• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh (Efek) NAPZA

Dalam dokumen Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (Halaman 181-185)

Bab 11 Bahaya Narkoba (NAPZA)

11.2 Pengaruh (Efek) NAPZA

NAPZA dapat menyebabkan efek buruk terhadap kesehatan. Seberapa efek bahkan ketergantungan yang ditimbulkan didasarkan pada jenisnya.

Penggunaan NAPZA sangat mempengaruhi kerja otak sehingga juga dapat mempengaruhi seluruh fungsi tubuh. Otak berfungsi sebagai pusat kendali tubuh. NAPZA mengubah suasana perasaan, cara berpikir, kesadaran, dan perilaku penggunanya. Oleh karena itu, NAPZA juga disebut zat psikoaktif (Departemen Kesehatan RI, 2006; Agus dan Wirasuta, 2008; Ii, Yasin dan No, 2017).

Gambar 11.2: Tnaman ganja (Cannabis sativa) dan kokain (Erythroxylum coca) (Sudirman et al., tanpa tanggal).

Opoid atau Candu merupakan zat yang dihasilkan dari tanaman berbunga papaver Somniferum L. Pada dasarnya zat tersebut memiliki efek yang baik untuk kesehatan, tetapi harus diberikan dengan pengawasan ketat dari tanaga medis. Pengawasan dilakukan karena zat tersebut memiliki efek kecanduan.

Tabel 11.4: Penggolongan efek yang ditimbulkan dari penggunaan NAPZA Golongan Pengaruh terhadap kerja otak Contoh

Depresan

(downer) Penghambatan kerja otak dan penurunan aktivitas fungsional tubuh dengan cara menekan sistem saraf pusat sehingga pengguna menjadi tenang dan tertidur bahkan tak sadarkan diri.

Opioda (Morfin, Heroin atau putaw, Petidin, dan Codein), Sedativa (penenang), Hipnotika (obat tidur: pil BK, Lexo, Rohyp), benzodiazepine (rohypnol, megadon), dan Tanquilizer (anti cemas).

Stimulan

(Upper) Pemicu kerja otak dan perangsang fungsi tubuh dan peningkatan gairah kerja sehingga pengguna menjadi aktif, segar, bersemangat, energi tak terbatas, percaya diri meningkat, hubungan dengan orang lain menjadi akrab. Akan tetapi menyebabkan tidak bisa tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan darah meningkat.

Ampahetamine (Shabu, Extasi), nikotin, dan Cokain

Halusinogen Perubahan perasaan dan pikiran (persepsi waktu dan ruang) sehingga perasaan pengguna dapat terganggu (berhalusinasi).

Rangsangan pada panca indera yang sebenarnya tidak ada.

Kanabis (Ganja), Lysergic acid Diethylamide (LSD), marijuana, kecubung, dan jamur tahi sapi.

NAPZA berpengaruh pada bagian otak yang bertanggung jawab atas kehidupan perasaan, yang disebut sistem limbus. Hipotalamus pusat kenikmatan pada otak adalah bagian dari sistem limbus. NAPZA menghasilkan perasaan ‘high’ dengan mengubah susunan biokimia molekul pada sel otak yang disebut neurotransmitter. Otak dilengkapi alat untuk menguatkan rasa nikmat dan menghindarkan rasa sakit atau tidak enak untuk membantu memenuhi kehidupan dasar manusia, seperti rasa lapar, haus, rasa hangat, dan tidur. Mekanisme ini merupakan mekanisme pertahanan diri. Jika lapar, otak menyampaikan pesan agar mencari makanan yang dibutuhkan.

Pada sel saraf di otak (neuron) terdapat berbagai bentuk zat kimia (senyawa) yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter bekerja pada sambungan antar neuron (sinaps). Beberapa di antara neurotransmitter memiliki kemiripan dengan beberapa jenis NAPZA. Semua NAPZA (zat psikoaktif) dapat mempengaruhi kondisi seseorang melalui salah satu atau beberapa neurotransmitter. Neurotransmitter yang paling berperan dalam terjadinya gangguan adalah dopamin yang akan memberikan sinyal menyenangkan atau nikmat seolah-olah kebutuhan batinnya terpuaskan. NAPZA akan merangsang suatu reseptor di otak. Rangsangan diteruskan ke saraf lain. Pembukaan pintu reseptor inilah yang membuat saraf “kelaparan” terus menerus akan zat tersebut (ketergantungan atau kecanduan).

Ketergantungan penggunan NAPZA disebabkan oleh rasa takut, kurang percaya diri, dan gangguan memori saat tidak menggunakan NAPZA.

Akibatnya, otak membuat program salah, seolah-olah NAPZA merupakan kebutuhan pokok. Seorang pengguna NAPZA cenderung bersifat pasif karena NAPZA memutus saraf-saraf dalam otak. NPZA juga mengganggu fungsi organ-organ tubuh, seperti jantung, paru-paru, hati, dan sistem reproduksi, sehingga dapat timbul berbagai penyakit. Pada kondisi tersebut, seseorang merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan.

Gambar 11.3: Proses otak merespon rasa senang (Ardiansyah, 2015).

Penggunaan NAPZA menyebabkan muatan listrik dalam otak berlebihan.

Penggunaan NAPZA jangka panjang secara perlahan menyebabkan kerusakan sistem saraf dari ringan hingga permanen. Saraf merupakan pusat kendali manusia yang mengatur sistem tubuh. Jika saraf mengalami kerusakan maka terjadi kecacatan yang permanen dan sulit untuk diperbaiki. Pertama kali yang terjadi, yaitu gangguan saraf sensorik sehingga muncul rasa kebas, penglihatan buram hingga kebutaan. Kedua, gangguan saraf otonom menyebabkan gerakan yang tidak dikehendaki melalui gerak motoric sehingga seseorang dapat melakukan apa saja di luar kesadarannya. Ketiga, gerakan gangguan saraf motoric menyebabkan gerakan tanpa koordinasi (tanpa disadari atau dikehendaki). Keempat, gangguan saraf vegetatif mengenai cara bicara atau bahasa di luar kesadaran disertai gaya bicara yang pelo.

Obat stimulan ini diresepkan oleh dokter untuk pengobatan narkolepsi, menekan nafsu makan dan pengobatan depresi. Dalam dosis yang dianjurkan, obat ini dapat merangsang sistem saraf untuk memacu denyut jantung dan

mempercepat pengeluaran tenaga serta menambah tekanan darah, meningkatkan kewaspadaan dan percaya diri serta mengurangi nafsu makan.

Overdosis obat ini menyebabkan perasaan panik, tekanan darah naik, denyut jantung lebih cepat, kejang-kejang, pendarahan otak, pingsan bahkan kematian.

Akibat penggunaan ganja secara fisik tidak berdampak langsung tetapi lebih mempengaruhi perubahan pada alam pikiran mental dan mengurangi daya ingat. Tetapi bila menggunakannya secara terus menerus dalam jangka waktu yang lama akan berdampak langsung terhadap kesehatan seperti gangguan kepada tenggorokan, sistem pernapasan akan terhambat dan kekebalan tubuh menurun. Alkohol diperoleh atas peragian/fermentasi madu, gula, sari buah atau umbiumbian. zat ini yang paling sering disalahgunakan manusia. Kadar alkohol dalam darah maksimum dicapai 30-90 menit. Setelah diserap, alkohol/etanol disebarluaskan ke seluruh jaringan dan cairan tubuh. Dengan peningkatan kadar alkohol dalam darah orang akan menjadi euforia, namun dengan penurunannya orang tersebut menjadi depresi.

Penggunaan NAPZA secara berkelanjutan dapat menyebabkan peningkatan toleransi tubuh sehingga pengguna tidak dapat mengontrol penggunaannya dan cenderung untuk terus meningkatkan dosis pemakaian sampai akhirnya tubuhnya tidak dapat menerima lagi. Keadaan ini disebut overdosis.

Dalam dokumen Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (Halaman 181-185)