• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan

Dalam dokumen Program-Program Pemberdayaan Masyarakat (Halaman 178-186)

BAB VIII RENCANA AKSI BERBASIS

8.2. Pembahasan

8.2.1. Ruang Lingkup Kegiatan

Menyusun suatu CAP yang partisipatif ternyata tidaklah sederhana, karena sering dijumpai hambatan berupa :

a. Belum siapnya masyarakat berperan dalam penyelenggaraan pembangunan;

b. Tidak tersedianya tenaga pendamping yang akan membantu masyarakat menyusun CAP;

c. Adanya ketergantungan masyarakat pada dukungan yang datangnya dari luar komunitas.

Aparat pemerintah di daerah berperan penting dalam proses alih peran pelaku pembangunan. CAP diawali dengan mengkondisikan, membantu, menyusun rencana, memfasilitasi perolehan sumber daya secara bertahap menyerahkan kewenangan dan kemampuan tersebut kepada perangkat yang berada pada tingkat lokal (kelurahan dan kecamatan) dalam hal menyusun tindak komunitas. Ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan konsultan antara lain:

1. Informasi dan konsultasi kepada pemerintah kota/

kabupaten.

Kegiatan dilakukan oleh pemimpin proyek atas nama pemerintah kota/kabupaten yang akan mendapat bantuan program berupa peremajaan kawasan pemukiman kumuh untuk kawasan perkotaan dengan tingkat kekumuhan yang cukup tinggi, perbaikan maupun untuk kawasan permukiman kota yang tidak terlalu kumuh, perbaikan kampung nelayan bagi kawasan perairan dan penyediaan prasarana dan sarana di desa-desa yang menjadi pusat pertumbuhan lokal.

2. Sosialisasi dalam rangka pemahaman lebih lanjut kepada kelompok masyarakat.

3. Pemilihan tenaga pendamping/penggerak masyarakat oleh masyarakat setempat.

8.2.2. Metode Pendekatan 1. Waktu dan wilayah pelaksanaan

Waktu pelaksanaan adalah 1 tahun 5 bulan mulai Juli 2002 sampai Desember 2003 wilayah studi adalah 7 kabupaten di antaranya (Banggai Kepulauan, Banggai, Morowali, Poso, Donggala, Toli-toli, Buol) dan Kota Palu. Di Provinsi Sulawesi Tengah, di mana pengembangan kota khususnya dengan wilayah lain yang lebih luas namun saling signifikan terhadap program pemberdayaan masyarakat, maka ditentukan wilayah pengamatan studi ruang lingkup tata ruang wilayah kota, provinsi serta nasional.

2. Jenis dan sumber data

Pelaksanaan pemberdayaan dan pengembangan potensi sosial budaya sebagai kekuatan pengembangan kota, maka jenis data yang akan dikumpulkan adalah primer dan sekunder untuk data sosial meliputi aspek kependudukan, pendidikan, kesehatan, serta kelembagaannya, data ekonomi mencakup, struktur dan pertumbuhan ekonomi, keuangan daerah, perdagangan, pariwisata dan kesejahteraan masyarakat serta menyangkut data sarana dan prasarana dasar lingkungan permukiman kawasan pelaksanaan.

3. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan melalui berbagai teknik.

a. Teknik pengumpulan data primer

1) Wawancara dengan menggunakan kuesioner;

2) Pengamatan termasuk pengamatan terlibat langsung;

3) Diskusi kelompok secara terfokus;

4) Diskusi dan seminar dengan tokoh agama.

b. Teknik pengumpulan data sekunder

1) Menggunakan daftar isian atau tabel yang mudah dipahami/diisi oleh instansi dan lembaga terkait di tingkat desa hingga kabupaten;

2) Mengumpulkan berbagai bentuk laporan yang berkaitan dengan studi ini yang telah dipublikasikan oleh instansi dan lembaga lain.

8.2.3. Pelaksanaan Kegiatan Lapangan a. Penentuan lokasi tidak layak huni

Penentuan lokasi tidak layak huni pada program CAP di beberapa kabupaten di Provinsi Sulawesi Tengah Tahun Anggaran 2002 terlebih dahulu dilakukan studi awal oleh Pimbagro proyek peningkatan kualitas lingkungan Sulawesi Tengah Tahun Anggaran 2002 beserta Dinas KIMPRASWIL daerah dan aparat setempat hasil studi pendahuluan ini pihak konsultasi dalam proses tender dan pihak Pimbagro sudah menentukan lokasi studi pendampingan CAP berdasarkan SK Bupati sehingga penentuan lokasi sudah ditetapkan. Pihak konsultan berdasarkan penetapan lokasi, selanjutnya melakukan koordinasi dengan pihak Pemda kabupaten pada September 2002 untuk melakukan pekerjaan CAP.

b. Tingkat kekumuhan lingkungan permukiman 1. Tingkat kepadatan penduduk;

2. Tingkat jumlah penduduk miskin;

3. Kegiatan usaha ekonomi penduduk;

4. Kepadatan rumah/bangunan;

5. Kondisi rumah/bangunan yang tidak layak huni;

6. Kondisi tata letak rumah/bangunan;

7. Kondisi prasarana dan sarana lingkungan;

- Kondisi penyediaan air bersih;

- Kondisi jamban keluarga;

- Saluran air/drainase;

- Jalan setapak;

- Kerawanan kesehatan dan lingkungan;

- Kerawanan sosial.

8.2.4. Prinsip Dasar Pengelolaan Proyek

Program peningkatan kualitas lingkungan adalah merupakan program pemerintah yang relatif baru dalam sistem pelaksanaan dan pengelolaannya. Berdasarkan hasil analisis dan evaluasi terhadap kerangka acuan kerja yang telah ditetapkan, maka terdapat beberapa prinsip dasar dalam pelaksanaan dan pengelolaan program yaitu:

1. Transparan

Segala sesuatu yang menyangkut dari kegiatan proyek baik yang menyangkut administrasi maupun informasi harus selalu terbuka bagi semua pihak yang berkepentingan mudah dipahami serta tidak ada hal-hal yang dirahasiakan dan disembunyikan.

2. Akuntabel

Hasil pelaksanaan kegiatan dapat dipertanggung jawabkan baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

3. Fast Disbursement 4. Sustainability

Proses pencairan dana secara cepat efisien dan efektif.

Pengelolaan senantiasa dilakukan secara berkesinambungan yang didukung dengan penerapan konsep tridaya yaitu : a. Pemberdayaan manusia (pelatihan-pelatihan);

b. Pemberdayaan usaha dan ekonomi (dana bergulir);

c. Pemberdayaan lingkungan (pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan).

5. Integrated

Pengelolaan dan pelaksanaan kegiatan dilakukan secara terpadu antara semua pihak yang terkait.

6. Bottom up Planning

Proses perencanaan dilakukan secara berjenjang dari bawah dan menggunakan pendekatan terhadap masyarakat setempat.

7. Empowerment

Sebesar-besarnya menyerap tenaga lokal melalui organisasi masyarakat serta setempat serta memanfaatkan seoptimal mungkin sumber daya alam, fasilitas, bahan/material dan peralatan yang berada di daerah setempat dan peralatan yang berada di daerah setempat.

8. Desentralisasi.

Menyerahkan pengelolaan dan pembangunan kepada daerah tingkat II Kabupaten /kota.

8.2.5. Sumber Biaya

1. Swadaya masyarakat/kelompok masyarakat

Partisipasi dana masyarakat diminimalkan untuk pembayaran lahan tanaman yang terkena proyek.

2. APBN

Khusus program pendampingan CAP dan penyusunan RPJM sesuai program usulan dari masyarakat yang tertuang dalam penetapan rencana kegiatan pemberdayaan fisik lingkungan pada masing-masing lokasi pendampingan seluruhnya dianggarkan dari dana APBN.

8.2.6. Dampak Program Peningkatan Kualitas Lingkungan Hakikat permukiman adalah pemberdayaan dengan konsep tridaya yaitu:

1. Pemberdayaan manusia (pelatihan-pelatihan);

2. Pemberdayaan usaha ekonomi (dana bergulir);

3. Pemberdayaan lingkungan (pembangunan sarana dan prasarana dasar lingkungan) sehingga kebijakan pengelolaan program diharapkan adanya perubahan perilaku, wawasan menuju usaha ekonomi kerakyatan yang berkembang.

8.2.7. Kriteria Penerima Manfaat Dana Pinjaman 1. Keluarga prasejahtera dan sejahtera I;

2. Mempunyai usaha atau potensi usaha yang menguntungkan dan dapat dikembangkan;

3. Berkelakuan baik;

4. Mampu mengembalikan pinjaman dan sanggup bertanggung jawab dengan anggota lain;

5. Komunitas yang bertempat tinggal di kawasan kumuh dengan kondisi rumah tidak layak dihuni dan lingkungan yang tidak sehat.

8.2.8. Prinsip Dasar Perguliran Dana Pinjaman 1. Keberpihakan kepada orang miskin;

2. Transparan;

3. Kompetisi sehat.

8.2.9. Kegagalan dan Keberhasilan Proyek 1. Kegagalan

- Seringkali tanpa disadari program peningkatan kualitas lingkungan dianggap hanya sebagai suatu karya dari pemerintah;

- Tidak terjadi keberlanjutan penanganan yang lebih disebabkan oleh penentuan penanganan yang tidak disadari kepada keterjangkauan dari masyarakat maupun dari Pemerintah Daerah dalam menjamin keberlangsungan

program ketidakterpaduan program dalam melakukan penanganan yang dilakukan oleh seluruh pelaku;

- Kegagalan penanganan lebih disebabkan oleh tidak dilibatkannya masyarakat, dalam proses penanganan dan dalam proses pengambilan keputusan yaitu masyarakat masih menjadi pelaku pasif dari penanganan.

2. Keberhasilan

Hasil program CAP Tahun 2002 di mana 2 dari delapan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) hasil CAP yang telah berhasil dalam melaksanakan perguliran dana di bidang perumahan dan permukiman yakni :

- BKM II (anggota 20 KK) terdapat di desa Wani di Kecamatan Tawaeli Kabupaten Donggala;

- BKM Bunga Mawar (anggota 70 KK) terdapat di Kecamatan Luwuk Kabupaten Banggai yang total beranggotakan 90 KK. Sesuai hasil diskusi serta pemantauan langsung oleh Pimbagro ternyata BKM ini cukup partisipatif baik sejak awal kegiatan ini pasca proyek.

- Sasaran fungsional

Terselenggaranya sasaran penyiapan dan pendampingan masyarakat dalam penyusunan rencana dan pelaksanaan program penataan lingkungan permukiman kumuh khususnya untuk masyarakat miskin dan berpendapatan rendah;

- Sasaran operasional

Terlaksananya penyusunan CAP termasuk program penataan lingkungan permukiman kumuh.

Dalam dokumen Program-Program Pemberdayaan Masyarakat (Halaman 178-186)

Dokumen terkait