• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertimbangan Hakim Pengadilan Agana Medan Dalam Menentukan Putusan Atas Pembatalan Hibah perkara Nomor 887/Pdt.G/2009/PA Mdn

F'AKTOR FAKTOR PEMBATALAN HIBAH DI PENGADILAN AGAMA MEI}AN

B. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agana Medan Dalam Menentukan Putusan Atas Pembatalan Hibah perkara Nomor 887/Pdt.G/2009/PA Mdn

79

B. Pertimbangan Hakim Pengadilan Agana Medan Dalam Menentukan

Proses pembatalan

hibah pada

dasamya sama dengan pengajuan gugatan dengan materi

pokok

pembatalan hibah. Pengajuan gugatan

terjadi

apabila terdapat suatu sengketa antara

para pihak. Dalam

penyusunan

suatu

gugatan

R.

Soeroso

menyatakan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yait'):l2x

1. Tiap

orang

yang

metasa

dirugikan

dapat mengajukan gugatan terhadap

pihak

yang dianggap merugikan lewat pengadilan.

2.

Gugatan dapat

diajukan

secara

lisa

atau

tertulis dan bila perlu

dapat

minla

bantuan Ketua Pengadilan Negeri.

3.

Gugatan

itu harus diajukan oleh yang

berkepentingan.

Dalam hal ini

adalah penggugA yaitu

iski

pertama dari tergugat

I

4. Turrtutan hak di dalam gugatan harus merupakan tuntutan hak yang

ada

kepentingaa yang dapat dikabulkan apabila

kebenarannya dapat dibuktikan dalam sidang pemeriksaan.

5.

Mengenai persyaratan tentang

isi

daripada gugatan

tidak

ada ketentuarmya, tetapi

kita

dapat

melihat dalam Rv ps 8 No. 3 yang mengha$skan

adarrya

pokok

gugatafl yang

meliputi:

a.

Identitas para pihak.

b. Dalil-dalil konlcet

tentatrg adanya hubrmgan

hukum

yang merupakan

dasr

serta alasan

-

alasan daripada tuntutan.

Dalil - dalil ini lebih

dikenal dengan

istilah firndamentum petendi.

'"

R. Sge.oso, 2003- Prshti* Huktm Acarq Perdsts Tsts Csra Dsn Proses Persidangan Sinar Grafika, Jakarta. Hal, 26

81

c.

Tuntutan atau

petitum ini

harus

jelas

dan tegas.

HIR

dan Rbgsendiri hanya mengatur mengenai cara mengajukan gugatan.

Begitu pula

sesuai dengan Undang Undang

Nomor 50

Tahun 2009 tentang perubahan

kedua

atas

Undang -undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang

pera-dilan Agama pasal

I

disebutkan bahwa peradilan agama adalah peradilan bagi orang orang

yang

beragama

Islam.

Berdasarkan wawancara kepada

hakim

Pengadilan Agama Medan bahwa maksud pasal

ini

adalah: tiap orang yang melakukan perbuatan hukum yang berdasarkan hukum Islam atau yatrg

ingin

tunduk pada hukum Islam, bisa saja orang yang bukan beragama islam mengajukan perkara

di

Pengadilan Agama contoh sescora

g yang menikah dengan cara Islarn ia flurtad daa bercerai harus

dari Pengadilan Agama karena perbuatan hukumnya adalah secara Islam.l23

Dari

uraian kasus

di

atas mengenai kewenangan pengadilan

Agama

Medan

memang sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu suami istri

yang beragama Islam.

Kasus pembatalan hibah

ini;uga

sudah sesuai dengan wewenang pengadilan yaitu Pasal 49

UU Nomor

3 tahun 2006: Pengadilan Agama bertugas dan bervenang memeriksa, memutuskan, dan menyelesaikan perkara di tingkat pertarna antara orang- orang yang beragama Islam di bidang:

a.

Perkawinan

b.

Waris

c.

Wasiat

d.

Hibah

t23 Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Dn.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 20011

e. Wakaf

f. Zakat g.

Infaq

h.

Sadaqah

i.

Ekonomi syariah

Sedangkan mengenai

wilayah

peradilan bahwa menrmrt wawancaftr dellgan

Hakim

Pengadilan Agama bahwa penggugat yang

berdomisili di

Kecamatan Medan

Tembung berhak mengajukan

gugatan

ke

Pengadilan

Agama Medan,

sedangkan

orang or.mg yang tidak berdomisili di kota Medan juga boleh mengajukan

ko Pengadilan

Agama Medan

selama

hatim tidak menolak

atau

NIET

Ontvangkelijk Verklaard) dan atau tidak ada eksepsi dari pihak lawanl2a

2. Kronologis Perkara dan

Pembahosannya

Untuk lebih memahami jalannya perkara, bedkut dibuat konologis

permasalahan

hukumnya

sepanjang

yang

dapat

dibuktikan dan

atau

diakui

dalam persiriangan:

l2{ Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Medan Bpk Drs.H.Mohd Hidayat Nassery, Agustus 2@ I I

Tahun 1955 Tahun 1972 Tahun 1974 Juni 2009

Menikah sgcara agama Islam antara Penggugat

dan

Penggugat dan Tergugat

I

membeli tanah (objek sengketa) Tahun 1964

T atI

Penggugat dan Tergugat

I

cerai Sse,3ra agarna Islam

Tergugat

I

menikah dengan Tergu.Ba.t

il

Objek

sengketa

l

dihibahkankepada Anak Tergugat

I

da{1

hasil

l

perkawinan ke duanya, (tergugat

III, IV

dan

Y)

I

83

Dari tabel diatas bisa dijelaskan satu persatu yaitu:

l.

Adapun perkawinan tergugat

I

dan penggugat adalah perkawinan secara agama

Islam

saja, dan

itupun diakui oleh

para

pihak yaitu

tergugat

I

dan penggugat.

Adaprm perkawinan secara

agarna

Islam atau disebut perkawinan siri

atau perkawinan

di

bawah tangan dilakukan sesuai syariat Islam dan

tidak dilahkan di

depan Pegawai Pencatat

Nikah,

karena

itu

pemikahan

ini

sah secara agama

tetapi

seeara

hukwn Negma belum

sah. Pasal

2

Undang undang

No.l

Tahun 1.974

mengatur ketentuan mengenai syarat sahnya suatu perkawinan

selain dilalcukan menurut

hukunr

masing masing agama dan kepercayaan

juga

harus

dicatat menurut

paf,aturan 'perundang undangan

yang berlaku. Dengaa tidali dilahkannya pencatatan maka perkawinan tersebut tidak punya

kekuatan hukum. Namun dalam masalah pengajuan

ini

tidak ada hubungannya dengan satr atau tidalffrya suahr hibah. Jadi pengakuan dari masing masing

pihak

saja sudah bisa

membullikan

mereka sudah pernah menikalr, sehingga dapat

dihitung

sejak kapan mulai adanya harta be.rsama. Selain

itu

ada sumt surat surat

bukti

lain yang diberikan penggugat rmtuk menguatkm pernyataan bahwa mereka telah meflikah

yaitu dari lampiran

putusan perkara

yitu: Foto copy KTP

a.n.

Numiah (tidak te.rbaca) diberi tanda: P.l dan Foto copy Kartu

Keluarga

No.1684/0069/005/KN{/1984

taflggal

18

Februari

1986 yang dikeluarkan

Lwah

Ind,ra Kasih sela[jutnya diberi tanda: P.2.

2. Tahun 1964 Tergugat I

bersama-sama Penggugat

mengakui telah

membeli sebidang

tanah

seluas

+

1.240

yang menjadi objek

sengketa

dalam

perkara

inijuga

berdasarkan

bukti yang diajukan

pengguggat berupa

foto copy

Surat

Keterangan Tanah No.29098lA1lYl24 tmggal 26 Desember 1973

yang

dikelumkan oleh Bupati Kepala

Daerah Kabupaten

Tingkat II Deli

Serdang, selanjutnya

diberi

tanda: P.4. Menurut pasal

35

ayat

(1)

Undang undang

No.l

Tahun 1974 tentang perkawinan bahwa barta bersama adalah harta benda yang diperoleh selarna perkawinan. Cakupan atau batasan

dari

harta bersama

diatur

pada ayat

(2)

yaitu: harta bawaan dari masing masing suami dan

istri

dan harta

benda yang diperoleh masing masing

sebagai

hadiah atau warisan

adalah dibawah penguasaan masing masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.

Oleh

sebab

itu hda yang dihibahkan tergugat I terbukti merupakan

harta bersama

dimana pada pasal 36 ayat 1 Undang

undang

No.l Tahun

1974

menyatakan tindakan

hukum

dengan

harta

bersama harus

melalui

persetujuan

suami istri. Menimbang bahwa oleh karena status harta telperkara

masih

merupakan harta bersama

Penggugat

dengan

Terguga+,

I, maka

perbuatan

Tergugat I yang telah

menghibahkan sebagian

harta objek

sengketa. kepada Tergugat

III,

Tergugat

IV

dan Tergugat

V

adalah perbuatan melawan hukum

(Omechmatige daad) dan tidak salf karena harta yang dihibahkan

bukan merupakan

hak dari Tergugat I (vide Pasal 210

ayat

(2) Kompilasi

Hukurn Islam), atas dasar mana gugakn Penggugat tentang pembatalan hibah patut

untuk dikabulkan. Begitu

p-,rla walaupun

menurut Islam

Fuqaha

berselisih

pendapat tentang kebolehan menghibahkan barang

milik

bersama yang

tidak

bisa dibagi.

Menurut Malik, Syaii'I, Almad,

dan

Abu

Tsaur bahwa

hibah

seperti

ini

sah,

85

sedang

menurut Abu Hanifah tidak sah. Fuqaha yang berpegangar

bahwa penerim:urn

hak milik

bersama

itu

sah seperti penerimaan

jual beli,

sementara

Abu

Hanifah berpegangan bahwa penerimaan hibah

itu tidak

sah kecuali secara

terpisah dan tersendiri seperti halnya gadai. Namun kmana harta

yang daiperkarakan

disini

adalatr tanah

yang

dapat

dibagi

maka tanah tersebut sah untuk dibagi.

3.

Kemudian ketika tergugat

I

memutuskan untuk menikah

lagi

dengan tergugat

II

kemudian mempurryai anak

dari

pemikahan keduanya, dengan

inisiatif

sendin

tergugat I

menghibahkan

tanah/objek

senCketa

kepada anak anaknya

dari