• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Sampling dalam Penelitian

Dalam dokumen Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (Halaman 69-73)

Bab 4 Statistik Kesehatan

4.4 Pengumpulan Data

4.4.2 Teknik Sampling dalam Penelitian

Dalam penelitian kesehatan, kita mengenal istilah teknik sampling random dan teknik sampling non-random. Sampling random (sampling acak) adalah teknik sampling dengan proses pemilihan anggota sampel sedemikian rupa sehingga setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sebagai anggota sampel sedangkan sampling non random adalah teknik sampling dengan proses pemilihan anggota sampel sedemikian rupa sehingga

peluang setiap anggota populasi untuk dijadikan sebagai anggota sampel tidak sama besar (Harlan & Sutjiati, 2018).

Teknik sampling random atau biasa disebut probability sampling merupakan cara ideal sehingga sebisa mungkin cara ini digunakan dalam setiap penelitian yang dilakukan. Syarat untuk dapat melakukan probability sampling adalah adanya sampling frame (daftar anggota populasi dan karakteristiknya yang terdapat dalam populasi aktual peneliti karena proses pemilihan anggota sampel diambil dari sampling frame (Dahlan, 2013). Sedangkan teknik sampling non random atau nonprobability sampling digunakan apabila sampling frame tidak tersedia atau pada penelitian kesehatan berbasis klinik yang situasinya tidak memungkinkan untuk melakukan pengambilan sampel random, maka sampel yang dipilih dapat diasumsikan sebagai sampel random (Dahlan, 2013) (Harlan & Sutjiati, 2018).

Beberapa cara pengambilan sampel baik random maupun non random dapat dilihat pada tabel 4.2

Tabel 4.2: Berbagai jenis cara pengambilan sampel penelitian (Dahlan, 2013) (Harlan & Sutjiati, 2018)

Probability sampling Simpel random sampling Sistematic random sampling Stratified random sampling Cluster random sampling Nonprobability sampling Consecutive sampling

Convenience sampling Purposive sampling

Teknis pengambilan sampel untuk beberapa teknik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Simple random sampling (sampling acak sederhana). Metode ini diterapkan untuk penelitian yang memiliki sampling frame dengan karakteristik anggota populasi homogen. Unit sampling pada metode ini biasanya adalah individu dalam populasi. Karena peneliti memandang karakteristik anggota populasi homogen, maka setiap individu memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sebagai sampel. Pemilihan dapat dilakukan secara manual dengan memilih acak nomor pada sampling frame menggunakan lintingan seperti

arisan, menggunakan tabel random, atau menggunakan komputer melalui program spss atau www.random.org.

2. Sistematic random sampling (sampling acak sistematik). Metode ini merupakan pengembangan dari simple random sampling. Syarat menggunakan metode ini sama seperti simple random sampling yaitu adanya sampling frame dan karakteristik anggota populasi homogen.

Pada metode ini, populasi dibagi menjadi interval atau biasa disebut sampling interval dengan rumus (Swarjana, 2016):

Sampling interval= population size (N) sample size (n)

Contoh : seorang peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang perilaku masyarakat dalam pencegahan demam berdarah. Populasi dalam penelitian tersebut berjumlah 1000 KK. Setelah dilakukan penghitungan besar sampel didapatkan 250 sampel. Pemilihan 250 sampel dari 1000 KK dilakukan dengan sistematic random sampling. Peneliti terlebih dahulu menentukan interval sampelnya yaitu N/n = 1000/250 = 4. Dengan demikian dalam memilih sampel peneliti menggunakan interval 4 untuk melangkah dari 1 sampel ke sampel berikutnya.

3. Stratified random sampling (sampling acak terstratifikasi). Metode ini merupakan variasi dari simple random sampling. Metode digunakan pada populasi yang memiliki strata atau tingkatan kelompok. Tujuan penggunaan metode ini adalah agar dari setiap strata memiliki perwakilan sampel penelitian. Pemilihan dalam tiap strata menggunakan simple random sampling. Besar anggota sampel yang terpilih dari setiap strata menyesuaikan proporsi jumlah anggota tiap strata dalam populasi. Ada 2 model stratified random sampling yaitu proporsionate stratified random sampling dan disproportionate stratified random sampling. Pada populasi dengan jumlah anggota tiap strata proporsional maka jumlah anggota sampel tiap strata = n/jumlah strata, sedangkan pada populasi dengan jumlah anggota tiap strata tidak proporsional maka jumlah anggota sampel tiap strata adalah hasil perkalian jumlah sampel dengan proporsi jumlah anggota strata terhadap populasi. Atau dapat dituliskan

n strata= N strata N populasi x n

4. Cluster random sampling (sampling acak kluster). Metode ini sangat tepat digunakan untuk pengambilan sampel pada populasi dengan wilayah jangkauan yang luas dan terdiri dari cluster-cluster atau grup, misalnya cluster RW, sekolah, rumah sakit, dan lain-lain. Metode ini dinilai lebih ekonomis karena peneliti cukup memilih cluster secara simple random sampling atau systematic random sampling dan hanya mengambil sampel pada cluster yang terpilih. Sebagai catatan, bahwa semua anggota pada cluster yang terpilih dijadikan anggota sampel.

Demikian seterusnya sampai terpenuhi sesuai besar sampel penelitian yang dibutuhkan.

5. Consecutive sampling (sampling konsekutif - berurutan) adalah teknik sampling non random dengan pemilihan anggota sampel dilakukan secara berurutan menurut kedatangan subjek ke tempat penelitian(first come, first choice) sampai tercapainya jumlah anggota sampel yang direncanakan dalam batas waktu periode penelitian yang telah ditentukan. Subjek harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria eksklusi. Teknik sampling ini biasa digunakan pada penelitian kesehatan dengan latar klinik seperti rumah sakit, Puskesmas, Posyandu maupun fasilitas layanan kesehatan lainnya (Harlan & Sutjiati, 2018). Teknik ini dianggap sebagai teknik yang paling baik untuk nonprobability sampling.

6. Convenience sampling (sampling konveniens–

kemudahan)/accidental/ incidental/ opportunity sampling adalah teknik sampling non random dengan anggota sampelnya dipilih atas dasar kemudahan untuk menghubungi mereka serta kedekatan mereka pada peneliti. Misalnya seorang peneliti ingin melakukan penelitian mengenai kepuasan pelayanan posyandu. Maka peneliti cukup datang ke posyandu dan menunggu responden datang (dalam hal ini ibu-ibu yang mempunyai bayi dan balita). Semua ibu bayi dan balita yang datang dan bersedia menjadi responden dapat dijadikan sampel penelitian.

7. Purposive sampling adalah teknik sampling non random dengan pemilihan anggota sampel atas dasar kesesuaian mereka dengan profil yang dimaksudkan peneliti (purpose = maksud) (Harlan &

Sutjiati, 2018). Teknik ini mengutamakan kriteria dan tujuan tertentu, misalnya peneliti ingin mengetahui pengetahuan ibu bayi dan balita tentang imunisasi Hepatitis B, peneliti mendatangi rumah-rumah anggota populasi pada pagi hari. Maka ibu yang ada dalam rumah tersebut dapat dijadikan sebagai anggota sampel apabila ibu tersebut memiliki bayi atau balita dan bersedia menjadi responden. Purposive sampling biasa digunakan pada penelitian kualitatif dan penelitian yang bertujuan ingin mengetahui efektivitas dari suatu intervensi yang diberikan (Swarjana, 2016).

Dalam dokumen Buku Ilmu Kesehatan Masyarakat (Halaman 69-73)