• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uraian Proyek Pengelolaan Sumberdaya

Dalam dokumen Program-Program Pemberdayaan Masyarakat (Halaman 162-168)

BAB VII PROYEK PENGELOLAAN

7.2. Uraian Proyek Pengelolaan Sumberdaya

management (SNRM) akan memberi peluang kepada Pemerintah Daerah dan masyarakat setempat untuk mengaplikasikan desentralisasi perencanaan dan pelaksanaan prakarsa pembangunan dengan biaya kecil dan terjangkau.

7.2. Uraian Proyek Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan

memastikan agar rencana dan program-program pembangunan disiapkan dengan mengikut sertakan mereka–

mereka yang terkena dampaknya. Hierarki perencanaannya melibatkan proses pembangunan secara berurutan mulai dari:

• Rencana Strategi (Strategic Plan);

• Rencana Perwilayahan (Zonation);

• Rencana Perencanaan (Management);

• Rencana Kerja (Action Plan);

2) Komponen B: Pengelolaan Data dan Informasi Tataruang;

Kegiatan perencanaan dan pengelolaan (komponen A) akan didukung oleh pengumpulan data dan informasi tambahan, serta pemasangan fasilitas–fasilitas perangkat keras dan lunak untuk memudahkan akses ke data dan informasi oleh perencana dan pengambil keputusan. Komponen ini mempunyai 4 sub–unsur, yaitu: 1. Penelitian dan pemetaan;

2. Teknologi informasi; 3. Prasarana dan tataruang; 4.

Jaringan informasi keragaman hayati nasional;

3) Komponen C: Peninjauan Legislatif dan Penegakan Hukum Komponen bertujuan untuk memperkuat kerangka hukum untuk mengelola sumber daya alam, terutama sumber daya pesisir dan laut, dan meningkatkan penegakan hukum di sektor tersebut. Proyek akan mendorong semua pihak untuk melakukan:

1. Peninjauan kembali hukum dan hak-hak dan praktik adat yang berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam;

2. Penentuan kebutuhan untuk mengubah peraturan perundangan atau mekanisme peraturan terkait yang ada, untuk meningkatkan penegakan hukum yang lebih berhasil guna, atau untuk menyusun peraturan perundangan baru

agar lebih taat azas dengan pedoman nasional pengelolaan sumber daya alam serta untuk mengakui hak-hak adat;

3. Membantu pemerintah merancang perubahan-perubahan atas peraturan yang ada atau menyusun peraturan baru melalui konsultasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.

4) Komponen D : Program Pengelolaan Sumber Daya Alam Skala Kecil;

Secara khusus program-program tersebut akan mencakup:

a) Pengelolaan sumber daya pesisir termasuk habitat ikan (kawasan ekosistem seperti mangrove, terumbu karang dan rumput laut);

b) Memperbaiki lingkungan pesisir termasuk pengendalian polusi, sedimentasi dan erosi;

c) Mengembangkan mata pencaharian alternatif bagi masyarakat nelayan.

7.2.3. Prinsip Dasar Pelaksanaan

1. Akseptabel bahwa semua aspek-aspek pengelolaan kegiatan dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antar pihak terkait (stakeholders) sehingga didapatkan peran serta aktif dan dukungan dari semua pihak;

2. Pengawasan masyarakat. Transparan, bahwa pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka sehingga dapat terkendali dan terwujud;

3. Akuntabel, bahwa pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan secara struktural dan sosial (kepada masyarakat);

4. Keberlanjutan dapat memberikan manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan dalam jangka panjang;

5. Keterpaduan bahwa kegiatan antar komponen dapat saling menunjang dan saling melengkapi terkait dengan kebutuhan.

7.2.4. Pemilihan Kawasan Marine and Coastal Management Area (MCMA)

MCMA (Kawasan Pengelolaan Pesisir dan Laut) dipilih berdasarkan kriteria yang diberikan. Kriteria pemilihan memadukan masalah-masalah lingkungan hidup dan sosial untuk memberi manfaat lingkungan hidup, ekonomi sosial dan yang optimal seperti daerah yang tingkat kemiskinannya tinggi.

Daerah ini dipilih oleh provinsi dan kabupaten yang bersangkutan. Proyek MCRM akan dikelola oleh badan pelaksana yakni (EA/ Executing Agency) tunggal, Departemen Kelautan dan Perikanan. Pelaksanaan kegiatan proyek pada tingkat lapangan dilakukan oleh Bappeda, Dinas Perikanan dan Kelautan dan instansi sektor provinsi dan kabupaten dan yang bertindak sebagai narasumber dan koordinator adalah Departemen Kelautan dan Perikanan.

7.2.5. Kajian Hukum dan Perundangan

Prioritas harus diberikan pada peninjauan peraturan perundangan yang mengatur sumber daya perikanan dan kelautan serta sumber daya pesisir lainnya. Untuk meningkatkan upaya penegakan hukum dan pengelolaan terpadu sumber daya proyek harus mampu untuk:

1. Mengembangkan mekanisme yang tepat untuk koordinasi antar lembaga;

2. Mengembangkan tata cara dan praktik-praktik keterbukaan dan peran serta dalam proses pengambilan keputusan mengenai alokasi sumber daya dan pengelolaan;

3. Menerjemahkan masalah-masalah lingkungan hidup yang diidentifikasikan dalam rencana kajian menjadi persyaratan mengikat dalam perjanjian dan peraturan lainnya;

4. Mengembangkan mekanisme kelembagaan yang berhasil guna pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan, dan menyediakan personel serta sumber daya lain untuk kegiatan penegakan peraturan dan hukum.

7.2.6. Kriteria Penilaian Usulan

1. Kepatuhan pada asas-asas pengelolaan sumber daya laut dan pesisir secara berkelanjutan;

2. Tanggapan terhadap masalah-masalah yang dihadapi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil;

3. Menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan pada tingkat masyarakat dan pengentasan kemiskinan;

4. Keterbukaan dalam pertanggung jawaban administratif dan pelaksanaan kegiatan;

5. Kemampuan pasti badan-badan atau lembaga swadaya masyarakat tersebut untuk melaksanakan tugas yang telah diusulkan.

7.2.7. Konsultan Pendamping

Dalam pelaksanaan kegiatan proyek MCRM akan dibantu oleh kelompok konsultan yang secara umum akan membantu dalam mengembangkan pendekatan implementasi, prosedur dan pedoman untuk melaksanakan kegiatan. Dalam pelaksanaannya, konsultan yang ada akan diorganisasikan berdasarkan atas 4 kelompok yang fokus kegiatannya antara lain:

1. Konsultan kelompok A, bertugas membantu PMO dan pemerintah provinsi maupun kabupaten/kota dalam menyusun perencanaan pengelolaan pesisir dan laut dan manajemen proyek;

2. Konsultan kelompok B, bertugas untuk membantu PMO dan Pemerintah Provinsi Sulteng dan kabupaten dalam

membantu untuk mengembangkan data, informasi NBIN dan teknologi informasi;

3. Konsultan kelompok C, bertugas untuk membantu PMO dan provinsi dan kabupaten/kota dalam membantu untuk memperkuat kerangka hukum pengelolaan sumber daya pesisir dan laut meningkatkan upaya penegakan hukumnya;

4. Kelompok konsultan D, Bertugas untuk membantu PMO dan Pemerintah Provinsi Sulteng dan kabupaten dalam membantu untuk melakukan supervisi terhadap pelaksanaan kegiatan program pelaksanaan sumber daya alam skala kecil.

7.2.8. Sumber Pembiayaan Proyek 1. Penyediaan Dana

Proyek MCRMP ini disediakan dananya melalui dua dokumen anggaran yaitu:

a. Dana pinjaman ADB Nomor 1770-INO (SF) sebesar US$

50 juta;

b. Dana rupiah pendamping dan non pendamping disediakan dari APBN untuk pembiayaan pengeluaran di pusat dan APBD untuk pembiayaan pengeluaran di provinsi dan kabupaten/kota.

2. Penyaluran Dana

Dana MCRMP disalurkan melalui 2 cara yaitu:

a. DIP atau dokumen lain yang dipersamakan untuk dana dan loan ADB Nomor 1770-INO (SF) serta dana pendamping rupiah murni untuk pembiayaan pengelolaan di pusat dialokasikan melalui DIP atau dokumen lain yang dipersamakan;

b. DIPDA provinsi dan kabupaten/kota untuk pembiayaan dana pendamping dan non pendamping di provinsi dan

kabupaten/kota dialokasikan dalam DIPDA provinsi dan kabupaten/kota bersangkutan.

3. Pencairan Dana

Pencairan dana MCRMP dilakukan melalui 2 cara yaitu:

a. KPKN

Pencairan dana loan ADB Nomor 1770-INO (SF) serta dana pendamping rupiah murni untuk pembiayaan pengelolaan di pusat dilakukan melalui KPKN sebagaimana tercantum dalam DIP atau dokumen yang dipersamakan.

b. Kas daerah provinsi dan kabupaten dan kota

Perincian dana pendamping dan non pendamping untuk ADB Nomor 1770-INO (SF) yang dialokasikan dalam DIPDA dilakukan melalui Kas Daerah Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/kota bersangkutan.

Dalam dokumen Program-Program Pemberdayaan Masyarakat (Halaman 162-168)

Dokumen terkait