• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

3.5 Audit Aset Tetap PT EXPRESS

3.5.3 Pelaksanaan Audit dan Pengumpulan Bukti (Executeing)

Dalam tahapan ini, yaitu pelaksanaan audit dan pengumpulan bukti, KAP Wijaya membagi hal ini ke dalam 12 aktivitas guna mencapai tujuan audit yaitu memberi keyakinan bahwa aset tetap yang dimiliki dan disajikan PT EXPRESS adalah wajar dan bebas dari salah saji yang bersifat material. Berikut adalah 12 aktivitas dalam tahap ini:

1. Membuat Lead Schedule atas Aset Tetap

2. Memperoleh Movement Schedule and Detail Listings atas Aset Tetap 3. Pemahaman and Evaluasi tentang Kebijakan Akuntansi atas Aset Tetap 4. Mengujian Beban Penyusutan atas Aset Tetap

5. Mengujian Kapitalisasi Borrowing Cost atas Aset Tetap 6. Menguji Penambahan atas Aset Tetap

7. Menguji Penambahan Construction in Process atas Aset Tetap 8. Menguji Pengurangan atas Aset Tetap

9. Menguji Penurunan Nilai atas Aset Tetap 10. Mengecek secara Fisik atas Kondisi Aset Tetap

11. Pengujian atas Aset Tetap yang Dibiayai Melalui Leasing 12. Verifikasi Informasi untuk Pengungkapan atas Aet Tetap

1. Membuat Lead schedule atas Aset Tetap

Pembuatan lead schedule, dalam proses audit lapngan merupakan tahap awal yang dilakukan oleh auditor. Lead schedule sendiri merupakan komponen kertas kerja yang berisi daftar akun aset tetap serta saldo dari tiap akun yang terkait dengan aset tetap PT EXPRESS. Kemudian auditor membuat komparasi antara saldo per periode yang diaudit sebelum adanya penyesuaian dari klien, penyesuaian yang terjadi oleh klien, saldo per periode yang diaudit setelah adanya penyesuaian dari klien, penyesuaian yang dilakukan oleh auditor, saldo audited periode audit, saldo audited per periode sebelumnya, nilai fluktuasi periode yang diaudit dengan periode sebelumnya, serta persentase nilai tersebut dibandingkan dengan periode sebelumnya. Lead schedule sendiri memiliki tujuan untuk memenuhi asersi berupa penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure) yaitu untuk melihat apakah presentasi dan pengungkapan aset tetap PT EXPRESS telah sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Saldo dari tiap akun dalam lead schedule akan digunakan oleh auditor sebagai pembanding untuk melihat fluktuasi yang terjadi. Berikut adalah lead schedule atas aset tetap PT EXPRESS atas periode audit yang berakhir pada 31 Desember 2017.

Tabel 3.8. Lead Schedule atas Aset Tetap PT EXPRESS

Total Unaudited Current Period Balance Rp883.301.843.513,00

Total Client Late Adjustment Rp(616.874,00)

Total Current Period Balance After Client

Late Adjustment Rp883.301.226.639,00

Total Audit Justification Entry Rp0,00

Total Audited Current Period Balance Rp883.301.226.639,00 Total Audited Prior Period Balance Rp622.370.211.045,00

Total Variance Rp260.931.015.594,00

Total Variance in Percentage 42%

Sumber: KAP WIJAYA yang telah diolah kembali

Saldo tahun berjalan dan saldo komparatif tahun sebelumnya diambil dari work sheet perusahaan per tanggal 31 Desember 2017. Untuk kolom adjustment digunakan untuk memuat nilai perubahan saldo akibat adanya penyesuaian atas akun yang bersangkutan. Client late adjustment atau CLA merupakan penyesuaian yang dilakukan oleh klient itu sendiri berkaitan dengan akun yang bersangkutan. Pada lead schedule aset tetap terdapat CLA yang menurunkan niali aset tetap sebesar Rp616.874,00. Lebih lanjut mengenai CLA ini akan dibahas dalam tes beban penyusutan karena penyesuaian ini timbul dari selisih atas listing aset tetap jenis furniture. Nilai penyesuaian ini kemudian akan dijumlahkan atau dikurangkan dengan nilai saldo tahun berjalan, dan jumlahnya akan tergambar pada kolom saldo tahun berjalan setelah CLA. Selanjutnya auditor akan melakukan proses audit terkait nilai setelah klien melakukan penyesuaian, apakah nilai setelah klien melakukan penyesuaian adalah wajar atau perlu adanya penyesuaian kembali oleh auditor (audit justification). Pada kasus PT EXPRESS, setelah melakukan berbagai proses audit, angka yang tersaji setelah penyesuaian dari klien adalah wajar sehingga tidak butuh penyesuaian dari auditor. Oleh karena itu ditentukan angka audited atas aset tetap yaitu sebesar Rp883.301.226.639,00 atau sama dengan saldo setelah CLA.

Setelah mengetahui angka yang telah diaudit, selanjutnya auditor menglakukan analisis dengan membendingkan angka audit periode perjalan dengan periode sebelumnya apakah terdapat kenaikan atau penurunan dan seberapa besar kenaikan atau penurunannya.

Berdasarkan lead schedule, diperoleh kesimpulan terjadi perubahan nilai akun tahun berjalan terhadap tahun sebelumnya berupa kenaikan aset sebesar Rp260.931.015.594,00 atau sebesar 42%. Hal ini untuk memberikan gambaran kepada auditor seberapa besar fluktuasi nilai yang terjadi dan bila nilai fluktuasi tersebut dianggap material, auditor perlu mencari tahu penyebab terjadinya fluktuasi tersebut. Jumlah ini material menurut auditor karena melebihi angka materialitas, dan penambahannyapun hamper mencapai setengah jumlah awal aset tetap. Karena itu lebih lanjut auditor akan mengetes masalah penambahan aset yang cukup signifikan ini datang dari mana saja dan apakah sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku atau tidak. Lebih lanjut mengenai kertas kerja lead schedule dapat dilihat di lampiran 4.

2. Memperoleh Movement Schedule and Detail Listing atas Aset Tetap

Pengujian selanjutnya, setelah auditor membuat lead schedule, adalah memperoleh movement schedule dan detail listings atas aset tetap dari PT EXPRESS.

Movement schedule adalah rangkuman atau summary dari pergerakan atau perubahan atas aset tetap yang dimiliki oleh PT EXPRESS. Movement schedule ini biasa dibuat auditor melalui informasi dari fixed asset register yang disediakan oleh klien. Di dalam movement schedule terbagi menjadi saldo awal aset tetap (opening balance), penambahan (additional), penghapusan (disposal), transfer atau penyesuaian (transfer or adjustment) dan saldo aset tetap pada akhir periode. Untuk setiap jenis aset yang mengalami penyusutan (kecuali tanah), penyusutan harus dijabarkan menjadi beberapa bagian yaitu saldo akumulasi penyusutan awal, alokasi penyusutan untuk periode tersebut termasuk perubahan yang sudah dilakukan jika ada, akumulasi penyusutan yang berhubungan dengan penghapusan (disposal), dan saldo akhir dari akumulasi penyusutan. Fixed asset movement dan detail listing ini disediakan oleh klien dan diperbarui setiap tahun dan diperbaiki jika ada kesalahan.

Prosedur audit selanjutnya yang dilakukan oleh auditor setelah memperoleh movement schedule atas aset tetap PT EXPRESS adalah sebagai berikut:

• Pertama, auditor mencocokkan saldo awal atas aset tetap (opening balance) pada movement schedule dengan saldo pada kertas kerja atau laporan keuangan yang telah teraudit pada periode sebelumnya dan kemudian mencocokkan saldo akhir aset tetap (closing balance) dengan general ledger klien pada periode audit.

• Kedua, auditor mencocokkan saldo beban penyusutan periode berjalan dengan general ledger.

• Ketiga, auditor akan menguji ketepatan matematis movement schedule dengan melakukan verifikasi terhadap rumus yang digunakan serta melakukan penghitungan kembali secara manual (recalculate) terutama berkaitan dengan beban penyusutan, akumulasi penyusutan, penambahan aset atau kapitalisasi aset dan penghapusan aset.

Selanjutnya auditor akan melakukan prosedur pengujian atas detail listing yang diperoleh dari klien. Berikut adalah prosedur yang dilakukan oleh auditor:

• Pertama, auditor meminta dan harus memperoleh detail listing atas aset tetap PT EXPRESS

• Kedua, auditor akan mencocokkan saldo total biaya perolehan awal, akumulasi depresiasi yang telah terjadi dan nilai buku bersih (net book value) aset tetap berdasarkan detail listing dari klien dengan saldo pada movement schedule yang telah dibuat

• Ketiga, auditor akan menguji ketepatan matematis dari detail listing dengan melakukan verifikasi terhadap rumus yang digunakan serta melakukan penghitungan kembali secara manual (recalculate) terutama berkaitan dengan beban penyusutan, akumulasi penyusutan, penambahan aset atau kapitalisasi aset dan penghapusan aset.

Setelah kedua prosedur tersebut yaitu movement schedule dan detail listing dilakukan, auditor memastikan kelengkapan (completeness) dan keakurasian (accuracy) atas dua prosedur tersebut. Auditor melakukan penghitungan ulang (recalculate) dengan menjumlahkan nilai beginning dari detail listing dengan jumlah penambahan dan pengurangan yang berasal dari movement schedule. Setelah dilakukan penghitungan, jika terdapat perbedaan nilai antara total trial balance klien dan perhitungan ulang yang dilakukan auditor maka justifikasi atas perbedaan itu perlu disesuaikan atau tidak. Hal ini berkaitan dengan materialitas auditor dan efek dari kesalahan saji tersebut. Berikut adalah movement schedule dan detail listing atas aset tetap PT EXPRESS

Tabel 3.9. Movement Schedule dan Detail Listing atas Aset Tetap PT EXPRESS

Asset Tetap Saldo Awal Penambahan Penghapusan Transfer Saldo Akhir Biaya

Perolehan 786,050,463,306 307,191,252,194 4,528,402,779 - 1,088,713,312,721 Akumulasi

Depresiasi 163,680,252,264 44,100,575,110 2,369,358,133 - 205,411,469,241 Net Book

Value 622,370,211,042 263,090,677,084 2,159,044,646 - 883,301,843,481 Balance per

FS 622,370,211,042 883,301,843,513

Difference 0 (32)

Berdasarkan tabel diatas, saldo awal diperoleh dari laporan keuangan yang telah diaudit pada periode sebelumnya yaitu per tanggal 31 Desember 2016. Saldo akhir didapat dari trial balance klien dari detail listing dan general ledger klien. Untuk penambahan aset tetap auditor memperoleh dari detail listing yang kemudian diolah dalam test penambahan aset dan test beban penyusutan. Untuk transfer, auditor memperoleh dari detail listing yang kemudian diolah dalam test konstruksi dalam proses.

Sementara penghapusan aset, auditor memperoleh dari detail listing yang kemudian diolah dalam pengujian disposal aset. Pada kesimpulan akhir, melalui perhitungan kembali (recalculate) atas aset tetap PT EXPRESS terdapat perbedaan sebesar Rp32,00 dan auditor memutuskan untuk mengabaikan karena bersifat immaterial atau tidak material.

3. Pemahaman and Evaluasi tentang Kebijakan Akuntansi atas Aset Tetap Prosedur pemahaman dan evaluasi atas kebijakan akuntansi atas aset tetap PT EXPRESS bertujuan untuk memastikan bahwa entitas telah konsisten dalam menerapkan kebijakan akuntansi atas aset tetap mereka sesuai dengan PSAK 16. Ataupun jika terdapat perubahan atas kebijakan akuntansi atau estimasi, entitas harus menerapkannya sesuai dengan standar yang berlaku yaitu PSAK 25 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan. Langkah pertama yang dilakukan dalam prosedur ini adalah meminta pedoman kebijakan akuntansi atas aset tetap yang kemudian kebijakan ini akan dirangkum dan dibandingkan dengan informasi kebijakan aset tetap yang diungkapkan di dalam laporan keuangan entitas untuk memastikan bahwa informasi penting yang terkait dengan kebijakan akuntansi atas aset tetap telah diungkapkan.

Selanjutnya, auditor melakukan inquiry pada klien tentang adakah perubahan terkait kebijakan akuntansi atau estimasi dan implementasinya.

Pemahaman akan kebijakan akuntansi klien merupakan hal penting dalam proses audit. Hal ini menentukan apakah aset tetap disajikan secara wajar dan bebas dari salah saji material serta tidak melanggar standar yang berlaku. Dalam hal ini, auditor mencari informasi dan melakukan pemahaman atas kebijakan aset tetap dari PT EXPRESS.

Beberapa pemahaman mengenai kebijakan atas aset tetap dari PT EXPRESS adalah sebagai berikut

• Aset tetap dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penurunan nilai, jika ada.

• Biaya legal awal yang dikeluarkan untuk memperoleh hak hukum diakui sebagai bagian dari biaya perolehan tanah, dan biaya ini tidak disusutkan.

• Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus. Tanah tidak terdepresiasi.

Kecuali tanah, aktiva tetap disusutkan berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis berikut:

a. Bangunan disusutkan selama 20 tahun b. Kendaraan disusutkan selama 8 tahun

c. Mesin dan peralatan disusutkan selama 4 tahun

d. Furniture dan peralatan kantor disusutkan selama 4 tahun

• Biaya selanjutnya termasuk dalam nilai tercatat aset atau diakui sebagai aset terpisah, jika sesuai, hanya jika besar kemungkinan manfaat ekonomi masa depan yang terkait dengan item tersebut akan mengalir ke Perusahaan dan biaya barang dapat diukur dengan andal. Nilai tercatat dari bagian yang diganti tidak diakui lagi. Semua perbaikan dan pemeliharaan lainnya dibebankan ke laba rugi selama periode keuangan saat terjadinya.

• Ketika aset sudah habis masa pakai atau dilepas, maka nilai tercatat dan akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari laporan keuangan. Keuntungan dan kerugian pelepasan ditentukan dengan membandingkan hasil dengan jumlah tercatat dan diakui dalam laporan laba rugi.

• Masa manfaat aset, nilai sisa, dan metode penyusutan ditinjau dan disesuaikan jika sesuai, pada setiap akhir periode pelaporan. Dampak dari setiap revisi diakui dalam laporan laba rugi secara prospektif.

• Akumulasi biaya konstruksi bangunan, renovasi dan pemasangan mesin dan peralatan dikapitalisasi sebagai konstruksi dalam proses. Biaya-biaya ini direklasifikasi ke aset tetap ketika pembangunan atau pemasangan selesai.

Penyusutan mulai dibebankan pada saat aset siap digunakan.

Berdasarkan estimasi manajemen, yang didapat melalui inquiry kepada manajemen, entitas dalam hal ini PT EXPRESS telah mengubah metode penyusutan untuk properti, pabrik dan peralatan dari metode saldo menurun (double declining method) menjadi

metode garis lurus (straight line method) pada tahun 2017. Perubahan ini karena ada perubahan pola konsumsi yang diharapkan dari aset tetap yang sama-sama didistribusikan untuk seluruh masa manfaat aset. Berdasarkan pada PSAK 25 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi dan Kesalahan, perubahan ini harus diterapkan secara prospektif. Manajemen mempertimbangkan untuk mengadopsi metode garis lurus berdasarkan pertimbangan bahwa entitas menunjukkan pertumbuhan kinerja keuangan dan mereka berharap bisnis akan tetap stabil di masa depan.

Berdasarkan pemahaman dan pemeriksaan auditor terhadap daftar aset tetap sepanjang tahun, auditor tidak mengetahui adanya perubahan masa manfaat aset tetap entitas yang diperoleh dari tahun sebelumnya dan auditor juga tidak mengetahui adanya kondisi selama tahun yang mungkin dipicu perubahan masa manfaat aset entitas. Oleh karena itu berdasarkan pemahaman dan evaluasi kebijakan akuntansi atas entitas, auditor menyimpulkan sudah sesuai dan tidak ada catatan atas hal tersebut.

4. Menguji Beban Penyusutan atas Aset Tetap

Pengujian berkaitan dengan biaya penyusutan bertujuan untuk memastikan bahwa penghitungan beban depresiasi aset tetap pada PT EXPRESS dan metode penghitungan yang digunakan telah sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Langkah awal yang dilakukan auditor untuk melakukan pengujian beban penyusutan adalah memperoleh listing beban penyusutan dari klien. Dalam hal ini auditor telah memperoleh daftar terperinci dari biaya penyusutan yang berasal dari Staf Manajemen Aset pada 13 Februari 2018. Selanjutnya auditor menyamakan saldo beban penyusutan berdasarkan listing dengan saldo yang terdapat pada trial balance. Auditor telah membandingkannya dengan trial balance pada 31 Desember 2017 dan mencatat tidak ada keseimbangan yang tidak biasa. Selanjutnya, auditor melakukan perhitungan kembali (recalculate) beban penyusutan aset tetap PT EXPRESS. Untuk melakukan perhitungan kembali (recalculate) auditor membutuhkan informasi berupa nilai perolehan aset, umur manfaat serta nilai sisa aset tetap. Informasi ini didapatkan berdasarkan listing dari klien.

Pada tahun-tahun sebelumnya, manajemen menggunakan metode saldo menurun (Double Declining Method/DDM) untuk semua jenis aset tetap selain bangunan yang menggunakan metode garis lurus (Straight Line Method/SLM) dan tanah yang tidak disusutkan. Dengan metode saldo menurun, jumlah depresiasi yang dibebankan pada

awal tahun lebih besar daripada di tahun berikutnya. Pada awal tahun 2017, manajemen telah membuat penilaian ulang terkait dengan metode penyusutan aset tetap dan dan mencatat bahwa ada perubahan dalam pola konsumsi aset tetap. Awalnya, manajemen mengharapkan bahwa aset tetap akan digunakan pada tingkat optimal selama masa manfaat awal aset dan menurun selama penggunaan selanjutnya. Pada tahun 2017, manajemen berpendapat bahwa pandangan tidak lagi mencerminkan pola konsumsi aset dan memutuskan untuk mengubah metode penyusutan untuk aset tetap, terutama untuk sub kategori mesin dan peralatan, kendaraan dan furnitur serta peralatan dari saldo menurun menjadi metode garis lurus (SLM).

Menurut penilaian KAP WIJAYA, yang sebelumnya telah melakukan diskusi dengan Senior Manager Accounting pada 12 Maret 2018, mempertimbangkan beberapa fakta yaitu pertama aktivitas perusahaan dan penggunaan operasional cenderung mengalami kenaikan setiap tahun (kira-kira 30%), dibuktikan dengan tingkat peningkatan pendapatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penambahan aset tetap. Kedua, sebagian besar aset digunakan dengan benar sepanjang hidup mereka tanpa penurunan kinerja. Ketiga, jumlah aktiva tetap yang tidak terpakai, rusak dan dihapuskan setiap tahun dianggap tidak material terhadap saldo aset tetap. Akhirnya, berdasarkan pertimbangan tersebut, auditor mencatat bahwa tidak ada indikasi bahwa pola konsumsi atas aset tetap yang diharapkan lebih besar pada awal dan lebih rendah di akhir. Dengan demikian, per tanggal penilaian auditor setuju dengan manajemen bahwa perubahan metode penyusutan itu wajar dan dapat didukung bahwa aset tetap diharapkan akan digunakan secara merata selama masa manfaatnya. kesimpulannya bahwa perubahan ini akan diterapkan secara prospektif sesuai dengan persyaratan PSAK 25 tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan.

Perubahan prospektif pada efek dari perubahan dalam estimasi akuntansi berarti bahwa perubahan diterapkan pada transaksi, peristiwa dan kondisi lain dari tanggal perubahan estimasi. Perubahan dalam taksiran akuntansi hanya dapat memengaruhi laba atau rugi periode berjalan, atau laba atau rugi baik periode berjalan maupun periode mendatang. Misalnya, perubahan dalam estimasi jumlah kredit macet hanya mempengaruhi laba atau rugi periode berjalan dan oleh karena itu diakui dalam periode berjalan. Namun, perubahan dalam estimasi masa manfaat aset tetap, atau pola konsumsi yang diharapkan dari manfaat ekonomi masa depan yang terkandung didalamnya, aset

yang dapat terdepresiasi mempengaruhi biaya penyusutan untuk periode berjalan dan untuk setiap periode masa depan selama masa manfaat aset yang tersisa. Dalam kedua kasus tersebut, pengaruh perubahan yang terkait dengan periode berjalan diakui sebagai pendapatan atau beban pada periode berjalan. Efeknya, jika ada, pada periode mendatang diakui sebagai pendapatan atau biaya pada periode-periode mendatang. Oleh karena itu, auditor menyimpulkan bahwa basis manajemen sudah tepat dan auditor akan menyesuaikan secara prospektif penyusutan tahun ini dan membebankannya pada Laba atau Rugi tahun berjalan. Berikut di bawah ini adalah tabel perbandingan biaya depresiasi menggunakan metode saldo menurun dan metode garis lurus untuk tujuan pengungkapan dalam laporan keuangan PT EXPRESS.

Tabel 3.10. Perbandingan Biaya Penyusutan ata Aset Tetap PT EXPRESS Menggunakan Metode Saldo Menurun dan Metode Garis Lurus

Jenis Metode Penyusutan Jumlah

Metode Garis Lurus 44,099,491,984

Metode Saldo Menurun 63,169,397,318

Perbedaan (19,069,905,334)

Kesimpulan Net Income lebih tinggi menggunakan metode garis lurus karena beban lebih kecil

Sumber: KAP WIJAYA yang telah diolah kembali

Pada kasus perubahan metode penyusutan atau estimasi lain, prosedur audit berupa perhitungan kembali harus dilakukan dengan menghitung ulang beban penyusutan sebelum ada perubahan metode penyusutan dan sesudah metode penyusutan tersebut dilakukan. Perbedaan atas selisih kedua metode tersebut diakui secara prospektif sehingga hanya akan berdampak pada laba atau rugi periode sekarang dan masa depan sehingga tidak perlu penyesuaian pada periode sebelum perubahan.

Pertama, auditor akan melakukan perhitungan ulang akan biaya penyusutan periode audit menggunakan metode penyusutan baru yang akan di bandingkan dengan listing penyusutan yang dilakukan klien. Berikut adalah hasil perhitungan kembali auditor dengan pembebanan yang dilakukan klien.

Tabel 3.11. Perbandingan Perhitungan Biaya Penyusutan Aset Tetap PT EXPRESS

Line Item Listing Reclculate Difference

ACQUISITION COST

COST FA LAND 569,806,657,812 569,806,657,812 - COST FA BUILDINGS 218,127,754,640 218,127,754,640 - COST FA VEHICLES 90,039,979,274 90,039,979,274 - COST FA MACHINE &

OFFICE EQUIPMENTS 191,773,970,743 191,773,970,743 - COST FA FURNITURE &

FIXTURES 17,894,582,411 17,892,882,411 (1,700,000) COST LA VEHICLES 1,070,367,842 1,070,367,842 -

TOTAL 1,088,713,312,720 1,088,711,612,720 (1,700,000) DEPRECIATION EXPENSE

DEPN FA BUILDINGS 10,583,737,673 10,583,737,673 DEPN FA VEHICLES 7,648,314,237 7,648,314,237 DEPN FA MACHINE &

OFFICE EQUIPMENTS 23,392,984,010 23,392,984,010 DEPN FA FURNITURE &

FIXTURES 2,381,754,365 2,380,671,239 (1,083,126) DEPN LA VEHICLES 93,784,825 93,784,825

TOTAL 44,100,575,110 44,099,491,984 (1,083,126)

Sumber: KAP WIJAYA yang telah diolah kembali

Berdasrkan tabel diatas, terdapat selisih nilai aset tetap dan beban penyusutan senilai Rp1.700.000,00 dan Rp1.083.126,00. Dalam hal ini sebenarnya nilainya tidak material sehingga auditor bisa melewati ini dan tidak mengajukan penyesuaian. Akan tetapi klien dalam hal ini PT EXPRESS memutuskan untuk melakukan penyesuaian di client late adjustment (CLA) sebesar nilai perhitungan auditor. Berikut adalah CLA yang dibuat PT EXPRESS.

Tabel 3.12. Jurnal CLA atas Aset Tetap PT EXPRESS

Deskripsi Debit Kredit

SLEX OPERATION 1,700,000

COST FA FURNITURE & FIXTURES 1,700,000

AC. DEPN FA FURNITURE &

FIXTURES

1,083,126

SLEX FURNITURE & FIXTURES DEPRECIATION

1,083,126

Sumber: KAP WIJAYA yang telah diolah kembali

Setelah memastikan angka penyusutan periode audit yaitu Rp44.099.491.984,00, auditor lalu menghitung kembali penyusutan menggunakan metode lama yaitu saldo menurun dan mendapatkan angka Rp63.169.397.318,00 yang lebih besar daripada menggunakan metode garis lurus. Akibatnya laba perusahan mengalami kenaikan karena beban penyusutan menurun. Selisih Rp19.069.905.334,00 akan diakui di periode berjalan yang menaikan laba dan akan diungkapkan lebih lanjut di catatan atas laporan keuangan.

5. Menguji Kapitalisasi Borrowing Cost atas Aset Tetap

Prosedur audit ini bertujuan untuk menilai kapitalisasi yang dilakukan entitas berkaitan dengan biaya yang dapat diatribusikan secara langsung yaitu biaya pinjaman dikapitalisasi sesuai dengan ketentuan PSAK 26 tentang Biaya Pinjaman. Hal ini dilakukan untuk memenuhi asersi ketepatan (accuracy) dalam pengkapitalisasian bunga pinjaman ke qualifying asset (aset yang membutuhkan waktu konstruksi lebih dari setahun).

Berdasarkan PSAK 26 tentang Biaya Pinjaman, suatu entitas harus mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan biaya perolehan (akuisisi), konstruksi atau produksi qualifying asset sebagai bagian dari biaya aset tersebut. Suatu entitas harus mengakui biaya pinjaman lainnya sebagai beban pada periode di mana ia mengeluarkannya jika biaya pinjaman tersebut tidak berhubungan dengan qualifying asset dan tidak dapat diatribusikan secara langsung ke aset tersebut.

Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi atau produksi qualifying asset adalah biaya pinjaman yang seharusnya dihindari jika