kepada Bawaslu sebagai lembaga yang bertugas mengawasi proses Pemilu dan menindaklanjuti dugaan pelanggaran Pemilu.
Pengawasan partisipatif termaktub dalam UU Nomor 10 tahun 2016 tentang Pemilihan Pasal 131 ayat (3) menjelaskan:
"Bahwa bentuk partisipasi masyarakat adalah a tidak melakukan keberpihakan yang menguntungkan atau merugikan salah satu pasangan Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur, pasangan Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati, serta pasangan Calon Walikota dan Calon Wakil Walikota; b tidak mengganggu proses penyelenggaraan tahapan Pemilihan; c bertujuan meningkatkan partisipasi politik masyarakat secara luas; dan d mendorong terwujudnya suasana yang kondusif bagi penyelenggaraan Pemilihan yang aman, damai, tertib, dan lancar.
Partisipasi masyarakat dalm proses penyelenggaraan pemilihan menjadi keniscayaan didalam negara demokrasi. Tidak hanya keterlibatan dalam arti peran serta memberikan suara dalam pemilu dan pemilihan saja, tetapi juga menguasai pelaksanaanya, dan melakukan proses evaluasi dan memberikan umpan balik yang menjamin kesinambungan dan ketepatgunaan penyelanggaraan negara itu sendiri
Keterlibatan masyarakat sering dikonsepsikan sebagai partisipasi politik. Pengawasan partisipatif adalah upaya meningkatkan angka partisipasi masyarakat untuk melakukan pengawasan mengawal proses demokrasi ke arah yang lebih baik. Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan partisipatif menjadi langkah strategis untuk mengawal proses demokrasi yang lebih baik. Baik dari sisi program kegiatan sosialisasi kepada masyarakat sampai pembuatan sistem aplikasi telah diimplementasikan Bawaslu untuk menekan potensi kecurangan dalam menjalankan fungsi pengawasan.
dukungan masyarakat terhadap pemenang pemilu, semakin banyak mendapat dukungan dari rakyat, maka semakin legitimsi pemenang untuk memimpin kekuasaan pemerintah. Konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan arah serta masa depan masyarakat dan untuk menentukan orang-orang yang akan memegang tampuk kepemimpinan. Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan pemilu bertujuan untuk mempengaruhi kebijakan politik dalam hal ini untuk mengawal proses pelaksanaan pemilu agar terpilih pemimpin dan wakil rakyat yang memang benar-benar diinginkan rakyat dan melalui proses yang Luber dan Jurdil. Partisipasi politik masyarakat dalam pelaksanaan Pemilu juga dapat dipandang sebagai hak kontrol masyarakat terhadap suatu pemerintahan, yang dapat dilakukan dan diberikan secara beragam sesuai dengan tingkat partisipasi politik masyarakat.
Partisipasi politik secara harafiah berarti keikutsertaan, dalam konteks ini mengacu pada pada keikutsertaan warga dalam berbagai proses politik. Herbert McClosky, (2005: 367) menjelaskan bahwa, “The term political participation wiil refer to those voluntary activities by which members of a society shore in the selection of rules and, directly or indirectly in the formation of public policy”. Partisipasi politik adalah kegiatan sukarela dari warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan penguasa dan secara langsung atau tidak langsung dalam proses pembentukan kebijakan umum1. Menurut Ramlan Surbakti yang dimaksud dengan partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara biasa dalam menentukan segala keputusan yang menyangkut atau memengaruhi hidupnya2.
Partisipasi politik merupakan salah satu aspek penting suatu demokrasi dan ciri khas dari modernisasi politik. Adanya keputusan politik yang dibuat dan dilaksanakan oleh pemerintah
1 McClosky. Political Partisipation, Internasional Encylopedia, Edisi Terjemahan. UI Press. Jakarta, 2005.
2 Ramlan Surbakti, Memahami Ilmu Politik, Jakarta: PT. Gramedia Widisarana
menyangkut dan mempengaruhi kehidupan warga negara, maka warga negara berhak ikut serta menentukan isi keputusan politik.
Oleh karena menurut Hutington dan Nelson yang dikutip oleh Cholisin (2007: 151) partisipasi politik adalah kegiatan warga Negara yang bertindak sebagai pribadi-pribadi yang dimaksud untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah.
Keikutsertaan warga dalam proses politik tidak hanya warga mendukung keputusan atau kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah, namun keterlibatan warga dalam segala tahapan kebijakan, mulai dari awal pembuatan keputusan sampai dengan penilaian keputusan, termasuk juga peluang untuk ikut serta dalam pelaksanaan keputusan3. Menurut Mas‟oed dan MacAndrews (2000:225) partisipasi politik masyarakat secara umum dapat dikategorikan dalam beberapa bentuk sebagai berikut:
a. Electroral activity, yaitu segala bentuk kegiatan yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan pemilihan.
Termasuk dalam kategori ini adalah ikut serta dalam memberikan sumbangan untuk kampanye, menjadi sukarelawan dalam kegiatan kampanye, ikut mengambil bagian dalam kampanye atau rally politik sebuah partai, mengajak seseorang untuk mendukung dan memilih sebuah partai atau calon pemimpin, memberikan suara dalam pemilihan, mengawasi pemberian dan penghitungan suara, menilai calon-calon yang diajukan dan lain-lainnya.
b. Lobbying, yaitu tindakan dari seseorang atau sekelompok orang untuk menghubungi pejabat pemerintah ataupun tokoh politik dengan tujuan untuk mempengaruhinya menyangkut masalah tertentu.
c. Organizational activity, yaitu keterlibatan warga masyarakat ke dalam organisasi sosial dan politik, apakah ia sebagai pemimpin, aktivis, atau sebagai anggota biasa.
d. Contacting, yaitu partisipasi yang dilakukan oleh masyarakat dengan secara langsung pejabat pemerintah atau tokoh politik,
3 Cholisin, dkk. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Universitas Negeri Yogjakarta (UNY)
baik dilakukan secara individu maupun kelompok orang yang kecil jumlahnya. Biasanya, dengan bentuk partisipasi seperti ini akan mendatangkan manfaat bagi yang orang yang melakukannya.
e. Violance, yaitu dengan cara-cara kekerasan untuk mempengaruhi pemerintah, yaitu dengan cara kekerasan, pengacauan dan pengrusakan.
Ramlan Surbakti menyatakan salah satu parameter untuk mewujudkan pemlu yang demokratis adalah partisipasi seluruh pemangku kepentingan dalam seluruh rangkaian penyelenggaraan tahapan pemilu. Untuk menjamin agar rakyat berdaulat, peran warga negara dalam pemilu tak hanya memberi suara, tetapi juga melakukan berbagai peran berbeda pada seluruh tahap pemilu.
Secara individu, kelompok, terorganisasi atau melembaga, rakyat perlu berperan dalam pendidikan pemilih, aktif sebagai anggota partai dalam membahas calon dan rencana kebijakan partai, melakukan kampanye mendukung atau menentang peserta pemilu tertentu, memantau pelaksanaan pemilu, mengawasi penyelenggaraan pemilu, memberitakan atau menyiarkan kegiatan pemilu melalui media massa, melakukan survei dan menyebarluaskan hasil survei tentang persepsi pemilih tentang peserta pemilu, serta melakukan dan menyebarluaskan hasil hitung cepat hasil pemilu. Rangkaian penyelenggaraan pemilu akan dipercaya rakyat dan peserta jika pemilu diselenggarakan badan yang tak hanya kompeten dan berkapasitas dalam bidang tugasnya, tetapi juga independen dan mengambil keputusan yang imparsial (tidak memihak).
B. Partisipasi Masyarakat Dalam Pelaksanaan Pemilu dan