• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberi hibah ini harus dalam keadaan sehat dan memiliki kemampuan

SYARAT HIBAH MENTIRUT HUKUM ISLAM

B. Syarat Hibah Menurut Hukum Islam

4. Pemberi hibah ini harus dalam keadaan sehat dan memiliki kemampuan

Kemudian para fuqaha berselisih paham dalam

hal si

pemberi

hibah

dalam keadaan

sakit, bodoh dan bangkrut?7. Di dalam kompilasi hukum

Islam dikatakan Pasal 213 dikatakan Hibah yang diberikan pada saat pemberi hibah

dalam

keadaan

sakit yang dekat

dengan

kematian, maka harus

mendapat persefrrjuan dari ahli warisnya.

Para

jumhw ulama

berpendapat

bahwa mengenai orang sakit

boleh berhibah

ll1 hartany4

karena dipersamakan dengan wasiat. Sebagian

a/aza

salaf darl

sebagian

fuqaha zhahiri berpendapat bahwa hibahnya itu dikeluarkan dari pokok hartanya bila ia meninggal dunia. Dan trtidak

7? Ibnu Rusy , Op.cit hal 245

diperselisihkan

lagi bila

seseorang

telah

sehat

lagi maka hukum

hibahnya dihukumkan sah.78

Jumhur

ulama

berpendapat bahwa

sakit yaflg

menghalangi

hibah

ialah

sakit yang

mengkhawatirkan.

Bahkan imam Malik

mengatakan

hal

yang mengkhawatirkan

itu

seperti menjelang persalinan

hamil,

serta penumpang laut yaflg

tinggi

gelombanCny4

tapi

dalam hal

ini

masih banyak perselisihan.

Adapun penyakit yang lama tidak menjadi penghalang melakukan hibah.

5.

Syarat

lain

yang

penting bagi

penghibah adalah bahwa tindakan

hukum itu dilakukan

atas kesadaran sendiri, bukan karena ada paksaan

dari pihak

luar, selama ada

bukti

yang kuat yang didapat selama pembuktian

di

pengadilan.Te Sesuai juga dengan isi Kompilasi Hukum Islam pasal 210 (1).

Kedu4

pihak penerima hibah,

Ada

beberapa syarat orang yang membed hibah, yalori:

Harus berada pada waktu diberi hibahEo maksudnya ketika

keberadaannya

masih dalam bentuk janin maka tidak sah hibah

tersebut karena

dikhawatirkan

atau

belum pasti hidup

atau

tidaknya

anak tersebut.

Demikian pula hibah kepada orang

gila

atau anak

kecil.

Mereka

tidak

lah sah hibah kepada mereka kecuali ada

wali

yang

mewakili merek4

pemeliharanya atau orang yang mendidiknya walaupun ia orang asing.sl

b.

Sesuatu yang Dihibahkan (mauhub)

78 Ibid hal 2+5 'e Wawancara. op.cit.

3u Sayyid Sabiq, .F@ Al Sunnah.lbeiut; dar al

fik,2006[ilid

III hal 9t5

t'ibid

Sesuatu atauprm harta

yang

akan dihibahkan, dengan syarat harta

itu milik penghibah secara sempum (tidak bercampur dengan milik orang lain)

dan merupakan harta yang bermanfaat serta

diakui

agama. Dengan demikian,

jika

harta

yang akan dihibahkan

tidak

ada, harta tersebut masih dalam khayalan atau harta yang dihibatrkan

itu

adalah benda-benda yang materinya diharamkan agama, maka hibah tersebut tidak sah82.

Sama

halnya

seperti

jual beli,

maka benda

yang

semisal buah yang belum

muncul di

pohon atau seperti anak

kambing

yang masih

di perut

ibunyahukumnya

batal.

Juga diperbolehkannya

memberi anjing

piaraan karena

ia

bermanfaat. Serta tidak diperbolehkan menghibahkan minuman keras.

Syatat yang lain

adalah benda tersebut

dapat dimiliki zahya,

dapat pula berpindah tangarL maka

menghibalkan air di

sungai adalah

hibah

yang

tidak

sah, begitu pula

tidak

sah hibah ikan

di lau!

juga hibah sebuah mesjid.83

Jika

dilihat

dari

jumlah

harta yang akan dihibahkan maka para

jumhur

ulama berbeda pendapat. Jumhur ulama berpendapat bahwa seseotang boleh menghibahkan semua

harta yang dimilikinya. Adapun menurut Muhammad Ibnu

al-Hasan dan sebagian pengikut

mailnb

Hanafi berpendapat bahwa

tidak

sah menghibahkan semua harta, meskipun dalarn kebaikan karena mereka menganggap yang berbuat seperti

itu

orang

yang dungu yang wajib dibatasi

tindakannyata.bahkan

di kompilasi

hukum Islam yang berlaku

di

Indonesia tidak boleh lebih

dari

1/3 harta penghibah.

E2 Syafiie Hassanba

*i

Ensiklopedia Islam, Hibah,Kompw, takarta, 3 Oktober 2001

"' Abdul Rabman Ghazaly, Op.Cit.hal

l6l

*

Sayyid

sabiq, Op.cir hal 9E6

Tidak

sahnya

atau batalnya harta yang

dihibahkan

terpisah

dengan yang lainnyass seperti contoh seseorang menghibahkan sebidang tanah namun masih ada tana.man

milik orang yang

menghibahkan,

atau

menghibahkan

sapi yang hamil

sedailgkan yang dihibahkan hanya

induknya

tetapi anaknya tidak.

Kepemilikan

benda bergerak dengan kepemilikaa benda

tidak

bergerak tentu berbeda, Ada

kriteria

tertentu untuk sesuatu benda yang boleh dihibahkan yaihr setiap

benda yang boleh dipet'ual belikan, karerra dia adalah akad yang

bertujuan mendapatkan hak

milik

terhadap suatu barang, maka dia bisa

memiliki

sesuatu yang

bisa dimilikinya

dengan cara

jual beli,

sehingga

setiap yang boleh dijual

boleh dihibahkan sebagiannya walaupun barang tersebut banyak.

Hadist yang diriwayatkan IJmar Ibnu

Salamah

Adh-Dhumari dari

seorang

lelaki dari Buhuz

bahwa

dia pergi

bersama Rasulullah

menuju Mekkah

sehingga

ketika

mcreka berada dekat Lembah Rauha' kemudian mereka menemukan seekor

keledai liar sedang makan rumput lalu mereka

menceritakannya

kepada Nabi

Muhammad, beliau bersabda: "biarkan dia sampai

pemiliknya

datang"

lalu

datanglah

Kabilah Buhuz

dan

berkata: " ya

Rasulullah

ambillah

oleh

kalian

keledai

ini" lalu Nabi menyunrh Abu Bakar unhrk

membagikannya kepada

para

sahabat. Perawi berkata

:"

kemudan

kami

meneruskan perjalanan sehingga

kami

sampai

di

sebuah pedesaan

kami melihat

ada menjangan yang pincang

di

bawah sebuah pohon

milik

t5 Ibid hal 162

49

yang ada tanda hak

miliknya lalu Nabi

menyuruh seorang shabat untuk menjaganya sehingga dia bisa memberi tahu orang lain tentang hewan itu"E6.

Semua barang yang

tidak

diperjualkan, maka

tidak

boleh dihibahkan, seperti barang-barang

yalg

haram dan najis

juga

barang yang belum diketahui asal-usulnya.

Hibah dalam Hukum Islam dapat dilakukan secara terhrlis maupun lisan, bahkan telah ditetapkan dengan tegas bahwa

dalam Hukum Islam,

pemberian harta berupa harta

tidak

bergerak dapat

dilakukan

dengan lisan tanpa mempergunakan suatu dokumen tertulis.

AI<an

tetapi jika

selanjutnya"

bukti-bukti yang cukup tentang

terjadinya peralihan hak

milik,

maka pemberian

itu

dapatlah dinyatakan dalam tulisan.sT

Jika pemberian temebut dilalrukan dalam bentuk

tertulis

tersebut terdapal 2 (dua) macam, yaitu :

a.

Bentuk

tertulis

yang tidak

perlu

didaftarkan,

jika

isinya hanya menyatakan telah terjadinya pemberian.

b. Bentuk tertulis yang perlu didaftarkan, jika surat itu merupakan alat

dari penyeratran pemberian

itu

sendiri,

adinya

apabila pemyataan penyerahan benda yang borsmgkutan kemudian

disusul oleh

dokumen

resmi

tentang pemberian, maka yang harus didaftarkan.88.

c.

Shigat/uoapan8e

e Ibid hal 445

8' Mu Al-Adab Al-Muaud, op.cir., hlm.l80.

88 Eman Supannarg Op-Cit, hkr. 7 4-1 5 -

t'Abd Ai-Rahman Al-Jazari, Kitab Al-Fiqih mazahib Al-Arba, Beirut: Dar At-Kitab Al- Ilmiah, 1990, hLn.257

Adanya ijab dan kabul yang menunjukkan ada pemindahan hak milik

seseoftmg (yang menghibahkan) kepada orang

lain

(yang menerima

hibah).

Bentuk

ijab

bisa dengan kata-kata hibah

itu sendiri,

dengan kata-kata hadiah, atau dengan kata-kata

lain yang

mengandung

arti

pemberian. Terhadap

kabul

(penerimaan

dmi

pemberian

hibah), para ulama

betbeda pendapat.

Imam Maliki dan Imam

Syafr'i

menyatakan bahwa harus ada pernyataan menerima (kabul) dari orang

yang

menerima hadiah,

karena

kabul itu

termasuk

rukun.

Sedangkan

bagi

segolongan ulama Mazhab

Hanafi,

kabul bukan termasuk ruLam hibah. Dengan demikian, sigar (bentuk) hibah

itu

cukup dengan

ijab

(pemyataan pemberian) saja.e0

Imam Ahmad

dan

Abu Tsaw

trerpendapat bahwa hibah

menjadi

sah dengan

te{adinya

akad, sedangkan penerimaan tidak menjadi syarat sama sekali,

baik

secara syarat kelengkaparr maupun syarat sahnya hibah.golongan

Zhariri

yang

diriwaya&an

oleh Imam Ahmad bahwa penerimaan menjadi syarat sahnya hibah pada barang yang dapat

ditakar

dan ditimbang.et

Wulu,

penerimaan

itu tidak

dipersyaratkan, kecuali ada

dalil

yang menguatkan.

Shigat adalah

ijab

dan qabul. Adapun makna

Akad

ada hubungannya dengan shigat, bahwa akad seeara

syar'i yaitu:

hubungan antara

ijab

dan qabul dengan cata

yang dibolehkan oleh syariat yang mempunyai pengaruh

secara langsunge2.

Ini artinya bahwa akad trmasuk dalam kategori

hubungan

yang mempunyai nilai

menurut pandangan

syara'

antara

dua orang

sebagai

hasil dari

kesepakatan antara keduanya yang kemudian kedua keinginan itu dinamakan ijab dan qabul.

x

Depdi]fnre{,, Ensiktopedia,ls/az, Faskal IL PT Ichtiah baru Van Hoeve, jakarta hal 106-107 et lbnu Rusy, op.cithal.24'1.

"

Abduf Aziz Muhammad Azzam. op.cit. hal 17

51

Hibah

dalam

Ensiklopedi Islam

antara

lain tertulis,

Para fukaha

(ahli frkih)

mendefinisikannya sebagai akad yang mengandung penyerahan hak

milik

seseorang kepada orang

lain

semasa hidupnya tanpa ganti

rugi.

Dengan demikian, akad hibah iru tidak terkait dengan syarat apa pun.

Adapun yang disunnahkan agar orangtun

tidak

membeda bedakan sebagian anak dengan sebagian

yarg lain

dalarn

hibah

sebagaimana

diriwayatkan oleh An- Nu'man bin Basyir dia berkata: " Ayah

saya

memberiku hibah latu

mendatangi rasullullah dan berkata:

"ya

Rasululah saya memberi anak saya satu

panberian

dan

ibunya berkata dia tidak ridha sebelum ayah bertemu dengan rasulullah lalu

Rasulullah bertanya kepadanya: "apakah kamu memberi semua anakmu seperti

itu?"

dia menjawab:

"tidak, Ya

Rasulullah" Rasul bersabda:

'takutlah

kamu kepada

Allah dan

berbuat

adillah di

antara analonu, bukankah

kamu

gembira

jika

mereka sama sama mendapat

kebajikan?" dia

menjawab:

'lentu, ya Rasulullah" Nabi

menjawab:

"mengapa tidak kamu lakukan". e'3

Jika dia mernbedakan antara anak anaknya dalam hibah, maka akad hibahnya

tetap sah

sesuai dengan

hadist yang diriwayatkan oleh An-Nu'man

bahwa

Nabi

bersabda :

"berikan

saksi kepada

ini

selain saya'', seandainya akad

tidak

sah pastilah Nabi akan menjelaskan dan tidak menyuruhnya mencari saksi selain beliau.

Maka tidak

boleh dilarang

jika

dia mernberikan hibah

sedikit

atau menerima

hibah sedikit

sesuai dengan hadis

Nabi yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah

dia berkata, bersabda

Nabi:

"seandainya saya diundang untuk jamuan

kaki

kambing pasti

"

Diriwayatkan oleh Syaf

i

dalam AI-Umm dan Al-Baihaqi di dalamnya disebu&an: "lalu

dia mendatangi Nabi", disebutkan "takutlah kamu kepada Allah dan berlaku adil kepada anak analcnu"

(Ar-Talkhish, 3/72)

saya akan datang, dan

jika

saya

diberi

hadiah

kaki kambing kambing

atau

lengar

tangan kambing pastilah saya akan menerimanya".ea

Jika

terjadi ijab

dan qabul dan terpenuhi semua

nrkun

yar-g ada maka syma' akan menganggap ada

ikatan di

anlara keduanya dan akan

terlihat

hasilnya pada barang

yang

diakadkan berupa harta yang menjadi

tujuan

kedua belatr

pihak

yang membuat akad. Pengaruhnya adalah keluamya barang yang

di

akadkan dari

kondisi

pertama

menjadi konCisi baru, jika dia jual beli maka

barang

yang dijual

akan berpindah ke tangan pembeli.

Namrm makna

ikatan

diatas dibatasi

oleh

bentuk

yang diperbolehkan

oleh syariat dan mengeluarkan semua ikataa yang tidak dibolehkan oleh syariat seperti

jika

ada orang yang ber

akad:"

saya sewa engkau untuk mencuri harta

si fulan

dengan bayaran sekian", lalu pihak penerima berkata:"ya saya terima", maka

ini

tidak boleh.

Dalam hibah disyaratkan ada

ijab

dan qabul namun dalam hadiah

tidak

harus ada

ijab

dan qabul menurut pendapat yang shahih walaupun bukan makanan. Namun cukup

mengirim

dari si pemberi dan menerima dari pihak penerima hadiah sehingga pengiriman dan panerimaan sama seperti

ijab

dan qabul,

inilah

yang sudah

mer{adi

kebiasaan masyarakat perkotaan. Adapun sedekah maka tidak perlu ada shigat secara pasti dan

inilah

pendapat yang

jelas

sebagaimana dikatakan oleh Imam

Asy-Syafi'i.

Ulama borselisih pendapat, apakah penerimaan

itu

menjadi syarat sahnya akad atau

tidak. Ats-Tsauri, Syaf i, dan Abu Hanifah

sependapal

bahwa

per,erimaan

itu

termasuk syarat

salnya hibah. Apabila

barang

tidak diterima,

maka pemberi hibah

eaDiriwayatkan oleh Al-Bukhari

dari

Hadishya

Abu

Hurairah

kitab

An-Nikah dan diriwayatkan oleh At-Tfmidzi dari hadisnya Anas (At-Talkish Al-Habiir, 3i70).

s3

tidak terikat. Menurut

Malik,

hibah menjadi sah dengan adanya penerimaan dan calon penerima

hibah

boleh dipaksa

untuk

menerima seperti

jaul beli. Apabila

penerima

hibah

memperlambat

tuntutan untuk menerina hibah

sampai

pemberi hibah itu

mengalami

pailit

atau menderita sakit, maka hibah tersebut batal. Sedangkan manurut

Ahrnad dan Abu Tsaur, hibah menjadi sah

dengan

terjadinya akad

sedangkan penerimaan tidak menjadi syarat sama sekali.

Adapun nrkrm hibah menurut

Al -

Jazairi adalah sebagai

berikut

:

a. Aqid

Qtemberian)

h.

Penerima hibah

c.

Se3uatu yang diberikan

d.

Sigat.es

Setlangkan

bentuk syarat

syarat

hibah memrut

Departemen Agamaes dan penerupannya di Pengadilan Agama Medan

adalai:

a.

Syarat bagi Penghibatr (pemberi hibah) :

1.

Penghibah adalah orang yang

memiliki

dengan sempuma sesuatu atas harta yang dihibahkan.

Dalam hibah terjadi

pemindahan

milik

karena

itu mustahil

orang

ya:rg tidak memiliki akan

menghiberhkan sesuatu

bamng

kepada

orang

lain.

Seperti halnya perkara

nomor

887

/

pdt.G/2009 yang ada

si

pengadilan agam4 bahwa tergugat bukanlah

pemilik

sempurna harta yang dihibahkannya.

"

Abd Ai-Rahman Op .Cit,.hal .257

eo Departemen Agama Republik Indonesia Ilmu

}iqih,

illid

lll,

Jakarta Proyek Pembinaan Prasarana Akan Surana Perguntan Tinggi Agama Islam, I 986, hln 20 I -203 .

2.

Penghibah

itu

adalah orang

yang mursyid. yang telah

dapat mempertanggung