PENGADAAN BMD
A. Pengertian dan Prinsip Pengadaan BMD
Dalam menjalankan fungsinya, suatu instansi/lembaga membutuhkan logistik, peralatan, dan jasa untuk mengoptimalkan kegiatannya. Kebutuhan ini dipenuhi melalui kegiatan pengadaan. Berbeda dengan pengadaan barang dan jasa di instansi dan perusahaan swasta, pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintahan mempunyai mekanisme tertentu yang diatur dengan peraturan karena berhubungan dengan perhitungan APBD yang digunakan untuk membayar barang atau jasa tersebut.
Peraturan yang terkait dengan pengadaan barang/jasa ini terus mengalami perubahan secara dinamis sesuai dengan dinamika proses pembangunan menuju tata pemerintahan yang baik dan bersih (good governance and clean government). Peraturan terbaru adalah Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/Jasa dan Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2021 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 16 Tahun 2018 tentang Pengadaan Barang/
Jasa Pemerintah. Pengadaan barang/jasa menurut peraturan di atas adalah kegiatan untuk memperoleh barang/jasa oleh pemerintah daerah/SKPD yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk memperoleh barang dan jasa.
Pemerintah daerah bisa saja menetapkan peraturan daerah/keputusan kepala daerah yang mengatur pengadaan barang/jasa pemerintah daerah yang dibiayai dari dana APBD. Akan tetapi, peraturan daerah/keputusan kepala daerah itu harus tetap berpedoman dan tidak bertentangan dengan ketentuan tersebut di atas. Pengadaan barang atau kekayaan daerah harus dilakukan berdasarkan sistem tender (compulsory competitive tendering contract). Hal tersebut dilakukan supaya pemerintah daerah dan masyarakat tidak dirugikan.
Setelah penetapan APBD dan pengesahan DPA-SKPD dan DPA- PPKD, kepala SKPD dan pejabat pengelola keuangan daerah segera membentuk/menunjuk pejabat/panitia pengadaan barang/jasa dan menentukan/memilih sistem atau cara pemilihan penyedia pengadaan barang/jasa pengadaan barang/jasa pemerintah daerah yang dilaksanakan oleh panitia pengadaan barang/jasa pemerintah daerah.
READING
COPY
Panitia pengadaan barang/jasa pemerintah daerah ditetapkan dengan keputusan kepala daerah. Kepala daerah dapat melimpahkan kewenangan kepada SKPD untuk membentuk panitia pengadaan barang/jasa. Oleh sebab itu, Kepala SKPD bertanggung jawab baik tertib administrasi maupun kualitas barang, serta melaporkan pelaksanaannya kepada kepala daerah melalui pengelola barang daerah. Setelah itu akan dilakukan pemeriksaan realisasi pengadaan BMD oleh panitia pemeriksa barang/
jasa pemerintah daerah. Pelaksanaan pengadaan barang daerah oleh panitia/pejabat pengadaan seharusnya diarahkan untuk hal-hal berikut.
1. Tertib administrasi pengadaan barang daerah.
2. Tertib administrasi pengelolaan barang daerah.
3. Pendayagunaan barang daerah secara maksimal sesuai dengan tujuan pengadaan barang daerah.
4. Tercapainya tertib pelaksanaan penatausahaan barang daerah.
Pengadaan barang daerah bisa dipenuhi dengan beberapa cara, seperti berikut.
1. Pengadaan/pemborongan pekerjaan.
2. Membuat sendiri (swakelola).
3. Penerimaan (hibah atau bantuan/sumbangan atau kewajiban pihak ketiga).
4. Tukar-menukar.
5. Guna susun.
Pengadministrasian pengadaan barang daerah yang dilaksanakan oleh panitia/pejabat pengadaan meliputi semua kegiatan pengadaan barang daerah sesuai dengan daftar kebutuhan barang daerah.
Batasan dan cakupan kegiatan pengadaan barang daerah melalui panitia/pejabat pengadaan ditetapkan lebih lanjut oleh kepala daerah sesuai ketentuan. Akan tetapi, kepala daerah dapat melimpahkan kewenangannya kepada kepala SKPD untuk menetapkan panitia pengadaan pada tiap-tiap SKPD yang ditetapkan dengan keputusan kepala daerah.
Untuk pelaksanaan teknis administrasi lebih lanjut dikoordinasikan dan dikonsultasikan dengan pembantu pengelola. Perlu digarisbawahi bahwa kepala SKPD bertanggung jawab baik tertib administrasi maupun kualitas barang serta melaporkan pelaksanaannya kepada kepala daerah melalui pengelola. Untuk pelaksanaan pengadaan barang digunakan Daftar Hasil Pengadaan BMD (DHPBMD).
READING
COPY
Pengadaan barang dan pemeliharaan BMD daerah merupakan pembelanjaan pemerintah daerah yang kalau dijumlahkan secara nasional merupakan pengeluaran negara secara keseluruhannya/totalnya sangat besar. Angka pembelanjaan pemerintah ini tentunya sangat memengaruhi pasar dan aktivitas ekonomi nasional disebabkan jumlah uang yang berputar cukup besar dan keterlibatan dunia usaha dan birokrat publik juga sangat besar. Apalagi kalau kita memandangnya dari segi ekonomi makro di mana pembelanjaan pemerintah berkaitan erat dengan ekonomi negara.
Keterlibatan birokrat publik atau aparatur pemerintah dan dunia usaha dalam pembelanjaan ini berpeluang timbulnya kolusi yang ujung-ujungnya terjadi praktik korupsi di bidang pengadaan barang dan pemeliharaan BMD ini, yang sudah lumrah dikenal di tengah masyarakat dengan istilah kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Hal ini harus dihilangkan atau dihindari sehingga kebocoran keuangan negara dapat dihindari. Untuk maksud itu pemerintah selalu berusaha melakukan perbaikan-perbaikan atau penyempurnaan peraturan mengenai pedoman pelaksanaan pengadaan barang/jasa pemerintah.
Efisien dan efektif Akuntabel
Adil/tidak diskriminatif
Bersaing
Terbuka Transparan
Prinsip-Prinsip Pengadaan Barang dan Jasa
Gambar 4.1 Prinsip-prinsip Pengadaan Barang dan Jasa
READING
COPY
Pengadaan BMD harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip pengadaan barang, yaitu sebagai berikut.
1. Efisien, artinya setiap pengadaan barang/jasa harus menggunakan dana dan daya yang terbatas, dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan untuk mencapai sasaran yang ditetapkan.
2. Efektif, artinya pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan.
3. Transparan, artinya semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi peserta penyedia barang/
jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya. Jadi, semua informasi tentang syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa harus diinformasikan secara terbuka.
4. Terbuka, artinya pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan.
5. Bersaing, artinya dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.
6. Adil/tidak diskriminatif, artinya memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak memberikan keuntungan hanya kepada pihak tertentu saja, dengan cara dan atau alasan apapun.
7. Akuntabel, artinya pengadaan barang/jasa harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan, maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.