merupakan metode kontrasepsi pil yang mengandung hormon. Jika ibu menyusui memilih metode kontrasepsi pil, sebaiknya menggunakan pil yang hanya mengandung hormon progesteron agar tidak mengganggu produksi ASI.
4 Metode kontrasepsi suntikan, merupakan metode kontrasepsi hormonal yang terdiri dari suntik 3 bulanan dan suntikan bulanan. Jika ibu menyusui memilih metode kontrasepsi suntikan, sebaiknya menggunakan suntikan yang hanya mengandung hormon progesteron agar tidak mengganggu produksi ASI.
5 Metode kontrasepsi implan yaitu alat kontrasepsi hormonal di bawah kulit.
6 Metode Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) merupakan alat kontrasepsi yang dapat dipasang di dalam rahim. Saat ini, AKDR dapat dipasang segera (dalam 10 menit) setelah plasenta/ari-ari lahir. Selanjutnya, AKDR juga dapat dipasang dalam masa 10 menit – 48 jam pasca persalinan. Pemasangan segera setelah persalinan ini dapat menghindarkan ibu dari missed opportunity ber-KB.
7 Metode Operasi Wanita (MOW), merupakan metode permanen yang melibatkan prosedur pembedahan. Metode ini dapat dilaksanakan pada ibu yang yang tidak akan menginginkan lebih banyak anak
8 Metode Operasi Pria (MOP), merupakan metode permanen dan aman untuk suami. Metode ini dapat dilaksanakan pada suami yang tidak akan menginginkan lebih banyak anak KB Pasca Persalinan dan Menyusui
KB pasca persalinan merupakan upaya pencegahan kehamilan dengan menggunakan alat dan obat kontrasepsi segera setelah melahirkan sampai dengan 42 hari/ 6 minggu setelah melahirkan. Peserta KB pasca persalinan di Kabupaten Bogor tahun 2019 sebanyak 60.567 orang dengan sasaran ibu bersalin sebanyak 122.462 orang (49,46%).
Pola penggunaan alat kontrasepsi peserta KB pasca persalinan di Kabupaten Bogor menurut DP3AP2KB tahun 2019 bisa dilihat pada tabel 5.1 dibawah ini.
TABEL 5.1
PERSENTASE POLA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PESERTA PASCA PERSALINAN DI KABUPATEN BOGOR
TAHUN 2019
TAHUN PIL
% KONDOM
% SUNTIK
% MOW % MOP
% IMPLANT
% IUD
% TOTAL
%
2019 32,82 0,87 59,52 0,63 0,0 3,79 2,37 100
Sumber : BPPKB & Bidang Binkesmas
Peningkatan pelayanan KB Pasca Persalinan sangat mendukung tujuan pembangunan kesehatan dan hal ini juga ditunjang dengan banyaknya calon peserta KB baru (Ibu hamil dan bersalin) yang sudah pernah kontak dengan tenaga kesehatan. Seorang ibu yang baru melahirkan bayi biasanya lebih mudah untuk diajak menggunakan kontrasepsi, sehingga waktu setelah melahirkan adalah waktu yang paling tepat untuk mengajak ibu menggunakan kontrasepsi.
Cakupan KB pasca persalinan di Kabupaten Bogor tahun 2019 lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik 5.12 berikut ini :
49,46 40
60 80 100
2019
Persentase
Tahun GRAFIK 5.12
CAKUPAN KB PASCA PERSALINAN DI KABUPATEN BOGOR TAHUN 2019