• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Pembahasan

Keterampilan argumentasi merupakan sebuah proses kemampuan berpikir yang memerlukan waktu untuk pembiasaan atau latihan. Topik pembahasan yang disajikan dalam penelitian ini mampu dijadikan sebagai media pembiasaan atau latihan di dalam kelas. Menyajikan isu permasalahan di dalam kelas dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya masing-masing, hal tersebut dapat menjadi salah satu cara yang baik untuk mendukung keterampilan peserta didik dalam berargumentasi. Peserta didik dilibatkan dalam hal berpendapat dan mengambil keputusan yang bersifat ilmiah.

Diskusi dan penyelidikan yang berlangsung selama dua pertemuan tersebut membagi peserta didik menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pro dan kontra. Untuk menentukan peserta didik berada dikelompok pro atau kontra, pertama-tama peserta didik mengisi lembar kerja peserta didik (LKPD) individu yang mengungkap pengetahuan awal dan argumentasi pribadi peserta didik mengenai topik pembahasan yang akan dipelajari. Kemudian peserta didik dikelompok menjadi empat kelompok kecil untuk saling berdiskusi dan bertukar ide satu sama lain yang didukung dengan berbagai sumber baik menggunakan buku cetak maupun internet dengan mengisi LKPD kelompok, selanjutnya membagi peserta didik menjadi dua kelompok untuk masuk pada tahap sesi argumentasi lisan.

Topik pembahasan pertama yang disajikan adalah tentang golongan darah manusia, “Setujukah Anda bahwa orang dengan golongan darah O dapat melakukan transfusi darah untuk semua golongan darah sedangkan orang dengan golongan darah AB bisa menerima transfusi darah dari semua golongan darah?”.

Peserta didik pada pertemuan pertama ini sudah cukup mampu untuk melihat dari berbagai sudut pandang dalam suatu isu atau permasalahan dan mengambil

kesimpulan. Tingkatan argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan pertama berada pada level 2 hingga 3, yang berarti peserta didik mampu menyajikan klaim dengan penjamin klaim saja, dan klaim dengan penjamin klaim disertai data dan bukti yang mendukung klaim tetapi masih bersifat sederhana dan belum valid.

Pertemuan kedua menyajikan isu pembahasan tentang frekuensi denyut nadi manusia, “Setujukah Anda bahwa frekuensi denyut nadi setelah minum air dingin lebih tinggi dibandingkan setelah minum air hangat?”. Topik ini juga mampu membagi peserta didik menjadi dua kelompok besar, yaitu kelompok pro dan kelompok kontra. Keterampilan argumentasi lisan peserta didik pada pertemuan kedua mencapai level 4, di mana peserta didik sudah mampu menyajikan klaim, penjamin klaim dan bukti/data yang berkaitan dengan sumber yang cukup relevan.

Kualitas argumentasi peserta didik secara keseluruhan pada pertemuan kedua lebih baik dibandingkan dengan pertemuan pertama, hal tersebut juga terlihat dari jumlah peserta didik yang bersedia mengungkapkan pendapatnya mengalami peningkatan. Hasil pengamatan catatan lapangan dan analisis data selama penelitian dilaksanakan, mengungkap bahwa pada pertemuan kedua peserta didik dan pendidik telah terbiasa ddalam mengungkapakan pendapat dan gagasan pada saat berargumentasi. Selain itu, pada peretemuan kedua ini peserta didik lebih siap melakukan pembelajaran ADI karena telah memiliki gambaran pelaksanaan pada pertemuan sebelumnya, berdiskusi dan mengungkapkan argumentasi.

Penentuan dari sampel pada penelitian ini juga menjadi salah satu hal yang berpengaruh terhadap keterampilan argumentasi lisan peserta didik yang dicapai, sampel yang didasarkan atas rekomendasi guru kelas berdasarkan kemampuan akademis, kesiapan dan keaktifan peserta didik dalam kelas tersebut turut mendukung hasil data penelitian berupa argumentasi peserta didik yang mencapai level 3 pada pertemuan pertama dan level 4 pada pertemuan kedua.

Argumentasi yang dihasilkan merupakan argumentasi yang sesuai dan beberapa tidak sesuai dengan topik pembahasan, selama proses berargumentasi beberapa peserta didik berkontribusi aktif dan pasif. Hal tersebut diketahui berdasarkan poin-poin catatan lapangan mengenai argumentasi peserta didik.

Pembiasaan penerapan model ADI dan diskusi isu saintifik dalam pembelajaran,

alokasi waktu jam mata pembelajaran, pemilihan tema materi pelajaran, dan jumlah peserta didik dalam satu kelas merupakan faktor-faktor yang turut berpengaruh dalam mengungkap keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik.

Tahap pembiasaan kepada peserta didik terhadap model dan metode pembelajaran yang digunakan berpengaruh terhadap kualitas argumentasi peserta didik, hal tersebut dapat diketahui berdasarkan keterlaksanaan tahapan-tahapan (sintaks) pembelajaran ADI dan data argumentasi yang telah dianalisis. Maka, untuk meningkatkan level argumentasi peserta didik diperlukan kreativitas guru dalam memilih model dan metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan kepada peserta didik.

Lembar Kerja Peserta Didik (LKPD) dan peran dari guru yang dapat memberikan umpan balik dan dorongan pada peserta didik untuk mengungkap argumentasi menjadi hal lain yang mendukung berjalannya diskusi dalam penelitian ini. Guru sebagai fasilitator diskusi juga harus menguasai sumber- sumber terkait yang telah disediakan pada artikel penelitian agar mampu mengarahkan peserta didik dengan baik sehingga peserta didik mampu berargumen dengan lebih maksimal. Sebagaimana teori yang mengatakan bahwa guru perlu untuk meninjau literatur yang relevan dan tidak hanya memproduksi ide dan kerangka kerja dari sumber.2

Guru juga perlu untuk membuat kesimpulan sendiri terkait topik diskusi berdasarkan bukti/data yang tersedia untuk menentukan akhir dari diskusi yang berlangsung di dalam kelas. Instruksi yang kurang jelas dan pengetahuan yang terbatas menunjukan bahwa guru kurang mempunyai pengetahuan yang luas yang dibutuhkan untuk mengarahkan peserta didik dalam menuliskan argumennya.3 Selain peran guru sebagai fasilitator, hal yang juga berpengaruh pada pembentukan argumentasi peserta didik adalah waktu belajar dan kondisi kelas.

Catatan lapangan menunjukkan bahwa pada setiap pertemuan, diskusi dan sesi argumentasi masih bersifat umum, hal tersebut dikarenakan keterbatasan waktu

2 Ursula Wingate, ‘Argument!’ Helping Students Understand What Essay Writing is about, Journal of English for Academic Purposes: 11, 2012, p.152.

3 Ibid.

belajar dan kondisi kelas yang sudah tidak kondusif terkait dengan selesainnya jam pelajaran biologi.

Pembelajaran model ADI dan kemampuan berargurmantasi sendiri perlu pembiasaan dan inovasi. Beberapa peserta didik masih membutuhkan stimulus lebih dan terlihat kesulitan dalam mengungkapkan pendapatnya. Aspek lain yang juga penting adalah terkait pemilihan topik permasalahan yang disajikan hendaknya isu tersebut memungkinkan peserta didik dapat memberikan pemecahan masalah secara ilmiah. Selain itu, guru perlu untuk menjelaskan secara eksplisit kepada peserta didik bagaimana cara melakukan debat dan diskusi, seperti yang telah dilakukan pada penelitian ini. Hal tersebut menjadi hal yang berpengaruh terhadap proses jalannya diskusi dan argumen-argumen yang dihasilkan serta bahasa peserta didik yang lebih terstruktur dalam mengemukakan pendapat.

Diskusi dan penyampaian argumentasi yang dilakukan melalui pembelajaran ADI dan diskusi isu saintifik di dalam kelas dalam hal ini memang mampu memberikan suasana yang berbeda dalam belajar, namun diperlukan instruksi lebih jelas dan lebih detail mengenai pelaksanaannya. Sehingga penelitian ini memberikan hasil bahwa keterampilan argumentasi ilmiah peserta didik pada konsep sistem peredaran darah manusia sudah cukup baik, akan tetapi perlu instruksi khusus dan pembiasaan dalam pelaksanaannya.

Model pembelajaran ADI memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membangun penjelasan dan berbagi ide baik dalam kelompok kecil maupun kelompok besar selama melakukan diskusi di kelas. Hal tersebut dapat menciptakan suasana kelas yang terasa prosesnya dalam pembelajaran sains.

Model ADI berbeda dibanding model pembelajaran lain karena ADI menyediakan kesempatan kepada pesertra didik untuk merancang penelitian dan menemukan hasil sendiri, selain itu peserta didik juga dapat terlibat dalam sesi argumentasi dimana proses sesi argumentasi ini dapat mendukung satu sama lain untuk saling berbagi ide.4

4 Tuba Demisrcioglu dan Sedat Ucar, Investigating The Effect of Argument-Driven Inquiry in Laboratory Instruction, Educational Sciences: 15 (1), 2015, p. 268-279.

Model ADI dapat mendukung peserta didik untuk berargumentasi. Peserta didik dirangsang untuk membentuk argumentasinya melalui topik permasalahan yang diberikan pada saat proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pernyataan bahwa lingkungan belajar yang mendukung peserta didik untuk menyampaikan pendapatnya (berargumentasi) dan mengkomunikasikan pemikirannya untuk membentuk alur penalaran yang terstruktur.5 Hal ini terlihat jelas bahwa model ADI dinilai mampu meningkatkan keterampilan argumentasi peserta didik guna menyelesaikan masalah yang disampaikan saat pembelajaran. Argumentasi yang disampaikan juga harus berdasarkan bukti dan jaminan yang kuat, untuk mendukung argumen yang dikemukakan, tidak hanya itu peserta didik juga dituntut untuk membuktikan argumennya melalui percobaan guna mencari jalan keluar dari sebuah permasalahan.

Model pembelajaran ADI merupakan salah satu pembelajaran berbasis inkuiri yang dapat mendorong peserta didik terlibat dalam pengalaman laboratorium yang lebih ilmiah otentik dan edukatif.6 Model pembelajaran ini juga lebih edukatif bagi peserta didik karena dapat menerima umpan balik seluruh proses dan peserta didik diberikan kesempatan untuk belajar dari kesalahan.7

Tahapan model pembelajaran ADI dinilai mampu meningkatkan argumentasi ilmiah peserta didik karena topik-topik yang diangkat adalah topik yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Model pembelajaran ADI menjadi salah satu model pembelajaran alternatif yang paling efektif untuk meningkatkan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep biologi. Hal ini sesuai dengan penelitian The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student Understanding Of High School Biology Concepts yang menyatakan bahwa penelitiannya yang

5 Safia Abbas, dan Hajime Sawamura, Developing an Argument Learning Environment Using AgentBased ITS (ALES), Educational Data Mining: 1, 2009, p. 200.

6 Neni Hasnunidah, Pembelajaran Biologi Dengan Strategi Argumen Driven Inquiry dan Keteramplan Argumentasi Peserta Didik, (Bandar Lampung: Jurnal Pendidikan Biologi FKIP UNS, 2015), h. 9.

7 Ibid.

menggunakan model pembelajaran ADI memiliki efek positif terhadap pembelajaran dan pemahaman konsep-konsep biologi.8

Peningkatan keterampilan argumentasi peserta didik juga terlihat pada tahapan model pembelajaran ADI yang terdiri dari identifikasi topik utama, generalisasi data, pengumpulan dan analisis data, produksi argumen tentatif, sesi argumentasi, diskusi reflektif eksplisit, pembuatan laporan investigasi, double- blind peer review, revisi laporan berdasarkan hasil peer review.

Tahapan identifikasi topik utama merupakan tahapan memperkenalkan topik untuk dipelajari dengan memancing perhatian peserta didik terhadap suatu fenomena. Pemunculan topik utama pada suatu fenomena dinilai mampu membangkitkan partisipasi peserta didik karena topik tersebut dapat dikaji dari berbagai aspek dan sudut pandang. Tahap identifikasi topik utama menjadi dasar pembentukan argumen yang menuju pada pemecahan masalah. Model pembelajaran ADI, melatih peserta didik untuk membuat argumen, berdasarkan literasi yang dibaca, pengetahuan (konsep dan teori yang dipelajari) dan pengalaman yang telah didapatkan. Hal inilah yang nantinya akan dapat memperkuat argumentasi peserta didik.

Tahap generalisasi data merupakan tahapan untuk mencari informasi dan mengembangkan jawaban berdasarkan data-data yang dimiliki. Tahapan ini menuntut peserta didik untuk mengumpulkan data atau fakta dan mencari informasi tambahan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru.

Kegiatan diskusi dengan teman kelompok membantu peserta didik untuk menemukan ide atau solusi terkait masalah yang dimunculkan.

Tahap produksi argumentasi tentatif memberikan kebebasan kepada peserta didik untuk berargumentasi dan mencari informasi-informasi tambahan dengan menggunakan internet ataupun sumber literatur lainnya. Tahap ini dinilai mampu membuat peserta didik menghasilkan argumentasi yang dikaitkan dengan konsep atau teori yang sedang dipelajari. Tahapan ini dilakukan guna memperoleh

8 Carol Payne Myers, The Effect Of Argument Driven Inquiry On Student Understanding Of High School Biology Concepts,(Bozeman, Montana: A Professional Papper submitted in partial fulfillment of the requirments for the degree master of science education Montana State University, 2015), p.28.

argumen yang kuat disertai penjelasan, bukti-bukti yang digunakan untuk mendukung ide-ide dan alasan yang telah dibuat. Peserta didik perlu memahami bahwa pengetahuan ilmiah tidak dogmatis dan ilmuwan harus dapat mendukung klaim dengan bukti dan penalaran yang tepat. Hal ini dinilai mampu membuat peserta didik mengembangkan argumen dan menentukan apakah bukti yang ada berlaku, relevan, memadai, dan cukup meyakinkan untuk mendukung klaim.

Tahap sesi argumentasi dinilai mampu menyediakan konteks yang otentik bagi peserta didik unuk belajar bagaimana berpartisipasi dalam aspek-aspek sosial dari argumentasi ilmiah.9 Sesi pembuatan argumen tentatif maupun sesi argumentasi, mampu membuat peserta didik lebih memahami konten yang akan dijadikan dukungan bagi argumen yang telah dibuat saat menjalani sesi argumentasi. Peserta didik dibiasakan untuk membaca literasi terlebih dahulu sebelum membuat argumen dan menganalisis informasi-informasi yang didapat dari sumber literasi yang dibaca. Cara seperti ini mampu membuat peserta didik mengolah, menganalisis, mengevaluasi pengetahuan dan informasi-informasi terbaru yang akan mendukung argumentasi yang telah dibuat. Terkait hal tersebut, diperkuat oleh penelitian sebelumnya. pada penelitian tersebut, diketahui bahwa penerapan model ADI memiliki tahapan pembuatan argumen tentatif dan sesi argumentasi yang dipandang sebagai langkah yang tepat untuk melatih kemampuan argumentasi dan meningkatkan kualitas argumentasi peserta didik.10

Tahap diskusi reflektif eksplisit, merupakan tahap dimana guru mempunyai peran mendorong peserta didik untuk mengembangkan argumen yang dimiliki ke dalam penyelidikan. Tahapan ini dinilai mampu membuat peserta didik menjadi seperti ilmuwan karena peserta didik merancang penyelidikan untuk mengumpulkan data dan informasi yang akan menguatkan alasan dan mengembangkan argumen yang telah dibuat. Hasil penyelidikan merupakan suatu data atau fakta yang telah didapatkan untuk mendukung argumen dan alasan terhadap suatu permasalahan. Tahapan ini juga memperlihatkan keaktifan dan

9 Neni Hasnunidah, op. cit., h.22.

10 Wahyu Sukma Ginanjar, Penerapan Model Argument Driven Inquiry Dalam Pembelajaran IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMP, (Bandung:

Skripsi Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI, 2014), hal. 1.

saling kerja sama antara peserta didik, dimana peserta didik dalam kelompoknya bersedia menerima ide-ide atau pendapat lain yang disampaikan oleh temannya.

Tahapan pembuatan laporan penyelidikan (laporan praktikum) merupakan tahap pemberian tugas berupa penulisan laporan penyelidikan yang telah dilakukan. Tahapan ini dinilai mampu membuat peserta didik kembali menganalisis argumen dan data-data, serta informasi yang telah dikumpulkan secara berkelompok. Hal ini dapat membuat peserta didik memahami konten dan menggali suatu konsep yang dapat dijadikan bukti untuk mendukung argumennya.

Tahap peer review double blind merupakan tahap dimana guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk saling bertukar informasi berupa data atau fakta yang berkaitan dengan topik permasalahan untuk melengkapi data-data.

Tahap ini sekaligus memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk melakukan penilaian atas pekerjaan pembuatan laporan penyelidikan kelompok lain secara acak dan tertutup.

Tahap selanjutnya merupakan sintaks terakhir dalam model pembelajaran Argument Driven Inquiry. Sintaks kedelapan ini yaitu tahap revisi laporan berdasarkan hasil peer review. Tahapan ini menuntut peserta didik merangkai fakta-fakta berdasarkan data dan informasi yang telah didapatkan untuk menuju suatu kesimpulan yang berbentuk solusi penyelesaian masalah. Peran guru juga sangat membantu untuk membimbing dan mengarahkan berjalannya tahap menyimpulkan dari penyelidikan yang telah dilakukan bersama teman sekelompok. Peserta didik memberikan tanggapan ulang berupa revisi laporan penyelidikan berdasarkan hasil peer review bersama teman sejawatnya.

Kedelapan tahapan model ADI yang dilakukan oleh peserta didik dan pendidik memperlihatkan bahwa kemampuan berargumentasi peserta didik menjadi lebih aktif, lebih tertarik dan menyenangkan, lebih kritis dan lebih terangsang rasa ingin tahunya.

68

BAB V