• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. LANDASAN TEORI DAN PEMBAHASAN

3.6 Perbandingan antara Teori Pengauditan dan Standar Audit dengan

Setelah melakukan pembahasan mengenai prosedur audit yang telah dilakukan oleh KAP Wijaya, penulis kemudian melakukan analisis perbandingan antara prosedur audit yang telah dilakukan oleh KAP Wijaya dengan teori yang penulis ambil dari buku berjudul Principle of Auditing: An Introduction to ISA yang ditulis oleh Hayes et al.

(2014) dan Audit Kontemprer yang ditulis Tuanakotta (2016). Tabel berikut adalah tabel perbandingan antara Teori Pengauditan dengan praktik audit KAP Wijaya:

Tabel 3.24. Perbandingan Teori dan Praktik Audit pada PT EXPRESS

Teori Praktik

Proses Audit

Hayes et al. (2014) membagi proses audit menjadi:

• Penerimaan Klien

• Perencanaan

• Pengujian dan Pengumpulan Bukti

• Evaluasi dan Pelaporan

KAP Wijaya membagi proses audit menjadi:

• Pemahaman dan Perencanaan

• Risiko dan Respon

Executing

Completion

Asersi Manajemen

Menurut ISA 315 dalam Tuanakotta (2016) membagi asersi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Asersi mengenai jenis-jenis transaksi dan peristiwa- peristiwa pada suatu periode audit

2. Asersi mengenai saldo akun pada akhir periode

3. Asersi mengenai penyajian dan pengungkapan.

KAP Wijaya membagi asersi dan tujuan audit menjadi tujuh, yaitu:

1. Completeness 2. Accuracy 3. Cutoff

4. Existence / Occurrence 5. Right & Obligations 6. Presentation & Disclosure 7. Valuation

Bukti Audit

Terdapat beberapa teknik yang dapat untuk mendapatkan bukti audit menurut ISA 500 dalam Tuanakotta (2016), yakni:

Inquiry

Observation

Inspection

Recalculation

KAP Wijaya dalam pengumpulan bukti untuk mendukung opini yang dikeluarkan menggunakan beberapa teknik pengumpulan bukti, yakni:

Inquiry

Observation

Inspection

Recalculation

Reperformance

Confirmation

Analytical Procedures

Reperformance

Confirmation

Analytical Procedures Risiko Audit

Tuanakotta (2013) membagi materialitas kedalam dua tingkatan, yaitu:

1. Overall Materiality 2. Specific Materiality

KAP Wijaya membagi materialitas kedalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Overall Materiality 2. Performance Materiality

3. De Minimis Summary of Uncorrected Misstatement

Sumber: Hasil olahan penulis

Pada teori, terdapat tahapan sendiri dalam proses audit yaitu penerimaan klien.

Dalam KAP Wijaya, hal itu termasuk ke satu tahapan audit Pemahaman dan Perencanaan.

Sementara untuk risiko dan respon dalam tahapan audit KAP Wijaya dijadikan tahapan sendiri karena KAP Wijaya menganggap memahami risiko dan bagaimana respon terhadap risiko adalah hal penting dalam audit sehingga dijadikan satu tahap sendiri.

Sementara dalam teori, hal ini masuk ke dalam perencanaan. Tahap pengujian dan pengumpulan bukti secara garis besar sama dengan tahapan executing. Kegiatan ini berupa mengumpulkan bukti guna mendukung opini yang nantinya akan dikeluarkan dan selanjutnya bukti itu dievaluasi kesesuaiannya dan kecukupannya. Di tahap terakhir berkaitan dengan penyelesaian audit, baik teori maupun praktik secara garis besar sama.

Di sini dilakukan evaluasi tentang apakah prosedur audit sudah sesuai dan apakah butuh prosedur tambahan atau tidak, adakah dampak dari kejadian setelah tanggal neraca, dan sebagainya.

Bukti audit baik teori maupun praktik tidak mengalami perbedaan. Selama proses audit pada PT EXPRESS, KAP Wijaya menggunakan seluruh prosedur itu untuk mengumpulka bukti guna mendukung opini yang akan dikeluarkan.

Untuk asersi manajemen, teori membaginya ke dalam tiga kelompok besar lalu dari kelompok tersebut ditentukan per asersinya. Contoh asersi mengenai saldo akun pada akhir periode adalah existence, rights and obligations, completeness dan valuation and allocation. Dalam praktik di KAP Wijaya, asersi tersebut langsung ditentukan tujuh jenis

yaitu completeness, accuracy, cuto-ff, existence / occurrence, right & obligations, presentation and disclosure dan valuation. Pada dasarnya, tujuh asersi ini telah mencakup tiga kelompok asersi yangada dalam teori.

Untuk materialitas, teori menjelaskan adanya specific materiality yaitu materialitas untuk jenis transaksi, saldo akun, atau pengungkapan tertentu.. Dalam praktik, KAP menjelaskan lebih lanjut specific materiality ke dalam performance materiality dan de minimis summary of uncorrected misstatement. Performance materiality merupakan tingkat materialitas untuk setiap saldo akun, kelas transaksi, dan pengungkapan laporan keuangan yang besarnya dibawah overall materiality. Sementara de minimis summary of uncorrected misstatement adalah tingkat materialitas terendah.

Apabila terdapat salah saji yang berjumlah dibawah nilai SUM, maka salah saji tersebut dianggap tidak material dan tidak berpegaruh terhadap keputusan yang akan diambil oleh pengguna laporan keuangan.

4.1 Kesimpulan

Bab ini berisikan pemahaman dan analisis yang telah dilakukan oleh penulis pada bab sebelumnya yang dirangkum dalam suatu kesimpulan. Berikut adalah kesimpulan yang penulis peroleh mengenai perlakuan akuntansi dan prosedur audit atas aset tetap PT EXPRESS. Analisis perlakuan akuntansi atas aset tetap pada PT EXPRESS yang dilakukan oleh penulis adalah dengan menguji kesesuaian pengakuan, pengukuran, penyajian dan pegungkapan atas aset tetap entitas dengan PSAK 16 (Revisi 2015) dan PSAK lain terkait dengan aset tetap. Berdasarkan analisis pada bab sebelumnya, penulis mengambil kesimpulan bahwa pencatatan aset tetap PT EXPRESS yang terdiri dari pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan scera garis besar telah sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2015) dan PSAK lain terkait aset tetap. Dari segi analisi prosedur audit atas aset tetap PT EXPRESS, penulis memberoleh kesimpulan bahwa audit yang telah dilakukan oleh KAP Wijaya telah sesuai dengan teori dan standar audit sehingga menyediakan basis yang cukup dan sesuai dalam pemberian opini wajar pada audit atas aset tetap. Kesimpulan penulis itu antara lain:

1. Pengakuan atas aset tetap PT EXPRESS sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2015).

Entitas mengakui aset tetap jika dan hanya jika besar kemungkinan entitas akan memperoleh manfaat ekonomis dari aset tersebut dan biaya perolehan dapat diukur secara andal. Biaya ini meliputi biaya perolehan awal dan biaya setelahnya.

Untuk biaya perolehan awal terdiri dari biaya pembelian, biaya yang dapat diatribusikan secara langsung, dan estimasi biaya pembongkaran (jika ada). Untuk biaya setelahnya, biaya perbaikan akan diakui sebagai aset tetap dan pemeliharaan dibebankan pada periode berjalan dalam laporan laba rugi. Biaya inspeksi yang signifikan dan pergantian aset juga akan diakui sebagai aset tetap jika memenuhi kriteria pengakuan aset tetap. Hal ini dibuktikan dengan hasil audit berupa pengujian atas penambahan atas aset tetap PT EXPRESS tidak ada perbedaan antara auditor dan Klien.

2. Klasifikasi atas sewa PT EXPRESS baik sewa pembiayaan maupun operasi telah sesuai dengan PSAK 30 (Revisi 2014). Entitas mengklasifikasikan sebagai sewa

pembiayaan, jika sebagai lessee memiliki sebagian besar risiko dan manfaat kepemilikan aset tersebut. Sewa pembiayaan ini diakui sebesar yang lebih rendah antara nilai wajar aset sewaan dan nilai kini pembayaran sewa minimum. Di samping itu juga memunculkan kewajiban. Setiap pembayaran sewa dialokasikan untuk mengurangi liabilitas dan terdapat beban keuangan yang akan dimasukan ke laba rugi. Sementara, jika sewa yang terjadi hanya sebagian besar risiko dan manfaat yang terkait dengan kepemilikan dipertahankan oleh lessor akan diklasifikasikan sebagai sewa operasi. Pembayaran sewa operasi dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan. Pada pengujian sewa terutama sewa pembiayaan, auditor memutuskan untuk tidak menguji karena nominal sewa yang diklasifikasikan sebagai pembiayaan memiliki nominal jauh dibawah angka performace materiality. Mayoritas sewa diklasifikasikan sebagai sewa dibayar di muka sehingga bukan ruang lingkup aset tetap.

3. PT EXPRESS menggunakan model biaya (cost method) sebagai metode pengukuran aset tetap sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2015).

4. PT EXPRESS merubah kebijakan terhadap metode penyusutan atas aset tetap dari metode saldo menurun (kecuali untuk bangunan yang memang sejak awal menggunakan metode garis lurus) menjadi metode garis lurus. Perubahan metode penyusutan ini mengikuti PSAK 25 (Revisi 2014) tentang Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan. Dalam audit atas perubahan estimasi ini, auditor menghitung kedua metode ini dan dibandingkan. Hasilnya, auditor tidak memiliki catatan sehingga perubahan ini dianggap wajar.

Perhitungan antara perbedaan penggunaan antara metode saldo menurun dan metode garis lurus disajikan dan diungkapkan dalam laporan keuangan bagian catatan.

5. PT EXPRESS pada tahun 2017 menggunakan metode penyusutan garis lurus untuuk semua jenis aset tetap kecuali tanah yang tidak disusutkan sesuai dengan PSAK 16 (Revisi 2015). Hasil perhitungan penyusutan ini dalam pengujian penyusutan oleh auditor memiliki perbedaan. Nominal perbedaan dianggap tidak material sehingga auditor bisa melewatkan hal ini. Akan tetapi klien memutuskan untuk tetap melakukan penyesuaian berupa CLA.

6. PT EXPRESS belum mengakui adanya biaya pinjaman yang dikapitalisasi sebagai aset tetap atas aset dalam penyelesaiannya. Hal ini tidak sesuai dengan PSAK 26 (Revisi 2014) tentang Bunga Pinjaman sehingga dalam proses audit terdapat catatan dan penyesuaian dalam SUM.

7. Penyajian dan pengungkapan aset tetap PT EXPRESS pada laporan keuangan tahun 2016 telah mencakup hal-hal yang dipersyaratkan oleh PSAK 16 (2015).

8. Dalam praktik di KAP Wijaya, proses audit terbagi menjadi 4 yaitu understanding and planning, risk and respond, executing, dan completion. Secara garis besar telah sesuai dengan teori umum. Perbedaan antara teori umum dan Pedoman KAP Wijaya terletak pada tahap penerimaan klien yang digabung ke tahap understanding and planning sementara dalam teori dipisahkan. Kemudian tahapan risiko merupakan tahap yang terpisah di pedoman audit KAP Wijaya sementara di teori masuk dalam tahap perencanaan.

9. Asersi manajemen berdasarkan KAP Wijaya dibagi ke dalam tujuh asersi, berbeda dengan ISA 315 yang membaginya berdasarkan tiga kategori. Akan tetapi tujuh asersi yang menjadi pedoman KAP Wijaya telah sesuai dan mencakup tiga kategori dari ISA 315.

4.2 Rekomendasi

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, berikut adalah beberapa rekomendasi yang penulis berikan terkait akun aset tetap untuk PT EXPRESS. Harapan penulis bahwa rekomendasi yang diberikan akan mampu meningkatkan efektivitas dan efisiensi pada PT EXPRESS. Rekomendasi tersebut adalah sebagai berikut:

1. Terdapat temuan audit berupa tidak semua aset yang diperiksa telah ditandai oleh perusahaan sebagaimana tercatat dalam daftar aset tetap. Catatan lain bahwa daftar aset tetap tidak dilengkapi dengan nomor tag aset, terutama untuk mesin dan peralatan kantor serta klasifikasi perabotan dan perlengkapan. Meskipun temuan ini tidak menyebabkan pengendalian menjadi tidak berfungsi ataupun menjadi lemah, PT EXPRESS sebaiknya lebih memperhatikan hal tersebut agar pencatatan atas aset menjadi lebih akurat.

2. Pada aset register tahun 2017 masih terdapat banyak aset yang mengalami pencatatan ganda (double-booked) sehingga di tahun 2017 banyak penghapusan

aset karena hal ini. Di sini PT EXPRESS perlu melakukan review ulang atas aset tersebut sehingga dalam pencatatan tidak terdapat pencatatan ganda.

BAB 5 REFLEKSI DIRI

5.1 Manfaat Perkuliahan terhadap Pelaksanaan Kegiatan Magang

Perkuliahan adalah jenjang pendidikan tinggi yang memiliki peranan untuk meningkatkan kecerdasan agar daya saing pengenyam pendidikan ini dapat ditingkatkan guna menghadapi globalisasi dan persaingan dalam dunia pekerjaan nantinya. Seorang mahasiswa, pada jenjang perguruan tinggi, seharusnya tidak hanya meningkatkan kemampuan akademis mereka namun juga non-akademis yang dapat menunjang kemampuan mereka melalui berbagai kegiatan di luar perkuliahan baik itu melalui berbagai organisasi maupun acara dan dapat juga melalui proses magang. Proses magang ini menjadi penting mengingat nantinya mahasiswa akan memasuki dunia kerja setelah menyelesaikan bangku perkuliahan. Berikut adalah bebrapa manfaat perkuliahan pada kegiatan magang yang dirasakan oleh penulis:

1. Pemahaman atas Teori Akuntansi dan Pengauditan

Perkuliahan, erat hubungannya dengan teori yang selalu dipelajari di kelasnya.

Pada jurusan akuntansi, teori tentang akuntansi dan audit merupakan hal yang selalu akan dijumpai dari tingkat dasar sampai tingkat akhir. Pemahaman tentang akuntansi dimulai dari Pengantar Akuntansi 1 dan 2, Akuntansi Keuangan 1 dan 2 serta Akuntansi Keuangan Lanjutan 1 dan 2. Disamping dasar akuntansi, pemahaman akuntansi lain yang diperoleh antara lain Akuntansi Sektor Publik, Akuntansi Pemerintahaan, Akuntansi Syariah, dan sebagainya. Dengan mempelajari akuntansi, hal pokok yang menjadi pemahaman penulis adalah proses penyusunan laporan keuangan secara menyeluruh dimulai dari pencatatan transaksi, penjurnalan hingga terakhir laporan keuangan. Pemahaman akan akuntansi menjadi landasan penting untuk dapat melakukan suatu audit pada laporan keuangan. Dengan pemahaman tersebut penulis dapat lebih mudah untuk memahami dan menyelesaikan pekerjaan yang diterima selama proses magang.

Bekaitan dengan audit, pemahaman yang diperoleh penulis dilakukan melalui mata kuliah pengauditan 1 dan 2 yang didapat ketika semester 5 dan 6 di bangku perkuliahan. Pemahaman akan audit tersebut menjadi landasan penulis saat menerapkannya pada praktik audit di periode magang.

2. Kemampuan Analisis dan Berpikir Kritis

Ada perbedaan mendaar mengapa Kantor Akuntan Publik melakukan perekrutan karyawan minimal bergelar sarjana dan bukan diploma akuntansi. KAP menganggap bahwa mahasiswa S1 memiliki keampuan analisis dan berpikir kritis lebih dari mahasiswa diploma. Apalagi, audit merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan analisis dan berpikir kritis.

Kurikulum dan pembelajaran yang selama ini penulis dapatkan di FEB UI telah melatih dalam mengembangkan kemampuan analisis serta berpikir kritis. Salah satunya dengan proses untuk melatih analisis dan berpikir kritis adalah penerapan metode belajar kolaboratif dan metode problem based learning. Dengan kedua metode tersebut, mahasiswa dilatih untuk mengembangkan pemikirannya secara kritis untuk mencari solusi dan pemecahan dari berbagai masalah dan kasus-kasus yang berasal dari berbagai sumber yang relevan baik dengan akuntansi, bisnis, maupun pengauditan. Selain itu metode ini mengajarkan lebih banyak tentang bagaimana menganalisis suatu hal yang didasarkan pada teori-teori yang ada.

Melalui proses pembelajaran kolaboratif dan problem based learning, mahasiswa FEB UI dituntut untuk tidak hanya memahami teori namun juga menggunakan teori itu untuk mencari solusi dari sebuah permasalahan. Kedua kemampuan inilah, kemampuan analisis dan berpikir kritis, sangat dibutuhkan penulis selama proses magang. Bukan hanya itu, saat penulis memutuskan menjadi seorang auditor maka kemampuan ini menjadi wajib untuk dimiliki.

3. Manajemen Waktu

Masa perkuliahan tidak hanya diisi oleh kegiatan akademik saja. Diperlukan juga kegiatan non-akademik guna meningkatkan kemampuan mahasiswa terlebih keahlian dalam berorganisasi yang kelak akan dibutuhkan dalam dunia kerja dan masyarakat. Berbagai kegiatan selama perkuliahan baik itu hal akademik maupun non-akademik serta padatnya jadwal kuliah dan banyaknya tugas perkuliahan telah melatih penulis tentang bagaimana melakukan manajemen waktu secara baik.

Manajemen waktu dilakukan untuk memaksimalkan waktu penulis dengan segudang aktivitas akademik dan non-akademik. Penulis membagi dan memanfaatkan waktu

yang tersedia untuk menyelesaikan berbagai tugas, belajar, dan berorganisasi tergantung skala prioritas saat itu dan juga deadline tugas atau acara. Selain waktu, energi juga harus dijaga mengingat padatnya aktivitas yang dijalankan. Karena terbiasa dalam pengaturan waktu, manfaat yang dirasakan ketika dalam program magang adalah saat dihadapkan dengan berbagai tugas penulis dapat menentukan prioritas tugas mana yang harus diselesaikan dan berapa lama estimasi untuk alokasi waktu di setiap tugas.

5.2 Refleksi atas Manfaat Magang

Program magang yang dilakukan penulis memberikan gambaran kepada peserta magang mengenai dunia kerja yang akan dihadapi setelah lulus dunia perkuliahan. Salah satu manfaat yang diperoleh ketika mengikuti program magang adalah peserta magang dapat belajar dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh di perkuliahan ke dalam dunia kerja yang sesungguhnya. Selain itu, progam magang juga meningkatan kemampuan kognitif serta soft-skills, yang meliputi:

1. Communication Skills

Selama periode magang, penulis dituntut harus bisa berkomunikasi dengan pihak. Apalagi dalam proses audit, beberapa proses menyangkut komunikasi ke pihak lain. Sebagai contoh penulis harus mengkonfirmasi beberapa konfirmasi bank yang telah diterima melalui via telepon. Hal ini melatih kemampuan komunikasi penulis karena setiap bank memiliki karakter dan peraturan yang berbeda dalam hal memberikan konfirmasi terutama via telepon. Selanjutnya berkaitan dengan proses inquiry kepada klien mengenai beberapa hal tentang proses audit yang dilaksanakan.

Beberapa klien memiliki karakter yang berbeda sehingga perlu disesuaikan bagaimana cara mengkomunikasikannya. Selain karakter, waktu dan tempat harus diperhatikan saat akan melakukan inquiry degan klien.

2. Kemampuan Teknis Pengauditan

Teori tanpa suatu praktik merupakan sesuatu yang tidak berguna. Tentu saja dalam hal ini apa yang telah diperoleh dan dipelajari di bangku perkuliahan tidak cukup dalam melakukan audit yang sesungguhnya jika tidak dipraktikan. Oleh karena ini pemahaman teori pengauditan sebaiknya dilengkapi dengan kemampuan teknis begaimana melakukan proses audit. Selama proses magang di KAP Wijaya, penulis

merasakan bahwa program magang memberikan kesempatan untuk mempelajari teknis pengauditan yang nantinya akan bermanfaat jika penulis ingin menjadi auditor pada jenjang karirnya kelak.

3. Kemampuan Bekerja Sama dalam Tim

Proses audit itu tidak dilakukan sendiri-sendiri melaikan bersama dengan suatu tim audit. Oleh karena itu diperlukan kerja tim yang baik dan harmonis agar beban kerja yang berat dan tenggat waktu yang singkat dalam diselesaikan sesuai target.

Dari pengalaman magang, agar suatu pekerjaan dapat lebih efisien, dibutuhkan rasa percaya terhadap rekan satu tim yang membantu dalam suatu pekerjaan audit.

5.3 Kunci Sukses dalam Bekerja

Terdapat kunci agar sukses dalam melakukan suatu pekerjaan. Berdasarkan pengalaman penulis selama periode magang, berikut adalah hal-hal yang menjadi kunci sukses dalam bekerja, antara lain:

1. Memahami Arahan dengan Baik

Sebelum dimulainya suatu pekerjaan, biasanya terdapat arahan dari manajer atau senior associate kepada peserta magang sebelum memberikan pekerjaan. Penting untuk memahami dengan baik setiap arahan yang diberikan agar pekerjaan yang diberikan dapat terselesaikan sesuai waktu yang diberikan. Efek buruk jika salah dalam memahami arahan adalah kesalahan pengerjaan tugas dan berakhir pada molornya waktu penyelesaian tugas. Beberapa kesalahan yang tidak dapat ditoleransi kadang mengantarkan peserta magang pada kemarahan atau nasihat dari manajemen atau senior associate.

2. Mampu Beradaptasi

Hal yang terpenting selama proses megang adalah bagaimana dapat beradaptasi dengan lingkungan yang sangat baru dan berbeda orientasi dengan saat berada di bangku perkuliahan. Saat melaksanakan program magang, penugasan penulis terdapat di beberapa tim audit yang berbeda. Setiap tim audit memiliki karakter masing- masing dengan ciri khas klien yang masing-masing pula. Karena itu adaptasi yang baik dapat memperlancar pekerjaan dan hubungan dengan sesama rekan audit dan juga klien sehingga pekerjaan akan efisien.

3. Jangan mengeluh

Kehidupan selama proses magang di KAP Wijaya tak ubahnya seperti para auditor lain selama masa puncak audit. Pergi pagi dan pulang pagi merupakan hal yang sudah menjadi rutintas sehari-hari. Apalagi kadang weekend harus tetap masuk guna mengejar waktu audit. Lelah pasti sangat terasa di masa-masa tersebut belum lagi tekanan dari atasan dan klien. Memiliki pemikiran dan perasaan yang positif sangat membantu setidaknya untuk menghemat energi supaya tidak terbuang hanya untuk mengeluh saja. Kebanyakan mengeluh membuat kinerja kita terhambat dan mengerjakan setiap tugasnya dengan tidak maksimal.

5.4 Rekomendasi untuk Program Studi

Pilihan tugas akhir berupa laporan magang yang disediakan oleh Departemen Akuntansi FEB UI sangat baik menurut penulis karena mengenalkan tentang dunia kerja secara langsung. Disamping itu beberapa pendapat mengatakan bahwa tidak semua orang berminat menjadi peneliti, sehingga laporan magang ini sangat bermanfat bagi mereka yang ingin menjadi praktisi dalam dunia kerja. Melalui program magang ini penulis memperoleh pengalaman dan praktik terkait proses pengauditan yang tidak dipraktekan dalam perkuliahan. Pengalaman dan ilmu ini sangat bermanfaat sebagai bekal penulis dalam memasuki dunia kerja nantinya terutama yang ingin menjadi auditor. Namun satu hal yang penulis kira dapat diperbaiki oleh Departemen Akuntansi FEB UI terkait penulisan laporan magang adalah penetapan pedoman penulisan magang harusnya sekalian dengan teknis penulisan berupa huruf, spasi, dan sebagainya sehingga tidak perlu merujuk kembali pada pedoman umum penulisan tugas akhir. Hal itu karena penulisan tugas akhir lebih mengarah ke skripsi jadi bagi penulis laporan magang dapat terjadi multitafsir akan ketentuan tersebut.

5.5 Rekomendasi untuk Kantor Akuntan Publik Wijaya

Berikut adalah rekomendasi yang penulis ajukan berdasarkan pengalaman magang di KAP Wijaya yang telah dilakukan dalam Januari–Maret 2018, yaitu:

a. Pelatihan terhadap Peserta Magang yang lebih Efektif

Pelatihan yang didapatkan sebelum memulai kegiatan magang dirasakan kurang begitu efektif. Pelatihan hanya dilakukan selama dua hari dan langsung di sebuah ruang besar dengan lebih dari seratus orang sementara pemateri hanya satu. Walau ada semacam asisten untuk membantu, akan tetapi jumlahnya sedikit sehingga tidak banyak membantu peserta. Selain itu fokus pelatihan bukan tentang audit yang nantinya akan kita kerjakan selama proses magang.

b. Mekanisme Kebijakan Kerja Lembur pada Proses Magang

Kebijakan KAP Wijaya terhadap peserta magang adalah peserta tidak tidak diperkenankan untuk lembur dan jika terpaksa lembur maka akan diganti dengan hari libur sesuai jam lembur. Akan tetapi, dalam pelaksanaan periode magang selama tiga bulan, kebijakan ini berbeda-beda diterapkan. Di divisi CIPS, kebanyakan peserta magang tidak mengalami lembur selama tiga bulan periode magang. Hal ini berbeda dengan divisi EU&M, lembur merupakan hal yang biasa dilakukan oleh peserta magang di divisi ini. Bahkan selama proses magang, penulis selalu berangkat pagi sebelum jam 6 pagi dan pulang sekitar jam 3 pagi. Kompensasi libur pun harus mendapat persetujuan tim sehingga pada kenyataannya kompensasi libur adalah hal yang semu. Terlebih weekend yang seharusnya liburpun kadang tetap harus berangkat.

c. Timeline Audit yang Tidak Sesuai dengan Perencanaan

Dalam suatu perikatan audit, terdapat periode pelaksanaan audit. Akan tetapi kadang hal ini bisa mundur karena berbagai hal dan ini terjadi di suatu perikatan audit yang penulis ikuti. Dalam perikatan audit, tertulis periode audit adalah 19 Februari 2018 sampai dengan 31 Maret 2018. Akan tetapi sebelum tanggal 19 Februari 2018, tepatnya 12 Februari 2018 penulis diminta untuk memulai audit akan tetapi hanya dengan assosiate 2 dan satu peserta magang. Hasilnya seminggu itu tidak efektif melakukan karena hanya dipimpin associate 2 dan tidak banyak yang peserta magang bisa bantu. Permasalahan selanjutnya pada periode audit, banyak senior yang bergabung telat karena masih memiliki masalah audit pada klien sebeumnya yang akhirnya menyebabkan proses audit selesai akhir April 2018. Dalam hal ini sebaiknya perencanaan akan periode audit lebih diperhitungkan kembali sehingga sesuai dengan perencanaan.