BAB II TINJAUAN UMUM TAFSIR „ILMI, HAKIKAT ALAM
A. Tafsir ‘Ilmi
1. Pengertian Tafsir „Ilmi
Tafsir berasal dari bahasa Arab dalam bentuk masdar dari kata
- َرَسَف ُرِّسَفُػي
اْيِْسْفَػت -
yang berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian. Tafsir menurut bahasa, Ibn Manzu>r menjelaskan kata al-Fasr yaitu penjelasan juga menerangkan. Al-Fasr juga mengacu pada penyingkapan yang tertutup. Sedangkan tafsir adalah mengungkapkan makna dari lafaz yang sulit. Dalam kamus bahasa Indonesia, tafsir berarti penjelasan terhadap satu kalimat (eksplanasi dan klarifikasi) yang juga mengandung pengertian, pengungkapan, penunjukan, dan keterangan dari maksud satu ucapan atau kalimat.Para pakar „Ulu>mul Qur‟a>n seperti imam as-Suyu>t{i> dalam al-Itqa>n mengatakan bahwa kata tafsi>r terbentuk dari pola taf‟i>l dari kata al-fasr yang berarti penjelasan (al-baya>n) dan pengungkapan (al-kasyf) atau at- tafsi>rah yang berarti air seni sebagai sampel dalam diagnosis penyakit.
Sementara itu, az-Zarkasyi> dalam al-Burha>n menjelaskan tafsir secara
bahasa, yaitu memperlihatkan dan menyingkap.1 Sedangkan menurut istilah, beberapa ulama menyatakan sebagai berikut:
a. Menurut az-Zarkasyi> dalam al-Burha>n, tafsir adalah ilmu yang diperlukan untuk memahami Al-Qur'an yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad SAW, serta menjelaskan maknanya, mengeluarkan peraturannya, dan mengeluarkan hikmahnya, yang semuanya mengacu pada ilmu bahasa, nahwu, dan saraf, ilmu bayan, usu>l fi>qh, dan qira‟a>t. Dan seorang ahli tafsir juga membutuhkan pengetahuan terhadap asba>bun nuzu>l, nasi>kh dan mansu>kh.2
b. Menurut Quraish Shiha>b, tafsir adalah penjelasan tentang maksud firman-firman Allah sesuai dengan kemampuan manusia atau penjelasan itu lahir dari upaya sungguh-sungguh dan berulang-ulang dari sang penafsir untuk ber-istinbat{ (menemukan makna-makna dalam teks ayat-ayat Al-Qur‟a>n) serta menjelaskan yang musykil atau samar dari ayat-ayat tersebut sesuai kemampuan dan kecenderungan sang penafsir.3
Dalam bahasa Inggris disebut science yang diambil dari bahasa Latin yaitu scientia (pengetahuan) scire (mengetahui). pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis menurut metode- metode tertentu yang digunakan untuk menerangkan gejala-gejala tertentu. Oleh karena itu, pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara sistematis sesuai dengan pendekatan tertentu yang digunakan untuk menjelaskan fenomena tertentu itulah yang dimaksud dengan istilah “ilmu”.4
1 Departemen Agama RI, Al-Qur‟a>n dan Tafsirnya, (Jakarta: Widya Cahaya, 2011), h. 17.
2 Muh{ammad Ibn „Abdullah az-Zarkasyi> al-Burha>n fi> „ulum Al-Qur‟a>n, juz 1 (Beirut: Da>r al-Ma‟rifah, 1391 H), h. 13.
3 M. Quraish Shihab, Kaidah Tafsir, (Tangerang: Lentera Hati, 2013), h. 9.
4 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2012), h. 12.
15 Mulyadhi Kartanegara berpendapat bahwa sains adalah konsep yang berbeda dengan kesamaan tertentu. Hal ini terlihat dari pengetahuan dan pemahaman ilmu yang disampaikannya. Seperti yang didefinisikan oleh Mulyadhi, sains adalah setiap pengetahuan yang terorganisir (pengetahuan sistematis), sedangkan pengetahuan yang telah diverifikasi kebenarannya tidak dianggap sebagai sains. Akibatnya, dapat dikatakan bahwa sains dalam epistemologi Islam dan Barat memiliki makna yang sebanding. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa sementara filsafat lebih terbuka untuk mata pelajaran non-fisik atau metafisik. sains dibatasi untuk bidang fisik.5
Adapun pengertian tafsir „ilmi menurut Fah{d „Abd al-Rahma>n, sebagaimana dikutip oleh M. Quraish Shiha>b dkk dalam buku Sejarah
„Ulum Al-Qur‟a>n, menjelaskan bahwa tafsir „ilmi adalah ijtihad mufassir untuk mengungkap hubungan ayat-ayat kauniyah di dalam Al-Qur‟a>n dengan penemuan-penemuan ilmiah yang bertujuan untuk memperlihatkan kemukjizatan Al-Qur‟a>n.6 Tafsir „ilmi adalah (usaha seorang mufasir untuk) menjelaskan maksud satu ayat atau hadis Nabi sesuai dengan pendapat yang dipandang rajih oleh seorang mufasir dari teori-teori ilmiah yang ada.7 Menurut uraian yang diberikan di atas, tafsir ilmiah adalah upaya menafsirkan Al-Qur‟a>n menurut teori-teori ilmiah ketika ada kecocokan antara Al-Qur‟a>n dan sains sehingga penafsir dapat mendamaikan keduanya melalui sebuah karya yang disebut tafsir. Ayat- ayat Kauniyah, khususnya ayat-ayat Al-Qur‟a>n yang memberikan isyarat
5 Mulyadhi Kartanegara, Pengantar Epistemologi Islam, (Bandung: Mizan, 2003), h. 1.
6 Quraish Shihab, Sejarah „Ulum Al-Qur‟an, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013), h.
183.
7 Ahsin Sakho Muhammad, Membumikan „Ulumul Qur‟a>n, (Jakarta: Qaf, 2019), h.
201.
tentang alam semesta atau asal-usul segala sesuatu yang ilmiah, menjadi pokok penafsiran yang bersifat ilmiah.8
Az-Zaha>bi> (w. 748 H) lebih jauh menjelaskan bahwa tafsir „ilmi adalah tafsir yang menerapkan beberapa istilah ilmiah terhadap teks-teks Al-Qur‟a>n dan berusaha untuk mengekspresikan bermacam-macam ilmu pengetahuan (termasuk non sains) dan ide-ide filosofis yang terkandung di dalamnya. Pengertian ini menunjukkan bahwa tafsir „ilmi adalah penafsiran yang ditempuh oleh para mufassir yang cara menghubungan ayat-ayat Al-Qur‟a>n dengan teori-teori dan istilah-istilah ilmiah, serta berusaha semaksimal mungkin untuk mengekspresikan berbagai persoalan ilmu pengetahuan dan ide filosofis di dalamnya. Sementara Taufik Adnan Amal mengatakan bahwa tafsir „ilmi adalah penafsiran yang berusaha untuk membuktikan bahwa sains modern tersebut dapat diproduksi dari Al-Qur‟a>n.9
Tidak ada satu kata pun dalam Al-Qur‟a>n yang bertentangan dengan kemajuan ilmu pengetahuan, menurut ilmuwan Prancis terkemuka Maurice Bucaille, yang menulis tentang ini dalam bukunya Al-Qur‟a>n the Bible, dan sains modern. Inilah yang pada dasarnya menarik perhatian para akademisi pada model Al-Qur'an dan memotivasi mereka untuk mempelajarinya lebih jauh.
Dapat disimpulkan bahwa tafsir „ilmi merupakan sebuah upaya untuk mengeksplorasi ayat-ayat yang terdapat dalam Al-Qur‟a>n khususnya ayat-ayat kauniyah dengan berbagai macam cara dan metode sehingga dengan penafsiran ini akan dihasilkan teori-teori baru ilmu pengetahuan ataupun sesuatu yang berkesesuaian dengan ilmu
8 Khanifatur Rahma, “Al-Bahr fi> Al-Qur‟a>n Telaah Tafsir „Ilmi Kementerian Agama RI”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018), h. 15.
9 Hilda Almutiatul Afwa, “Orbit Bulan Perspektif Tafsir „Ilmi”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah Institut Ilmu Al-Qur‟an Jakarta, 2021), h. 21.
17 pengetahuan modern yang ada pada saat ini. Sehingga penafsiran ini tidak dianggap sebagai sebuah “kelatahan” yang hanya berusaha
“menjustifikasi” setiap temuan-temuan sains saat ini sebagai sesuatu yang sudah terdapat dalam Al-Qur‟a>n.10