kesehatan, dalam hal sosialisasi ini penyelenggara pemilu harus melakukan inovasi dan trobosan dalam pelaksanaannya untuk mengurani itensitas interaksi secara langgsung antara penyelenggara pemilu dengan, peserta pemilu, tim kampanye dan masyarakat.
Kualitas pelaksanaan pilkada, indikator akan kualitas pelaksanaan pilkada dapat diukur dari pelaksanaan pilkada yang demokratis diantaranya terkait partisipasi masyarakat atau partisipasi pemilih. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam situasi pandemi bukanlah hal yang mudah karena akan dibandingkan dengan tingkat partisipasi pilkada pada serentak tahun 2018 yang mencapai jumlah 73,24 persen.
Koordinasi yang baik antara penyelenggara baik jajaran KPU dan jajaran Bawaslu dengan pemerintah daerah setempat, serta stekeholder pilkada serta Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 dalam melaksanakan kegiatan tahapan pilkada, guna menjamin kesehatan dan keselamatan penyelenggara, pasangan calon dan tim serta masyarakat pemilih dalam setiap tahapan.
Pengawasan pemilu sudah ada dalam pelaksanaan pemilu tahun 1982, namanya adalah Panitia Pengawas Pelaksanaan Pemilihan Umum (Panwaslak Pemilu), yang terbentuknya dilatarbelakangi oleh ketidakpercayaan terhadap pemilu yang dianggap telah disetting oleh kekuatan rezim penguasa. Kemudian pada Pemilu tahun 1987, protes terhadap pelanggaran dan kecurangan pemilih lebih banyak lagi, sehingga pemerintah dan DPR yang ketika itu didominasi oleh Golkar dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia merespon hal ini dengan gagasan untuk memperbaiki undang-undang yang bertjuan untuk meningkatkan kualitas pemilu berikutnya. Pemerintah juga mengenalkan adanya badan baru yang akan terlibat dalam urusan pemilu sebagai pendamping Lembaga Pemilihan Umum (LPU)7. Pada pelaksanaan pilkada sesuai Undang-Undang No.32 tahun 2004, Pasal 66 Panitia Pengawas, masih dibentuk oleh KPUD, dengan tugas dan wewenang panitia pengawas: a. Mengawasi semua tahapan penyelengaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, b. Menerima laporan pelanggaran peraturan perundnag-undangan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah, c. Menyelesaikan sengketa yang timbul dalam penyelengaraan pemilihan kepala daerah dan wakil kepala daerah.
d. meneruskan temuan dan laporan yang tidak dapat diselesaikan kepada instansi yang berwenang, e. Mengatur hubungan koordinasi antar panitia pengawas pada semua tingkatan.
Salah satu misi Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) adalah mendorong pengawasan partisipatif berbasis masyarakat sipil, Pengawasan partisipatif merupakan upaya meningkatkan angka partisipasi masyarakat untuk melakukan pengawasan mengawal proses demokrasi ke arah yang lebih baik. program kegiatan sosialisasi tatap muka kepada masyarakat terus digencarkan guna meningkatkan partisipasi masyarakat. Hal ini menunjukkan satu kewajiban Bawaslu sebagai fungsi yang terlembaga dalam pengawasan pemilu, sedangkan partisipasi masyarakat lebih pada
7 Puadi, Demokrasi, Pemilu dan Politik Uang, CV. Aldera Shalih Indonesia,
penggunaan hak warga negara untuk mengawal hak pilihnya.
namun, pelembagaan pengawasan itu tidak serta-merta mengambil hak warga negara untuk melakukan fungsi kontrolnya dalam menjaga suara atau kedaulatan rakyat. Pelibatan masyarakat dalam pengawasan Pemilu harus terlebih dulu melalui proses sosialisasi dan transfer pengetahuan dan keterampilan pengawasan dari pengawas Pemilu kepada masyarakat. Sebelum sampai kepada peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilu, tantangan besar yang juga dihadapi Bawaslu adalah membangun kesadaran politik masyarakat.
Penulis mempertegas pentingnya pengawasan partisipatif, tidak saja dari masyarakat pemilih, namun dari berbagai pihak yang terkait (stakeholders) dan masyarakat sendiri. beberapa permasalahan pengawasan dalam pemilu adalah adanya beberapa fenomena maupun kasus yang sering terjadi dalam penyelenggaraan pemilu dan pemilihan , antara lain pengawas pemilu yang tidak independen dan memihak pada salah satu calon/partai politik peserta pemilu, sehingga mengakibatkan adanya diskriminasi perlakuan terhadap calon/partai politik peserta pemilu terhadap pelanggaran-pelanggaran yang terjadi Hal ini tentu saja akan menghasilkan pemimpin-pemimpin yang lahir dari proses demokrasi yang tidak berintegritas dimana asas Luber dan Jurdil tidak diamalkan dengan baik. Untuk meminamilisir hal tersebut, salah satunya adalah melibatkan masyarakat dalam hal pengawasan pemilu tersebut.
Pengawasan pemilu sendiri sudah bertransformasi bersifat partisipatif sejak kelahiran Bawaslu. Hal tersebut dapat terlihat dari beberapa program kegiatan yang di inisiasi dari penyelenggaraan pemilu ke pemilu seperti Gerakan Sejuta Relawan, Pengawasan Berbasis Teknologi Informasi Gowaslu, Forum Warga Pengawasan Pemilu, Gerakan Pengawasan Partisipatif Pemilu (GEMPAR), Pengabdian Masyarakat dalam Pengawasan Pemilu, Pojok Pengawasan Pemilu, dan Saka Adhyasta Pemilu. Pentingnya pengawasan partisipatif tersebut menjadikan keberadaanya merupakan sebuah keniscayaan, akan tetapi pada pelaksanaan pilkada 2020 ini situasinya berbeda, tahapan berjalan ditengah
pendemi Covid-19 yang tak kunjung mereda, sehingga untuk mempertahankan dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan urgensi pengawasan partisipatif berbasis daring menjadi pilihan yang tepat, efektif dan efisian yang dapat dilakukan oleh Bawaslu. Pengawasan partisipatif berbasis daring tidak hanya untuk memastikan proses pilkada berjalan langsung, umum, bebas, dan rahasia, serta jujur, dan adil tetapi yang lebih penting adalah menjaga kesehatan dan keselamatan masyarakat tetap terjamin.
Media pengawasan partisipatif berbasis daring yang akan dibangun Bawaslu perlu juga mempertimbangkan setidaknya empat hal.
Pertama, terkait dengan akses penggunaan media yang mudah, murah dan terjangkau. Kedua, Tindak lanjut atas informasi dilakukan dengan cepat Ketiga, kedua belah pihak harus komunikatif. Keempat, hasil tindak lanjutnya disampaikan secara terbuka8.
Menurut Abhan, Ketua Bawaslu RI setidaknya terdapat 4 (empat) tahapan dalam pelaksanaan Pilkada 2020 yang paling banyak kontak antara masyarakat, sehingga semua pihak yang baik penyelenggara, peserta pemilu dan tim kampanye termasuk masyarakat harus mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah penyebaran Covid-19 antara lain9:
a. Tahapan pemutahiran data pemilih, dalam pelaksanaan coklit (pencocokan dan penelitian) dilakukan dari rumah le rumah, akan ada interaksi pennyelengara dengan masyarakat, Petugas Pemutahiran Data Pemilih (PPDP) harus memastikan setiap warga yang mempunyai hak pilih masuk dalam daftar pemilih, pelaksanaan coklit harus terjaga kualitasnya.
b. Tahapan verifikasi faktual dukungan calon perorangan yang akan dijadwalkan pada 24 Juni – 12 Juli 2020, terhadap pelaksanaan verifikasi faktual ini jajaran KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota harus tetap memastikan kualitas verifikasi tetap terjaga, verifikasi faktual yang diamanatkan
8 https://rumahpemilu.org/pengawasan-partisipatif-berbasis-daring-dalam- pandemi/
9 https://www.ayotasik.com/read/2020/06/23/empat-tahapan-pilkada-2020- berpotensi-timbulkan-banyak-kontak
Undang-Undang dilaksanakan dengan metode sensus yaitu penyeenggara mendatangi satu persatu pendukung.
c. Tahapan kampanye yang dilakukan selama 71 hari, dijadwalkan mulai tanggal 26 September – 5 Desember 2020, pelaksanaan kampanye dilakukan dengan berbagai metode yang akan mengumpulkan pendukung untuk mendegarkan visi, misi dan program pasangan calon, pertemuan antara pasangann calon, tim kampanye dan masyarakat pendukung harus dilakukan dengan menerapkan protokol kesehatan.
d. Tahapan pemungutan dan penghitungan suara, yang akan dilaksankan pada tanggal 9 Desember 2020, pada tahapan ini pun akan terjadi pengumpulan masa dan interaksi antara penyelenggara dengan pemilih.
Keempat tahapan tersebut akan dilakukan dengan keharusan persyarat menerapkan protokol kesehatan, protokol kesehatan ini sudah menjadi tata cara dan prosedur dalam pelaksanaan tahapan pilkada, sehingga menjadi bagian objek pengawasan Bawaslu.
Partisipasi masyarakat dalam pengawasan pemilihan bertujuan agar masyarakat tidak hanya menjadi objek pemilihan yang suaranya diperebutkan oleh kontestan peserta Pilkada, tetapi masyarakat juga berperan aktif sebagai subjek dengan terlibat dalam menjaga integritas penyelenggaraan pemilihan. Sehingga jika optimalisasi penggunaan teknologi berbasis daring ini dapat digunakan oleh Bawaslu dalam mendorong pengawasan partisipatif dalam Pilkada 2020 ditengah covid-19.
Badan Pengawas Pemilu beserta jajarannya perlu melakukan telaah dimensi virtual pengawasan partisipatif pemilu dalam mengawal penyelenggaraan pemilu bersama rakyat di tengah atau pascapandemi Covid 19. Ini sejalan dengan fungsi pengawasan pelanggaran pemilu Bawaslu yang melibatkan stakeholder dan masyarakat secara independen dan masif. Metode yang lebih baik dibutuhkan agar proses dan hasil pemilu demokratis dan kuat legitimasi tercapai. Dengan demikian bentuk kepengawasan pemilu telah bertranformasi menjadi bersifat partisipatif. Pengawasan pemilu partisipatif merupakan sebuah
pesta demokrasi yang seyogyanya menjadi ruang keterlibatan rakyat untuk saling menjaga setiap prosesnya. Sehingga orientasi tugas Bawaslu bergeser dari sebelumnya, melakukan pengawasan diarahkan pada penemuan pelanggaran, menjadi upaya untuk mengedepankan pencegahan terjadinya pelanggaran.
Perlu adanya pertimbangan partisipasi masyarakat dalam Pilkada Serentak 2020. Partisipasi di sini tidak hanya pada persentase kehadiran saat pencoblosan saja tetapi mengarah pada pengawalan proses awal pemilihan. Artinya, ada keterlibatan masyarakat dalam pengawasan partisipasi pemilu dalam setiap tahapan pilkada perlu dibangun sinergitas di antara pengawas pemilu dengan para stakeholder pemilu, tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas, mahasiswa, tokoh pemuda, dan pemilih pemula).
Prinsipnya semakin banyak orang yang terlibat dalam pengawasan partisipasi pemilu maka semakin tinggi legitimasi hasil pemilu.
Keterlibatan masyarakat dalam pengawasan pemilu, yang paling efektif adalah mengajak dan mendorong agar masyarakat dapat menjadi pemberi informasi awal bagi pengawas pemilu. Perlunya melibatkan masyarakat, terutama pada setiap tahapan pengawasan pemilu terutama tahapan masa pencalonan, tahapan kampanye , dan tahapan pemungutan dan penghitungan suara. Demikian halnya pengawasan pada kegiatan masyarakat yang seringkali dijadikan ajang kampanye terselubung pasangan calon yang berkontestasi.
Maka peran masyarakat dalam pengawasan pemilu partisipatif menjadi penting untuk mereka terlibat dan berani mengambil sikap serta melaporkan dugaan pelanggaran pemilu yang mereka lihat maupun alami10.