• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN UMUM TAFSIR „ILMI, HAKIKAT ALAM

B. Hakikat Alam Semesta

1. Pengertian Alam Semesta

dimaksud berlandaskan pada ilmu pengetahuan yang bersifat perkiraan dan tidak pasti atau ilmu itu hanya berlandaskan pendapat murni tanpa bukti otentik penelitian ilmiah. Akan tetapi jika berlandaskan ilmu yang sudah pasti kebenarannya maka tidak ada halangan untuk mengambil manfaat kebenaram ilmu ini guna menjelaskan Al-Qur‟a>n. Dia juga menambahkan bahwa Al-Qur‟a>n merupakan kalam Allah sedangkan alam adalah bagian dari ciptaan- Nya, maka pasti ayat-ayat Al-Qur‟a>n tidak bertentangan dengan kebenaran ilmu pengetahuan.

c) Aya>tulla>h Maka>rem al-Syira>zi> salah seorang mufassir Iran bermadzhab syiah imamiyah. Ia termasuk ulama yang moderat dalam menanggapi keberadaan tafsir „ilmi ini. Dalam bukunya tafsir al-Amtsa>k ia menggunakan sebagian tafsir „ilmi untuk mengungkapkan kemukjizatan Al-Qur‟a>n dari sisi keilmuannya. Ia beranggapan bahwa ilmu pengetahuan saat ini telah mengambil posisinya dalam menafsirkan Al-Qur‟a>n, dan yang dimaksud ilmu disini adalah ilmu yang sudah tetap. Adapun ilmu pengetahuan seperti ilmu biologi dan astronomi yang mengkaji alam dan pergerakan bumi menurutnya adalah jenis dapat diterima untuk menguraikan Al-Qur‟a>n.23

B. Hakikat Alam Semesta

29 mengklaim bahwa alam secara harfiah mengacu pada segala sesuatu yang berfungsi sebagai tanda untuk sesuatu sehingga dapat diketahui dalam kitab al-Ta>’rifa>t. Dengan kata lain, ini mengacu pada semua yang ada (maufudat) selain Allah, yang dengannya Allah dapat diidentifikasi baik dengan nama maupun menurut sifatnya. Segala sesuatu selain Allah itulah alam semesta secara sederhana. Perspektif ini bersifat teologis karena didasarkan pada argumen-argumen yang dikemukakan oleh para teolog Islam. Sebagai ciptaan Tuhan, alam memiliki identitas yang bijaksana. Seseorang dapat belajar dengan memahami alam. Orang akan dapat mengidentifikasi sinyal atau lokasi kedatangan Tuhan dengan informasi ini. Kata "cosmos" dalam bahasa Yunani, yang berarti "serasi, harmonis," digunakan untuk menggambarkan alam.

karena alam diciptakan dalam keadaan teratur, tidak kacau.

Sumber pelajaran dan ajaran bagi kemanusiaan, alam atau kosmos disebut sebagai salah satu bukti keberadaan Tuhan dalam penggambaran Al-Qur‟a>n tentang dirinya sebagai sumber utama.

Menurut filsafat, alam adalah kumpulan unsur-unsur yang terdiri dari materi dan bentuk yang ada di bumi dan di langit. Alam semesta, kadang-kadang dikenal sebagai alam semesta dalam bahasa Inggris, disebut universe. 24

Untuk menggambarkan alam semesta adalah sebagai kumpulan jauhar yang terdiri dari materi (maaddah) dan bentuk (syura), yang dapat dibagi menjadi bentuk nyata (syahadah) dan bentuk abstrak (ghaib). Alam semesta juga dapat diklasifikasikan ke dalam jenis lain dari sisi lain, termasuk benda padat (jamadat), tumbuhan (naba>tat)

24 Siti Maunah, “Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam,” Madaniyah 9, no. 1, (2019): h. 4.

hewan (hayya>wanat), dan manusia. Dengan kata lain, alam semesta meliputi segala yang ada mulai dari partikel-partikel terkecil, yang lebih kecil dari atom, hingga gugusan-gugusan besar yang menakjubkan seperti galaksi. Ukuran alam semesta tidak ada seorang pun yang tahu.

Pada mulanya, alam semesta berwujud bola api padat dan sangat panas yang terdiri berbagai gas, kemudian memulai dan menjadi dingin setelah satu juta tahun. Gas-gas itu mulai bertambah padat dan berhimpun dalam lingkaran-lingkaran. Inilah yang kemudian membentuk galaksi-galaksi. Setelah beberapa miliar tahun berlalu, alam semesta terus mengembang walaupun sebagiannya mengandung partikel-partikel materi yang terikat karena kuatnya tarikan gravitasi seperti galaksi-galaksi besar.25 Alam semesta adalah segala yang ada, mulai dari makhluk kecil di bumi hingga struktur terjauh dan terbesar di antariksa. Alam semesta adalah lingkungan yang dinamis.26 Alam semesta menurut kepercayaan kuno, tetap sama atau tidak berubah seiring waktu. Tetapi sains membantah anggapan ini dan menyangkal temuan sains kontemporer.27

Menurut al-Ra>syi>din, kata „alamin merupakan bentuk jamak yang menunjukkan bahwa alam semesta itu banyak dan beraneka ragam dalam bukunya “filsafat pendidikan Islam”. Penjelasan ini sesuai dengan pandangan Islam bahwa hanya ada satu yang juga dikenal sebagai Allah SWT. Kemudian dia menekankan sekali lagi bahwa

25 Ah{mad Yu>suf Al-Hajj, Mukjizat Ilmiah di Bumi dan Luar Angkasa, (Solo:

Aqwam, 2016), h. 184-185.

26 Etty Indriati dkk, “Virtual Dictionary”, Ensiklopedia Iptek Bumi Ruang dan Waktu, (Jakarta: Lentera Abadi. 2004), h. 50.

27 Sigit Purnomo, Keharmonisan Sains Moderen, (Surabaya: Mandiri Publishing, 2018), h. 38.

31 pandangan Islam tentang kosmos menegaskan bahwa ada makhluk selain Allah di alam semesta ini.

Menurut Omar Moh{ammad al-Toumy> al-Sya>ibany dalam bukunya

“filsafat pendidikan Islam”. cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung dan dataran, sungai dan lembah, tumbuhan, hewan, manusia, benda dan sifat benda, serta benda dan benda. Beberapa pemikir Islam paling modern, katanya, membagi dunia menjadi empat kategori: roh, objek, lokasi, dan waktu. Sementara itu, manusia menjadi salah satu unsur alam semesta sebagai makhluk baru dengan tujuan memajukan alam semesta.

Menurut Shiha>b yang dikutip oleh al-Ra>syidi>n dalam bukunya

“filsafat pendidikan Islam” menegaskan bahwa alam adalah segala sesuatu yang ada selain Allah SWT, termasuk apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui manusia. Kata „alam berasal dari akar kata yang sama dengan kata „ilm dan „ala>ma>h, keduanya menggambarkan hal lain. Karena Tuhan adalah Pencipta, Mahakuasa, dan Maha Mengetahui, alam semesta berfungsi sebagai alamat, alat, atau metode yang sangat jelas untuk menemukan keberadaan-Nya dalam konteks ini. Dari sudut ini, jelas bahwa manusia harus sadar akan kehadiran Allah SWT dan harus mampu menunjukkan kekuasaan-Nya. Konsep alam semesta dalam pengertian tradisional dapat dipahami dalam Al- Qur‟a>n sebagai “assa>maa>waa>t wa al-ardh wa maa> baynahumaa>” yang terdapat dibeberapa surat dalam Al-Qur‟a>n, salah satunya surat Marya>m sebagai berikut:

ٗه َ ل م َ

ل ْػَح ْ

ل َو ۗ هِح َداَت ِػِل ْدِب َط ْصاَو ه ْر ت ْغاَف اَم ىَنْحَة اَمَو ِض ْرَاْلاَو ِتٰيٰم هسلا ُّب َر ا ًّي ِم َس

٦٥

“(Dialah) Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan segala yang ada di antara keduanya, maka sembahlah Dia dan berteguhhatilah dalam beribadah kepada-Nya. Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama dengan-Nya.” (QS. Marya>m [19]: 65)

Menurut Abu> al-„Ainain, frasa "alam semesta" mengacu pada segala sesuatu yang telah Allah ciptakan, termasuk nama-nama semua jenis makhluk yang berbeda, dan digunakan dalam terminologi filosofis sebagai al-Kau>n. Serta yang hanya bisa digambarkan dan yang bisa dihitung. Al-Kau>n sebagai ciptaan Allah dapat dipisahkan menjadi dua kelompok: alam al-ghoib dan „alam al-syaha>dah (yang dapat dirasakan melalui panca indera, termasuk langit dan bumi) (yang hanya dapat dirasakan oleh manusia). Diakui melalui wahyu ilahi, seperti alam malaikat dan jin). Kata kerja "khalaq" untuk menciptakan dan kata benda "kholaq" untuk penciptaan keduanya terkait dengan alam dalam Al-Qur‟a>n. Bersama-sama, mereka dirujuk 253 kali, menunjukkan bahwa tindakan penciptaan lebih

H}asan H}anafi mengklaim bahwa meskipun alam adalah sebuah objek, bagaimana orang melihatnya tergantung pada budaya mereka.

Mirip dengan Aristoteles, yang berpendapat bahwa langit dan bumi adalah dua bagian dari dunia ini. Orbit bulan yang berfungsi sebagai batas alami bumi berada di pusat seluruh alam semesta yang berbentuk bulat besar. Alam selestial (angkasa), sebaliknya adalah yang terbentang dari bulan ke bola langit pertama. Jika kosmos merepresentasikan sesuatu selain Allah, maka segala sesuatu yang ada di dalamnya, baik dalam bentuk fisik (aktual) atau abstrak (gaib), merupakan komponen alam semesta dan terhubung dengan segala sesuatu yang lain. 28

28 Siti Maunah, “Hakikat Alam Semesta Menurut Filsuf Islam,” hal. 5.

33 Bumi ditetapkan sebagai kerangka acuan mutlak, maka sesama benda dinyatakan diam atau bergerak adalah berdasarkan pada kerangka acuan tersebut. Ketika manusia mengarahkan pandangannya ke arah langit, maka akan meihat bahwa hampir semua benda langit apapun tampak bergerak terhadap bumi. Ini menunjukkan bumi adalah pusat alam semesta. Memahami keindahan alam semesta akan mengantarkan manusia mengenal penciptanya.29 Al-Qur‟a>n secara sederhana menyatakan bahwa alam semesta secara absolut dan sang pemberi perintah yang tak terbantahkan, sebagaimana Dia adalah Maha pelindung lagi Maha pengasih. Karena penguasaan-Nya yang tanpa syarat, ketika Allah berkehendak menciptakan langit dan bumi.30

Al-Qur‟a>n sering membuat pernyataan secara berulang-ulang mengenai fenomena alam dan alamiah. Pernyataan-pernyataan tersebut sering menggambarkan kekuatan dan kemahakuasaan Allah dan mengajak umat manusia untuk beriman dan mengajak manusia untuk bersyukur kepada-Nya yang tak terbatas dan mengajak manusia untuk bersyukur kepada-Nya. Dalam hal ini, keelokan dan kemanfaatan alam bagi umat manusia, serta kestabilan dan keteraturan fenomena alam selalu ditekankan.

Di samping kausalitas alami, bagaimanapun ada kausalitas yang lebih tinggi yang memberikan signifikansi dan inteligibilitas kepada seluruh proses alam, dimana proses-proses alam, jika dilihat dalam diri mereka sendiri, tidak menampakkannya. Kausalitas yang lebih tinggi ini bukanlah tiruan atau tambahan dari kausalitas alami. Ia berada di dalam atau lebih tepatnya identik dengan kausalitas alami apabila

29 Rah{mat Abdulla>h, Benarkah Matahari Mengelilingi Bumi, (Jakarta: Emir, 2015), h. 164.

30 Fazlur Rah{man, Tema-tema PokokAl-Qur‟a>n, (Bandung: Mizan, 2017), h. 95.

dipandang pada level yang berbeda dan diberi makan yang tepat.

Sebagaimana yang kita lihat, Al-Qur‟a>n menggunakan bahasa kausalitas alam dan sekaligus bahasa kausalitas ila>hi (bahasa agama) dalam beragam konteks dan tujuan.31