BAB II KAJIAN TEORITIS DAN GAMBARAN UMUM
2.5. PENDIDIKAN MENENGAH
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Tengah dalam kurun waktu lima tahun terakhir dari Tahun 2015 hingga 2019 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.27. Angka Partisipasi Murni (APM) Pendidikan Menengah Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, 2020
b. Angka Partisipasi Kasar
APK pendidikan menengah adalah perbandingan antara siswa pada jenjang pendidikan menengah dengan penduduk usia sekolah dan dinyatakan dalam persentase. Semakin tinggi APK berarti makin banyak anak usia sekolah yang bersekolah di jenjang pendidikan menengah. APK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah mengalami kenaikan yang menggembirakan selama lima tahun terakhir.
Rata-rata kenaikan APK pendidikan di Sulawesi Tengah sebesar 6,44 persen selama lima tahun dari Tahun 2015 hingga 2019. Pada Tahun 2015 APK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah sebesar 75,47 persen meningkat 6,51 persen menjadi 81,98 persen pada Tahun 2016. Kemudian pada Tahun 2016, APK pendidikan menengah Sulawesi Tengah mengalami kenaikan yang lebih tinggi yaitu 7,82 persen menjadi 89,80 persen Tahun 2017 dan meningkat lagi 2,02 persen menjadi 91,82 persen Tahun 2018. Kenaikan paling tinggi terjadi pada Tahun 2019 yaitu sebesar 7,91 persen dari 67,8 persen
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Tahun 2018 menjadi 75,8 persen Tahun 2019. Upaya peningkatan APK menunjukkan kenaikan yang paling tinggi dalam waktu satu terakhir ini, yaitu Tahun 2019 mengalami kenaikan 9,42 persen.
Capaian APK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah pada Tahun 2015 hingga 2019 disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2.28. Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan Menengah Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, 2020
c. Jumlah Peserta Didik
Jumlah peserta didik pendidikan menengah di Sulawesi Tengah secara keseluruhan berjumlah 124.141 siswa yang tersebar di 13 kabupaten/kota. Jumlah ini terdiri dari 78.833 atau 63,5 persen siswa SMA dan 45.308 atau 36,5 persen siswa SMK. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah siswa pada jenjang pendidikan menengah di Sulawesi Tengah didominasi oleh siswa yang bersekolah di SMA dan SMK negeri daripada di sekolah swasta. Secara lebih jelas, jumlah peserta didik pada jenjang pendidikan menengah di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.29. Jumlah Peserta Didik Pendidikan Menengah di Sulawesi Tenga Tahun 2020
Sumber: Dapodikmen, Tahun 2020
Jumlah peserta didik tersebut di atas mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Pada tahun 2019 jumlah peserta didik pendidikan menengah di Sulawesi Tengah berjumlah 120.465 siswa. Jumlah ini terdiri dari 76.129 siswa SMA dan 44.336 siswa SMK. Jumlah peserta didik paling banyak terdapat di Kota Palu yaitu 21.805 siswa atau 18,10 persen dari total siswa pendidikan menengah di Provinsi Sulawesi Tengah. Urutan kedua terbanyak adalah Kabupaten Banggai dengan jumlah siswa 15.438 orang atau sebesar 12,82 persen dari total siswa pendidikan menengah di provinsi ini. Jumlah siswa dengan urutan ketiga terbanyak diduduki oleh Kabupaten Parigi Moutong yaitu sebanyak 14.125 siswa atau 11,73 persen.
Kabupaten yang memiliki jumlah siswa pendidikan menengah paling sedikit adalah Kabupaten Banggai Laut dengan jumlah siswa 3.138 terdiri dari 1.617 siswa SMA dan 1.521 siswa SMK. Kondisi sangat kontras dengan jumlah siswa yang ada di Kota Palu yaitu 11.238 siswa SMA dan 10.567 siswa SMK. Selanjutnya, kabupaten dengan jumlah siswa pendidikan menengah kedua terendah adalah Morowali Utara dengan jumlah siswa sebanyak 4.647 yang terdiri dari 2.625 siswa SMA dan 2.022 siswa SMK. Kabupaten Morowali tercatat sebagai kabupaten yang memiliki jumlah siswa pendidikan menengah ketiga terendah, yaitu 5.320 siswa dengan rincian 3.830 siswa SMA dan 1.490 siswa SMK. Jumlahsiswa pendidikan menengah di Sulawesi Tengah menurut kabupaten/kota dapat dilihat pada tabel berikut.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Tabel 2.15. Jumlah Peserta Didik Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah Tahun 2019
Kabupaten SMA SMK Total
Banggai Kepulauan 3.609 1.887 5.496
Donggala 7.529 3.299 10.828
Poso 6.365 3.980 10.345
Banggai 10.641 4.797 15.438
Buol 4.676 2.721 7.397
Tolitoli 4.739 3.701 8.440
Morowali 3.830 1.490 5.320
Parigi Moutong 10.145 3.980 14.125
Tojo Unauna 3.619 2.472 6.091
Sigi 5.497 1.899 7.396
Banggai Laut 1.617 1.521 3.138
Morowali Utara 2.625 2.022 4.647
Kota Palu 11.238 10.567 21.805
Sulawesi Tengah 76.129 44.336 120.465
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020
d. Guru dan Tenaga Kependidikan
Jumlah guru pada jenjang pendidikan menengah di Sulawesi Tengah Tahun 2020 sebanyak 8.714 yang terdiri dari 5.092 guru SMA dan 3.622 guru SMK. Baik guru SMA maupun SMK sebagian besar adalah guru di sekolah negeri yaitu sebanyak 7.185 atau 82,45 persen dari total guru yang ada. Jumlah guru SMA dan SMK di Sulawesi Tengah secara jelas dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.30. Jumlah Guru Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah Tahun 2020
Sumber: Dapodikmen, Tahun 2020
Kondisi tersebut mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya, dimana pada Tahun 2019 jumlah guru pada jenjang pendidikan menengah di Sulawesi Tengah secara keseluruhan berjumlah 8.669 orang. Jumlah ini terdiri dari 5.035 orang adalah guru SMA dan 3.634 orang adalah guru SMK. Guru pendidikan menengah yang PNS jumlahnya hampir berimbang dengan guru non PNS atau bukan PNS, seperti guru honorer yang diperbantukan. Guru pendidikan menengah (SMA dan SMK) yang berstatus PNS sebanyak 4.276 orang dan 4.393 orang berstatus bukan PNS.
Guru merupakan salah satu pilar utama dalam pendidikan.
Berbagai studi menunjukkan lebih dari 50 persen hasil belajar siswa dipengaruhi oleh guru. Untuk meningkatkan mutu pendidikan harus diupayakan agar setiap sekolah memiliki guru yang memadai dan berkualitas (profesional). Lebih lanjut, guru merupakan unsur penting dalam menghasilkan peserta didik yang berkompeten. Laju penambahan guru tidak sebanding dengan laju pertumbuhan guru yang pensiun setiap tahunnya.
Jika diperinci menurut usia, maka sebagian besar guru SMA berusia dibawah 30 tahun yaitu 1.659 orang atau sebesar 32,95 persen dari total guru SMA yang ada di Sulawesi Tengah. Jumlah tersebut didominasi oleh mereka yang berstatus sebagai guru non PNS yaitu sebanyak 1.624 orang, dan hanya 35 orang yang berstatus PNS. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan dan membutuhkan intervensi khusus agar permasalahan kekurangan guru dapat segera diatasi. Salah satu program yang akan dilakukan oleh Pemerintah Pusat adalah semua guru non PNS dapat mengajukan permohonan menjadi guru PNS pada Tahun 2021. Sulawesi Tengah saat ini mengalami kekurangan guru SMA sebanyak 983 orang dengan rincian 722 orang guru SMA negeri dan 261 orang guru SMA swasta. Uraikan tentang kekurangan guru ini akan dibahas lebih lanjut pada sub bab “permasalahan pendidikan menengah” pada Bab III.
Selanjutnya jumlah guru menurut usia yang paling sedikit adalah guru dengan usia lebih dari 55 tahun yaitu berjumlah 247 orang yang terdiri dari 230 guru PNS dan 17 guru bukan PNS. Tentunya guru
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
tersebut akan purna tugas atau pensiun 5 (lima) tahun kedepan, sehingga kekurangan guru SMA di Sulawesi Tengah akan semakin banyak jika tidak segera diimbangi dengan rekruitmen guru baru.
Sebaran guru SMA di Sulawesi Tengah menurut usia disajikan pada gambar berikut.
Gambar 2.31. Jumlah Guru SMA Menurut Usia di Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2019
Menurut data Kemdikbud, jumlah guru SMK di Sulawesi Tengah sebanyak 3.634 orang dengan rincian 1.724 guru PNS dan 1.910 guru non PNS. Kondisi ini perlu mendapatkan perhatian serius karena jumlah guru SMK yang PNS lebih sedikit dibanding yang non PNS.
Terlebih lagi, jika diidentifikasi lebih jauh soal kompetensi guru SMK tersebut lebih banyak guru normatif, bukan guru produktif. Hal inilah yang menjadi salah satu sebab masih rendahnya mutu lulusan SMK di Sulawesi Tengah sehingga belum dapat terserap di pasar kerja dan kalah bersaing dengan SMK yang dari luar.
Sama halnya dengan guru SMA, jika diperinci menurut kategori usia, guru SMK paling banyak berusia kurang dari 30 tahun, yaitu berjumlah 1.185 orang. Dari jumlah ini, sebanyak 1.137 berstatus guru non PNS dan hanya 48 orang yang merupakan guru PNS.
Kondisi ini sangat mengkhawatirkan jika tidak segera diintervensi dan menjadi permasalahan (akan dibahas lebih lanjut di Bab III sub bab permasalahan pendidikan menengah). Jumlah guru SMK yang paling sedikit adalah mereka dengan usia lebih dari 55 tahun yaitu
berjumlah 149 orang yang terdiri dari 128 guru PNS dan 21 guru non PNS. Jumlah ini akan pensiun dalam waktu lima tahun kedepan, sehingga akan menambah jumlah kekurangan guru SMK di Sulawesi Tengah. Jumlah guru SMK yang diperinci menurut usia dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.32. Jumlah Guru SMK Menurut Usia di Provinsi Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2019
Sebaran guru SMK belum merata di seluruh kabupaten/kota yang ada di Sulawesi Tengah. Guru terkonsentrasi paling banyak di Kota Palu yaitu berjumlah 965 orang. Sementara itu, jumlah guru paling sedikit terdapat di Kabupaten Banggai Laut, yaitu hanya 163 orang.
Jika dikaji lebih jauh dapat diidentifikasi bahwa sebagian besar atau 67,44 persen guru SMK adalah guru normatif. Dengan demikian, guru produktif SMK hanya 32,56 persen atau berjumlah 1.571 orang yang terdiri dari 687 PNS dan 884 non PNS. Jumlah dan sebaran guru SMK di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada tabel berikut.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Tabel 2.16. Jumlah Pendidik Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah
No Kabupaten/Kota
Jumlah Guru Mapel Produktif
Jumlah Guru Mapel Umum
(Kel.A & Kel.B) Jumlah PNS Non PNS PNS Non PNS
1 Kota Palu 205 140 332 288 965
2 Sigi 33 40 70 82 225
3 Donggala 29 45 88 152 314
4 Parigi Moutong 28 123 77 232 460
5 Tojo Una Una 40 26 96 37 199
6 Poso 91 84 128 146 449
7 Buol 69 40 89 69 267
8 Toli Toli 53 91 108 182 434
9 Banggai 76 127 183 264 650
10 Banggai Kepulauan 14 47 43 199 303
11 Banggai Laut 7 38 22 96 163
12 Morowali 23 48 58 91 220
13 Morowali Utara 19 35 40 82 176
Sulawesi Tengah 687 884 1334 1920 4825
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah
e. Jumlah Sekolah Menengah
Ketersediaan sekolah yang memadai merupakan salah satu upaya agar masyarakat Sulawesi Tengah memiliki akses untuk menempuh pendidikan. Jumlah sekolah jenjang pendidikan menengah di Sulawesi Tengah saat ini secara keseluruhan berjumlah 412 yang terdiri dari 225 sekolah SMA dan 187 sekolah SMK. Dari 225 sekolah SMA, sebanyak 77,78 persen adalah sekolah negeri dan sisanya, yaitu 22,22 persen adalah sekolah swasta. Demikian halnya dengan sekolah SMK. Sebagian besar dari sekolah SMK juga merupakan sekolah negeri, yaitu berjumlah 106 atau 56,68 persen dan sisanya yaitu 43,32 persen adalah sekolah SMK swasta. Jumlah sekolah SMA dan SMK di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 2.33. Jumlah Sekolah SMA dan SMK di Sulawesi Tengah
Sumber: Dapodikmen, Tahun 2020
Sekolah SMK yang ada di Sulawesi Tengah menawarkan beberapa bidang keahlian yaitu teknologi dan rekayasa, teknologi informasi dan komunikasi, agribisnis dan agroteknologi, perikanan dan kelautan, bisnis manajemen, pariwisata, seni rupa dan kriya, serta seni pertunjukan. Dari berbagai bidang keahlian ini, yang paling banyak adalah bidang teknologi dan rekayasan yaitu sebesar 34,5 persen. Kedua terbanyak adalah bisnis manajemen yaitu 26,5 persen, dan ketiga terbanyak adalah TI dan komunikasi yaitu 21,8 persen.
Sedangkan bidang keahlian yang paling sedikit peminatnya adalah seni pertunjukan 0,2 persen dan seni rupa dan kriya 0,8 persen. Bidang keahlian urutan ketiga paling rendah adalah kelautan dan perikanan yaitu hanya 1,3 persen. Mengingat Sulawesi Tengah memiliki potensi keunggulan dan daya saing sektor kelautan dan perikanan, seharusnya SMK lebih banyak membuka bidang keahlian kelautan dan perikanan terutama di Kabupaten Banggai, Banggai Kepulauan, dan Banggai Laut. Berbagai bidang keahlian yang ditawarkan oleh sekolah SMK di Sulawesi Tengah disajikan dalam gambar berikut.
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Teknologi dan R ekayasa
TI dan k omunik
asi Keseha
tan
Agribisnis & Agr otek Perik
anan K elaut
an
Bisnis Manajemen Pariwisa
ta Seni Rupa & K
riya Seni P
ertunjuk an
Gambar 2.34. Bidang Keahlian SMK di Sulawesi Tengah
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2020
Bidang kehalian SMK harus dipersipan sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri yang ada di Sulawesi Tengah. Potensi dan keunggulan Sulawesi Tengah di sektor pertanian, perikanan kelautan, pariwisata, pertambangan dan sektor-sektor lainnya harus dikembangkan dengan cara menyiapkan SDM yang handal dibidang tersebut. Terlebih lagi saat ini masuk pada era revolusi industri 4.0 dan menjadi society 5.0, bidang keahlian SMK harus sesuai dengan perkembangan jaman.
f. Akreditasi Sekolah
Akreditasi ialah proses yang berkesinambungan dari evaluasi diri, refl eksi, dan perbaikan (accreditation is a continuous process of self-evaluation, refl ection, and improvement). Dalam akreditasi terdapat kegiatan penilaian (assessment) sekolah secara sistematis dan komprehensif melalui kegiatan evaluasi internal dan evaluasi eksternal (visitasi) untuk menentukan kelayakan dan kinerja sekolah.
Akreditasi dapat dipandang sebagai instrumen regulasi diri (self- regulation), dengan maksud agar sekolah dapat memahami kekuatan dan kelemahan diri; dan berdasarkan atas pemahaman kekuatan dan kelemahan diri tersebut, sekolah dapat melakukan perbaikan mutu secara berkelanjutan (quality continues improvement). Akreditasi
juga dapat dipandang sebagai hasil penilaian dalam bentuk sertifikasi formal terhadap kondisi suatu sekolah yang telah memenuhi standar layanan tertentu yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Akreditasi sejatinya adalah suatu pengakuan formal yang diberikan oleh badan akreditasi terhadap kompetensi suatu lembaga atau organisasi.
Sekolah SMA di Sulawesi Tengah yang memperoleh akreditasi A sebanyak 26,2 persen atau berjumlah 60 sekolah dari 225 sekolah.
Sebagian besar sekolah SMA di Sulawesi Tengah mendapatkan akreditas B, yaitu sebanyak 108 sekolah atau 48 persen. Sekolah SMA yang memperoleh akreditasi C sebanyak 17,6 persen, dan sisanya yaitu 8,1 persen belum diakreditasi.
Sama halnya dengan sekolah SMK dimana sebagian besar mendapatkan akreditasi B, yaitu 44,9 persen atau berjumlah 84 sekolah. Sekolah SMK yang mendapatkan akreditasi A persentasenya lebih sedikit dibanding dengan sekolah SMA yang mendapat nilai A, yaitu hanya 13,9 persen. Sekolah SMK banyak yang mendapatkan akreditasi C yaitu sebanyak 27,3 persen. Hal yang perlu mendapat perhatian serius adalah sebanyak 13,9 persen sekolah SMK belum diakreditasi. Rincian sekolah SMA dan SMK yang mendapat akreditasi A, B, C, dan belum diakreditasi dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.35. Persentase Akreditasi Sekolah SMA dan SMK
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
Akreditasi sekolah merupakan cara untuk mengawasi upaya peningkatan mutu pendidikan. Mengantisipasi perubahan- perubahan yang begitu cepat serta tantangan yang makin besar dan kompleks, pendidikan menengah di Sulawesi Tengah harus berupaya sungguh-sungguh untuk meningkatkan daya saing lulusan serta produk-produk akademik lainnya. Akreditasi ini bertujuan untuk memberikan gambaran tingkat kinerja sekolah yang dijadikan sebagai alat pembinaan, pengembangan dan peningkatan sekolah baik dari segi mutu, efektivitas, efisiensi, produktivitas dan inovasinya. De ngan kata lain bahwa akreditasi sekolah bertujuan untuk menentukan tingkat kelayakan suatu sekolah dalam menyelenggarakan layanan pendidikan. memperoleh gambaran tentang kinerja sekolah. Di sam ping itu akreditasi bisa memberikan jaminan kepada publik bahwa sekolah tersebut telah diakreditasi dan menyediakan layanan pendidikan yang memenuhi standar akreditasi nasional serta memberikan layanan kepada publik bahwa siswa mendapatkan pelayanan yang baik dan sesuai dengan persyaratan standar pendidikan nasional.
g. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana adalah fasilitas yang mutlak dipenuhi untuk memberikan kemudahan dalam penyelenggaraan pendidikan.
Kulitas mutu lulusan akan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan sarana dan prasarana yang memadai. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang diperlukan dalam proses belajar mengajar, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak agar pencapaian tujuan pendidikan dan berjalan dengan lancar, teratur, efektif dan efisien.
Prasarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan, seperti halaman, kebun atau taman sekolah, jalan menuju ke sekolah, tata tertib sekolah, dan sebagainya.
Sarana dan prasarana SMK di Sulawesi Tengah secara umum masih kurang memadai dan belum merata di seluruh kabupaten/
kota. Dari 187 sekolah, hanya ada 91 sekolah yang memiliki ruang praktek. Artinya bahwa masih banyak sekolah yang tidak memiliki
ruang praktek. Untuk mengatasi kekurangan ruang praktek ini, sekolah dapat berkerjasama dengan dunia usaha dan dunia indutri untuk melakukan praktek kerja. Jika dianalisis lebih lanjut, sekolah SMK masih banyak menyediakan kelas sebagai ruang teori, sedangkan jumlah ruang praktek masih sangat kurang. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan tujuan utama keberadaan sekolah SMK untuk lebih banyak praktek daripada teori. Olehnya itu, jumlah sarana dan prasarana khususnya ruang praktek dan ruang lab perlu untuk ditingkatkan. Jumlah sarana dan prasarana sekolah SMK yang diperinci menurut kabupaten/kota disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 2.17. Sarana Prasarana SMK di Sulawesi Tengah
Kab/Kota
Jumlah SMK
Jumlah Ruang Praktek
Jumlah Lab
Jumlah Perpustakaan
Jumlah Ruang Teori
Kota Palu 27 4 37 18 458
Sigi 12 5 7 6 88
Donggala 13 4 18 14 142
Parigi Moutong 21 9 22 12 182
Tojo Una-Una 7 4 10 7 87
Poso 17 10 20 10 171
Buol 9 7 9 5 116
Toli-Toli 15 13 30 12 148
Banggai 25 27 19 13 223
Banggai Kepulauan 16 4 10 6 83
Banggai Laut 8 0 3 3 67
Morowali 9 1 8 9 92
Morowali Utara 8 3 10 5 78
Sulteng 187 91 203 120 1935
Sumber: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Sulawesi Tengah, Tahun 2019
h. Pemetaan Mutu Pendidikan Sekolah
Pemetaan mutu pendidikan (PMP) merupakan serangkaian proses kegiatan penjaminan mutu pendidikan yang dilaksanakan oleh satuan pendidikan pada satuan pendidikan pendidikan dasar dan menengah untuk menjamin terwujudnya pendidikan bermutu
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
untuk memenuhi SNP. Pengumpulan data peta mutu pendidikan dasar dan menengah, diperlukan agar setiap satuan pendidikan dapat mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan masing-masing berkaitan dengan delapan Standar Nasional Pendidikan, hal ini merupakan upaya yang dilakukan untuk penjaminan dan peningkatan mutu pendidikan guna mencapai SNP.
SNP mengacu pada 8 (delapan) standar yakni standar kompetensi lulusan, satndar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana pendidikan, standar pengelolaan pendidikan, dan standar pembiayaan. Terdapat 5 (lima) kategori capaian SNP PMP yaitu menuju SNP 1 (0-2,04), menuju SNP 2 (2,05-3,7), menuju SNP 3 (3,71-5,06), menuju SNP 4 (5,07-6,66), dan SNP (6,67-7). Capaian skor PMP pendidikan menengah di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.36. Capaian Skor PMP Pendidikan Menengah di Sulawesi Tengah
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020
Pendidikan menengah di Sulawesi Tengah masuk dalam kategori capaian menuju SNP 4 dengan rata-rata 5,39. Angka tersebut jika dirinci lebih lanjut terdiri dari capaian SNP sekolah SMA adalah 5,53 dan SMK 5,25. Capaian SNP sekolah SMA di Sulawesi Tengah paling tinggi adalah pada standar proses dengan nilai 6,49, sedangkan nilai paling rendah adalah pada standar pendidik dan tenaga kependidikan.
Dengan demikian dapat diketahui bahwa SMA di Sulawesi Tengah
sangat membutuhkan peningkatan kuantitas dan kualitas guru dan tenaga kependidikan.
Untuk sekolah SMK, skor paling tinggi sama dengan SMA yaitu pada standar proses, sedangkan skor terendah adalah standar sarana prasarana. Hal ini sangat krusial untuk menjadi perhatian dan perlu solusi untuk mengatasi permasalahan ini. Minimnya sarana dan prasarana SMK akan sangat berpengaruh terhadap rendahnya mutu kualitas lulusan. Lulusan yang mutunya rendah akan mengalami kesulitan dalam bersaing di pasar kerja sehingga menyebabkan tingginya angka pengangguran SMK di Sulawesi Tengah, yaitu 13, 55 persen.
Skor kedua terendah PMP SMK adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan dengan nilai 3,39 atau masuk dalam kategori menuju SNP 2. Hal ini perlu mendapat perhatian yang serius dan kerjasama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah kekurangan guru SMK baik dari segi jumlah dan kualitas (kompetensi keahlian).
Saat ini Sulawesi Tengah masih kekurangan guru SMK sebanyak 1.176 yang tersebar di seluruh kabupaten/kota.
i. Hasil Ujian Nasional
Meskipun ujian nasional tidak lagi menjadi syarat kelulusan, kebijakan tersebut memiliki makna tersendiri bagi siswa dan sekolah.
Hasil ujian nasional dapat berfungsi sebagai pemetaan yang strategis bagi sekolah untuk menentukan posisi apakah sekolah tersebut masuk dalam kategori sangat baik, baik, cukup, atau kurang. Selain itu hasil ujian nasional juga dapat dimanfaatkan sebagai dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya, serta pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan.
Hasil ujian nasional SMA IPA di Sulawesi Tengah 45,96. Angka tersebut lebih rendah dari rata-rata nasional yaitu 53,00. Untuk SMA IPS nilainya lebih rendah lagi, yaitu hanya 41,06 dan masih dibawah rata-rata nasional yaitu 47,42. Hal yang sama juga terjadi pada hasil ujian nasional sekolah SMK yaitu 41,05. Angka tersebut juga masih
STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN PROVINSI SULAWESI TENGAH
lebih rendah dari angka nasional yaitu 46,72. Hasil ujian nasional pendidikan di Sulawesi Tengah Tahun 2019 dapat dilihat pada gambar berikut.
Gambar 2.37. Hasil Ujian Nasional
Sumber: Kemdikbud, Tahun 2020
Hasil ujian nasional sebagaimana yang tercantum dalam gambar tesrebut menunjukkan bahwa kualitas pendidikan menengah di Sulawesi Tengah masih tertinggal oleh daerah-daerah maju lainnya yang ada di Indonesia. Lulusan SMA yang akan melanjutkan studi ke jenjang yang lebih tinggi di Pulau Jawa ataupun bahkan keluar negeri akan kalah bersaing dengan lulusan lainnya dari sekolah yang lebih maju.
Jika mereka memutuskan untuk bekerja, khususnya bagi lulusan SMK, kompetensinya belum sepenuhnya memeuhuhi kualifikasi, sehingga kalah bersaing dengan lulusan lain dari sekolah yang lebih berkualitas.
Untuk meningkatkan kualitas lulusan pendidikan menengah, ada dua prioritas yang mendesak untuk diintervensi yaitu ketersediaan guru dan sarana prasarana yang memadai.
Pelaksanaan ujian nasional merupakan amanat Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 57 yang menyatakan bahwa evaluasi
dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak- pihak yang berkepentingan. Evaluasi dilakukan terhadap peserta didik, lembaga, dan program pendidikan pada jalur formal dan nonformal untuk semua jenjang, satuan, dan jenis pendidikan. Selanjutnya pada Pasal 58 disebutkan bahwa evaluasi hasil belajar peserta didik dilakukan oleh pendidik untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil belajar peserta didik secara berkesinambungan. Evaluasi peserta didik, satuan pendidikan, dan program pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri secara berkala, menyeluruh, transparan, dan sistemik untuk menilai pencapaian standar nasional pendidikan. Pasal 61 dinyatakan bahwa ijazah diberikan kepada peserta didik sebagai pengakuan terhadap prestasi belajar dan/atau penyelesaian suatu jenjang pendidikan setelah lulus ujian yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi.
Pelaksanaan ujian nasional pendidikan menengah di Sulawesi Tengah sudah 100 persen berbasis komputer atau disingkat dengan UNBK/CBT-computer- based test. Computer-Based Test bermanfaat untuk meningkatkan mutu, fleksibilitas dan kehandalan Ujian Nasional;
memperlancar proses pengadaan Ujian Nasional; hasil yang lebih cepat dan detail kepada siswa, orangtua dan sekolah. Ujian nasional dimaksudkan untuk membentuk generasi pembelajar yang berintegritas dan menjadi kebutuhan pemetaan bagi siswa, orangtua, guru, sekolah, pemerintah dan masyarakat. Pelaksanaan UNBK Tahun 2019-2020 dapat dilakukan secara luas dan terbentuk testing center di daerah.
UNBK dapat dilakukan dengan jadwal yang lebih fleksibel dimana sekolah dan guru diberikan kesempatan untuk mengarahkan potensi siswa secara lebih baik. Agar UNBK mendapatkan hasil yang optial maka soal ujian harus didesain dan dipersipakn dengan baik, pelaksanaan yang jujur dan kredibel. Hasil ujian nasional dapat dimanfaatkan untuk peningkatan mutu pendidikan berkelanjutan sehingga tepat mutu, tepat waktu, tepat jumlah, dan tepat sasaran. Persentase pelaksanaan UNBK pendidikan menengah di Sulawesi Tengah dapat dilihat pada gambar berikut.