ىثنأ ةجعن
D. Pembagian Qira’at dan Macam-Macamnya
Sebagian ulama mengatakan bahwa macam-macam Qira’a>t itu ada enam79, yaitu al-mutawa>tir, al-mashhu>r, al-a>ha>d, ash-sha>dh, al-mawd}u>’ dan al-mudrij. Berikut ini keterangan masing-masing beserta contohnya.
1. Qira’a>t Mutawa>tir
Qira’a>t Mutawa>tir adalah Qira’a>t yang diriwayatkan oleh orang banyak yang tidak mungkin terjadi kesepakatan di antara mereka untuk berbuat kebohongan. Contoh untuk Qira’a>t mutawa>tir ini ialah Qira’a>t yang telah disepakati jalan perawiannya dari imam Qira’a>t Sab’ah
2. Qira’a>t Mashhu>r
Qira’a>t Mashhu>r adalah Qira’a>t yang sanadnya bersambung sampai kepada Rasulullah saw. diriwayatkan oleh beberapa orang yang adil dan kuat hafalannya, serta
79 Baca al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith…, Vol. I, 179.
Qira’a>t-nya sesuai dengan salah satu rasam Uthmani; baik Qira’a>t itu dari para imam Qira’a>t sab’ah, atau imam qira’at
’asharah ataupun imam-imam lain yang dapat diterima Qira’a>t-nya dan dikenal di kalangan ahli Qira’a>t bahwa Qira’a>t itu tidak salah dan tidak shadh, hanya saja derajatnya tidak sampai kepada derajat Mutawa>tir. Misalnya ialah Qira’a>t yang diperselisihkan perawiannya dari imam Qira’a>t sab’ah, dimana sebagian ulama mengatakan bahwa Qira’a>t itu dirawikan dari salah satu imam Qira’a>t sab’ah dan sebagian lagi mengatakan bukan dari mereka.80
Dua macam Qira’a>t di atas, Qira’a>t Mutawatir dan Qira’a>t Mashhur, dapat dipakai untuk membaca al-Qur’a>n, baik dalam salat maupun diluar salat, dan wajib meyakini ke- Qur’an-annya serta tidak boleh mengingkarinya sedikitpun.81
3. Qira’a>t A<h}a>d
Qira’a>t A<h}a>d adalah Qira’a>t yang sanadnya bersih dari cacat tetapi menyalahi rasam Uthma>ni> dan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Arab. Juga tidak terkenal di kalangan imam Qira’a>t. Qira’a>t A<h}a>d ini tidak boleh dipakai untuk membaca al-Qur’a>n dan tidak wajib meyakininya sebagai al- Qur’a>n.
Sebagai contohnya adalah “ayat” yang diriwayatkan oleh Abi> Bakrah bahwasanya Nabi saw membaca Q.S. ar-Rahma>n:
76; "
ناَس ِح ي َرِقاَبَعو ٍرْضَخ َف ِراَف َر ىلع َنْيِئِكَّتُم
", dan riwayat Ibn‘Abbas ra bahwasanya Nabi saw membaca Q.S. at-Tawbah:
128; “
ْمُكِسُفْنَأ ْنِم ٌلوُس َر ْمُكَءاَج ْدَقَل
”, dengan dibaca fath}ah pada huruf “ءاف
“nya.8280 S{ubh}i> S{a>lih}, Maba>h}ith Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Vol. I (Tt: Da>r al-‘Ilm Li al-Mala>yi>n, 2000), 48.
81 al-Qat}t{a>n, Maba>h}ith …., Vol. I, 179.
82 Abd al-Rah}ma>n bin al-Kama>l Jala>l ad-Di>n as-Suyu>t}i>, al-Itqa>n Fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n, Vol.
I (t.t: Da>r al-Fikr, t.th), 79. Al-Qat}t}a>n, Maba>h}ith…., Vol. I, 179. Al-Zarqa>ni>, Mana>hil .., Vol. I, 430.
4. Qira’a>t Sha>z}
Qira’a>t Sha>z} adalah Qira’a>t yang cacat sanadnya dan tidak bersambung sampai kepada Rasulullah saw. Hukum Qiraat ini tidak boleh dibaca di dalam maupun di luar s}alat. Seperti bacaan Q.S.al-Fa>tih}ah: 4; “
نيدلا َموي َكَلَم
”, dengan bentuk“ma>d}i>” dan me-nas}ab-kan “
َموي
”.835. Qira’a>t Mawd}u>’
Qira’a>t Mawd}u>’ adalah Qira’a>t yang dibuat-buat dan disandarkan kepada seseorang tanpa mempunyai dasar periwayatan sama sekali. Seperti bacaan pada Surat Fa>t}ir ayat 28 : “
َءاَمَلُعْلا ِهِداَبِع ْنِم ُ َّاللَّ ىَشْخَي اَمَّنِإ
”, dengan me-rafa’-kan kata“
َُّاللَّ
” dan me-nas}ab-kan kata “َءاَمَلُعْلا
”.846. Qira’a>t Shabi>h bi al-Mudraj
Qira’a>t Shabi>h bi al-Mudraj adalah Qira’a>t yang menyerupai kelompok Mudraj dalam h}adi>th, yakni Qira’a>tyang telah memperoleh sisipan atau tambahan kalimat yang merupakan tafsir dari ayat tersebut. Sebagai contoh Qira’a>t Ibn ‘Abba>s pada Q.S. al-Baqarah:198 dengan bacaan :
ْمُتْضَفَأ اَذِإَف ،ِّجَحلْا ِمِسا َوَم يِف ْمُكِّب َر ْنِم ًلَْضَف ا ْوُغَتْبَت ْنَأ ٌحاَنُج ْمُكْيَلَع َسْيَل .ٍتاَف َرَع نِم
Pada ayat tersebut terdapat tambahan sebagai tafsirannya, yakni “
جحلا مساوم يف
”. 85Dari empat macam Qira’a>tselain al-mutawa<tir dan al- mashhu>r, semuanya (al-a>h}a>d, al-sha>z}, al-mawd}u>’ dan al-mudraj)
83 al-Qat}t{a>n, Maba>h}ith...., Vol. I, 179.
84 Ibn al-Jazari>, al-Nashr ..., Vol. I, 27.
85 Ibid.
tidak boleh dipakai untuk dibaca, baik di dalam s}alat maupun di luar s}alat, karena hakikatnya ia bukan al-Qur’a>n.86
Berikut ini adalah pembagian tingkatan Qira’a>t para imam Qira’a>t berdasarkan kemutawatiran qira>'at tersebut, dalam hal ini para ulama telah membaginya ke dalam 3 (tiga) kategori, yaitu:
(1) Qira’a>t yang telah disepakati kemutawatirannya tanpa ada perbedaan pendapat diantara para ahli Qira’a>t, yaitu para imam Qira’a>t yang tujuh orang (Qira’a>t Sab’ah). (2) Qira’a>t yang diperselisihkan oleh para ahli Qira’a>t tentang kemutawatirannya, namun menurut pendapat yang s}ah}i>h} dan mashhu>r, bahwa Qira’a>t tersebut mutawa>tir, yaitu Qira’a>t para imam Qira’a>t yang tiga (Ima>m Abu> Ja’far, Ima>m Ya’qu>b dan Ima>m Khalaf. Dan (3) Qira’a>t yang disepakati ketidakmutawatirannya (Qira’a>t sha>z}) yaitu Qira’a>t selain dari Qira’a>t para imam yang sepuluh (Qira’a>t‘asharah).
Dari segi jumlah, macam-macam Qira’a>t dapat dibagi menjadi 3 (tiga) macam Qira’a>t87 yang terkenal, yaitu:
1. Qira’a>t Sab’ah, adalah Qira’a>t yang dinisbahkan kepada para Imam Qurra>’ yang tujuh yang terMashhur. Mereka adalah Na>fi’, Ibn Kathi>r, Abu> ‘Amr, Ibn ‘Amir, A<s}im, H<amzah dan Kisa>’i>.
2. Qira’a>t‘ Asharah, adalah Qira’a>t sab’ah yang ditambah dengan tiga Qira’a>t lagi, yang disandarkan kepada Abu> Ja’far, Ya’qu>b dan Khalaf al-‘Ashir.
3. Qira’a>t Arba’ ‘Asharah, adalah Qira’a>t ‘Asharah yang ditambah dengan empat Qira’a>tlagi yang disandarkan kepada al-H{asan al-Bas}ri,> Ibn Muh}ays}in, Yah}ya> al-Yazi>di>, dan ash-Shanbu>dhi>.
Dari ketiga macam Qira’a>t di atas, yang paling terkenal adalah Qira’a>tsab’ah kemudian disusul oleh Qira’a>t‘asharah.
86Abu> Zakari>ya Muh}yi ad-Di>n Yah}ya> bin Sharaf an-Nawawi>, al-Majmu>’ Sharh al- Muhadhdhab, Vol. III, 392.
87 Al-Zarqa>ni>, Mana>hil ..., Vol. I, 416-417.