• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Upaya Balai Taman Nasional Kelimutu untuk Mewujudkan

5.1.4 Pengembangan Wisata Budaya dan Adat Istiadat Masyarakat79

Pengembangan wisata perlu dilakukan mengingat semakin banyaknya permintaan dan tuntutan kunjungan wisata di Taman Nasional Kelimutu. Potensi alam dan potensi budaya masyarakat Lio yang eksotis dapat menjadi modal pariwisata sebagai atraksi wisata. Dengan mempertimbangkan, potensi, permasalahan dan juga berbagai isu yang berkembang maka pihak pengelola TNK telah merumuskan sebuah visi pengelolaan, yaitu “Pengelolaan Taman Nasional Kelimutu Berbasis Ekowisata dan Budaya setempat untuk menunjang kesejahteraan masyarakat”. Selain itu, telah ditetapkan juan Pengelolaan Taman Nasional Kelimutu. Berdasarkan diskusi multipihak dan pertimbangan- pertimbangan tertentu maka untuk landasan visi bagi Rencana Pengelolaan Jangka Panjang TNK disempurnakan salah satunya adalah mengembangkan ekowisata dengan tema budaya dan memberdayakan masyarakat penyangga.

Dalam kemitraan konservasi KMA Saga, program pengembangan wisata budaya dan adat-istiadat masyarakat lokal dilaksanakan dengan beberapa kegiatan.

Kegiatan tersebut berupa: penataan kampung adat Saga; pengembangan demplot kebun kayu adat; identifikasi dan inventarisasi situs budaya dan kearifan budaya serta adat istiadat lokal; dan pengembangan jalur interpretasi wisata budaya. Hal ini bertujuan agar kontribusi TN Kelimutu langsung dapat dirasakan oleh masyarakat di sekitar kawasan. Namun harus didukung melalui pembekalan/pelatihan di bidang pariwisata, jasa, bahasa, ketrampilan, pengetahuan agar wisatawan dapat mendapatkan informasi yang memuaskan.

Adat dan kebudayaan masyarakat adat Saga di sekitar kawasan masih sangat kuat mewarnai kehidupan sehari-hari sehingga tampaklah bahwa kawasan ini dilingkupi oleh tradisi dan adat masyarakat Suku Lio dengan berbagai ritual dan aturan adat Suku Lio yang masih kuat. Dalam hal kemitraan konservasi dengan KMA Saga, pihak Balai TNK terus ikut berpartisipasi dalam rangkaian upacara adat maupun perayaan adat masyarakat adat. Kegiatan penataan kampung adat Saga dilaksanakan setiap tahun secara berkala menunjukkan kontribusi dan keterlibatan pihak TNK. Selain itu, pihak TNK selalu aktif terlibat dalam upacara adat Pati Ka di sekitar Kawasan Taman Nasional Kelimutu bersama komunitas adat.

80

5.1.5 Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif

Pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk meningkatkan ekonomi dan pengembangan alternatif mata pencaharian lain dalam mengurangi ketergantungan pada kawasan Taman Nasional Kelimutu. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan dalam program pengembangan mata pencaharian alternatif KMA Saga:

pengembangan agroforestri budidaya kopi dan komoditi unggulan lainnya;

pengembangan budidaya lebah madu, pengembangan pengelolaan pasca panen komoditi unggulan setempat; dan pengembangan usaha pengelolaan souvenir.

Untuk kegiatan yang berjalan sampai saat ini hanya pemanfaatan kopi dan pengelolaan pasca panen menjadi souvenir dari biji kopi oleh KMA. Desa Saga sendiri berpotensi terkait kopi, sehingga terus dilakukan pendampingan dalam proses pengembangan agroforestry dan pengelolaan pasca panen. Berdasarkan wawancara dengan Koordinator Resort Ndona diketahui bahwa pengelolaan kopi di lahan garapan masih terbatas hanya saat masa panen:

“Kita sudah mitra dengan kelompok kemitraan konservasi berkaitan dengan kebun kopi di kawasan. Tapi mereka tidak perluasan lagi, tidak rawat, tidak ada penanaman baru, tetapi mereka cuman panen hasil. Dengan adanya program pemberdayaan masyarakat dan alternatif lain, tiap tahun ada bantuan untuk masyarakat, sehingga mereka konsentrasinya tidak lagi ke kawasan, saat kopi masak baru mereka masuk panen. Setelah itu mereka keluar, dan ada kegiatan lain berupa pemberdayaan sejak tahun 2018”. – (Wawancara dengan Bapak Koordinator Resort Ndona)

Dalam kegiatan pengembangan mata pencaharian alternatif, masyarakat distimulus dengan bantuan dalam kegiatan fasilitasi pemberdayaan. Pada tahun 2020, pemberian alat pembuatan souvenir kopi dan kopi bubuk oleh pihak TNK kepada KMA Saga. Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Kepala Desa Saga, diketahui bahwa permintaan kopi makin banyak pada dua tahun terakhir.

Namun dengan terjadinya gagal panen beberapa tahun terakhir, hasil panen kopi menurun dan tidak dapat memenuhi permintaan. Berikut adalah tuturan dari Bapak Kepala Desa Saga saat diwawancarai:

81

“…tapi dengan adanya gagal panen, kopi tidak berbuah dalam 3 tahun ini, jadi lebih banyak masyarakat beralih ke tanaman hortikultura untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, sepanjang hasil panen tidak ada. Jadi untuk sekarang, masih sementara musim yang belum ada hasil yang massif.

Kalau dalam Bahasa Lio nya wula pake tenge yang artinya musim lapar.”

“Bergeraknya teman-teman TNK memberikan bantuan kelompok kopi KMA Saga dalam proses mengolah kopi, sebenarnya secara tidak langsung untuk menekan masyarakat mengembangkan kebun kopi di lahan garapan tersebut.

Dengan adanya kemitraan ini, supaya masyarakat kalau punya hasil kopi sedikit tapi diolah menjadi kopi jadi, dan harga ekonomisnya lebih tinggi.”

Hasil panen yang menurun karena gagal panen beberapa tahun terakhir menyebabkan kurangnya ketersediaan produksi kopi. Hal ini didukung oleh pernyataan anggota KMA Saga:

“…otomatis, ketika kopi itu gagal panen, dari sisi untuk meningkatkan perekonomian tidak ada. Kita mau mengolah apa kalau hasil panen kopinya sangat sedikit hanya bisa untuk memenuhi kebutuhan minum hanya ketika ada tamu yang datang, hanya bisa untuk itu saja”. – (Wawancara)

Pada tahun 2022, pihak TNK memberikan support dana untuk pengerjaan rumah produksi kopi kepada KMA Saga. Dengan terbentuknya rumah produksi kopi, diharapkan dapat membantu dan mengembangkan produksi kopi dari KMA Saga berupa, kopi bubuk, kopi biji, dan souvenir dari kopi.

5.1.6 Perlindungan, Pengamanan dan Pemulihan Ekosistem Kawasan TNK Dikarenakan letak TN Kelimutu yang berbatasan langsung dengan desa- desa penyangga dalam hal ini desa Saga, perlindungan dan pengamanan kawasan TNK dilakukan baik di dalam maupun di sekitar lokasi yang dikerjasamakan. Balai TNK yang didukung oleh mitra KMA Saga dan Masyarakat Mitra Polhut (MMP) melakukan kegiatan patroli pengamanan kawasan dan penegakan hukum. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan oleh TNK yaitu patroli pengamanan, penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, serta penyuluhan dan sosialisasi.

82

Ancaman terbesar bagi keberadaan ekosistem TN Kelimutu saat ini adalah adanya perkembangan gulma Kirinyuh (Chromolaena odorata) yang masif pada ekosistem TNK. Perkembangan gulma Kirinyuh yang masif ini telah merambah semua zona pada TN Kelimutu, mulai dari Zona Khusus sampai pada Zona Inti.

Kirinyuh merupakan salah satu jenis tumbuhan invasif berdasarkan Peraturan Menteri LHK Nomor: P.94/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2016 tentang Jenis Invasif. Oleh karena itu, dalam program pemulihan ekosistem kawasan TNK dilakukan beberapa kegiatan yang berkaitan dengan menghadapi ancaman jenis invasif tersebut. Berikut adalah kegiatan yang dilakukan dalam program pemulihan ekosistem, antara lain: pengendalian jenis asing; rehabilitasi melalui penanaman jenis tanaman unggulan lokal; penyelamatan dan penataan areal mata air;

pengadaan pupuk organik kirinyuh; dan pengadaan kompor ramah lingkungan berbahan baku kirinyuh.

5.1.7 Pembinaan, Pengendalian, Monitoring, dan Evaluasi

Program kemitraan konservasi dalam pelaksanaannya memerlukan pemantauan (Monitoring) dan evaluasi secara sistematis dan terukur. Untuk itu, di dalam melakukan monitoring dan evaluasi diperlukan data yang merujuk pada informasi yang menggambarkan aspek terkait kawasan TNK. Situasi atau kondisi kawasan TNK sebelum berbagai kegiatan dimulai, perlu dikumpulkan sebagai acuan pencapaian perubahan yang diinginkan melalui kemitraan konservasi tersebut. Ketika kemitraan konservasi selesai (5 tahun), pengelola dapat mengumpulkan informasi berkaitan dengan capaian dari program yang telah dilaksanakan dan membandingkannya. Hal ini juga bertujuan untuk melihat perubahan yang terjadi dan tingkat pencapaian target-target rencana dalam kemitraan konservasi KMA Saga.

Dalam kegiatan Evaluasi dan Monitoring kegiatan pemberdayaan masyarakat yang diadakan pada tanggal 4 November 2022 di Kantor Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Detusoko Balai Taman Nasional Kelimutu, Kepala SPTN Wil II Detusoko memaparkan materi mengenai pemberdayaan masyarakat.

83

“Bahkan masih tertinggal nilai persentase kegiatan perkembangan pekerjaan masih 40%, yang seharusnya sudah tuntas dari Agustus 2022. Jadi kita seringkali meninggalkan apa yang disebut administrasi. Kelompok itu sering saya sebut sebagai kelompok tidak sejati yang cirinya lemah administrasinya.” (Ketua SPTN Wil II Detusoko)

Masyarakat seringkali kesulitan dalam masalah administrasi. Hal ini menjadi salah satu kendala dalam pendataan pertanggungjawaban kegiatan yang telah berjalan dan berlangsung saat ini.

5.2 Kondisi Aset Penghidupan KMA Saga

Strategi penghidupan yang dipilih oleh rumah tangga dipengaruhi oleh penguasaan aset yang dimiliki (Scoones, 1998). Aset diartikan sebagai suatu bentuk penguasaan atas sumber daya yang dimanfaatkan dalam suatu penghidupan berkelanjutan baik secara langsung maupun tidak langsung (Ellis, 2000).

Penguasaan aset meliputi aset modal alam (natural capital), modal manusia (human capital), modal fisik (physical capital), modal sosial (social capital), dan modal finansial (financial capital). Kelima aset penghidupan tersebut bisa secara keseluruhan dimiliki atau hanya sebagian saja yang dimiliki oleh suatu rumah tangga. Penguasaan terhadap aset-aset tersebut secara langsung mempengaruhi tingkat kerentanan dan strategi penghidupan yang diterapkan oleh masyarakat.

Semakin banyak penguasaan aset oleh suatu rumah tangga berbanding lurus dengan kemungkinan variasi strategi penghidupan yang bisa dipilih, sebaliknya semakin terbatas aset yang dimiliki akan membuat strategi yang dapat diterapkan oleh rumah tangga tersebut semakin terbatas.

Aset penghidupan yang dimiliki oleh rumah tangga KMA Saga adalah beragam. Keterlibatan KMA Saga dalam kemitraan konservasi dengan Balai Taman Nasional Kelimutu (BTNK) menjadi faktor utama yang menyebabkan perubahan terhadap kepemilikan aset penghidupan yang dimiliki. Hal ini didukung juga dengan penetapan zona tradisional pada tahun 2020 pada Taman Nasional Kelimutu. Kondisi tersebut menyebabkan adanya pemberian akses atas lahan garapan di dalam kawasan yang selama ini menjadi polemik di sekitar masyarakat

84

di kawasan TNK. Kemitraan konservasi dengan skema pemberdayaan yang telah dilaksanakan diharapkan dapat memberikan hasil dampak yang baik dan berkelanjutan bagi penghidupan masyarakat sekitar kawasan TNK. Oleh karena itu, kondisi aset penghidupan yang dimiliki oleh rumah tangga KMA Saga saat ini akan dijelaskan sebagai berikut.

5.2.1 Modal Manusia (Human Capital)

Modal manusia menunjukkan kemampuan seseorang dalam memperoleh akses yang lebih baik terhadap kondisi penghidupan mereka (Baiquni, 1996).

Modal manusia menjadi bagian penting dalam keberlanjutan penghidupan yang dirincikan berdasarkan kondisi tenaga kerja dalam unit rumah tangga. Kualitas manusia perlu terus ditingkatkan agar pengelolaan aset berdayaguna dan lestari keberlanjutannya. Modal manusia menunjukkan keterampilan, pengetahuan dan kesehatan yang bersinergi untuk melakukan strategi penghidupan demi mencapai tujuan dalam hidupnya (DFID, 1999). Kemampuan meningkat seiring dengan pendidikan dan pelatihan, pengetahuan meningkat karena memiliki akses informasi dan kemampuan bekerja meningkat karena sehat (Szava & Moran, 2007). Modal manusia dalam penelitian ini diukur berdasarkan 3 (tiga) variabel, yaitu keterampilan, pengetahuan, dan kesehatan (Fridayanti & Dharmawan, 2015).

Berdasarkan hasil data penelitian, nilai akumulasi modal manusia yang ditampilkan dalam tabel 5.1 menunjukkan nilai modal manusia yang dimiliki KMA Saga masuk dalam kategori sedang (2,08). Pengetahuan masyarakat memiliki nilai paling tinggi (2,47) diantara unsur penyusun modal manusia lainnya. Nilai angka ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup. Setelah itu disusul oleh variabel kesehatan masyarakat (2,23), dan variabel keterampilan masyarakat dengan nilai terendah (1,53). Hal ini menunjukkan bahwa KMA Saga beserta keluarganya cenderung tidak bermasalah dari segi kesehatan, namun sangat terbatas dari segi keterampilan individu di luar sektor pertanian.

85

Tabel 5. 1 Nilai Variabel Penyusun Modal Manusia pada KMA Saga Tahun 2022

VARIABEL NILAI SKALA KATEGORI

Keterampilan 1.53 Rendah

Pengetahuan 2.47 Tinggi

Kesehatan 2.23 Sedang

Total Nilai 6.23

Rata-rata 2.08 Sedang

Sumber: Olahan Data Primer (2022)

*Ket: Semakin tinggi nilai akumulasi tiap variabel menunjukkan semakin tinggi kepemilikan modal manusia rumah tangga KMA Saga

1. Keterampilan KMA Saga

Keterampilan kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang sifatnya spesifik, fokus namun dinamis yang membutuhkan waktu tertentu untuk mempelajarinya dan dapat dibuktikan. Keterampilan yang dimiliki menjadi salah satu faktor penentu bagi orang tersebut untuk menentukan jenis pekerjaannya.

Selain itu, keterampilan juga mendukung modal finansial dalam hal mengurangi pengeluaran dan meningkatkan pendapatan dengan diversifikasi pekerjaannya.

Berikut indikator variabel keterampilan dalam modal manusia KMA Saga disajikan pada Tabel 5.2 sebagai berikut;

Tabel 5. 2 Indikator Variabel Keterampilan dalam Modal Manusia KMA Saga Indikator Intensitas KMA Saga (%)

Lama Bertani < 10 tahun 0

10-20 tahun 36

< 20 tahun 64 Keterampilan yang dimiliki selain Bertani Tidak 86

Sedikit 12

Ya 2

Penguasaan keterampilan (selain bertani) Tidak punya 88

Baik 12

Sangat baik 0

Keterampilan tersebut seluruhnya diperoleh dari pelatihan yang diadakan oleh pemerintah

Tidak punya 88

Sebagian 4

Ya 8

Sumber: Olahan Data Primer, 2022

86

Pengalaman Bertani merupakan modal dasar untuk meningkatkan produktivitas pertanian, semakin banyak pengalaman seorang petani akan memiliki modal yang kuat untuk dapat mengatasi kesulitan atau permasalahan dalam bertani.

Tabel 5. 3 Profil KMA Saga berdasarkan Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Bertani

Lama Bertani Tingkat Pendidikan Total

SD SMP SMA PT

< 10 tahun 0.0% 0.0% 0.0% 0.0% 0.0%

10-20 tahun 32.0% 0.0% 4.0% 0.0% 36.0%

> 20 tahun 56.0% 4.0% 2.0% 2.0% 64.0%

Sumber: Olahan Data Primer, 2022

Profil masyarakat berdasarkan tingkat pendidikan dan pengalaman bertani di daerah penelitian disajikan dalam Tabel 5.3. Anggota KMA Saga yang berpendidikan SD dengan pengalaman kerja lebih dari 20 tahun adalah yang paling tinggi persentasenya, yaitu 56%, kemudian disusul anggota KMA Saga yang memiliki pengalaman bertani antara 10-20 tahun dengan persentase 32 %. Dari profil masyarakat tersebut, tindakan strategi yang dilakukan KMA Saga didominasi oleh anggota yang sudah berpengalaman di bidang pertanian/perkebunan dengan tingkat pendidikan SD. Lamanya pengalaman dalam bertani/berkebun menyebabkan anggota KMA Saga lebih banyak mengandalkan pengalaman. Oleh karena itu, usaha tani oleh anggota KMA Saga saat ini masih berupa pertanian budaya atau budidaya tradisional.

Keterampilan diluar pertanian yang dimiliki oleh KMA Saga tergolong rendah karena hanya dimiliki oleh 14% dari anggota KMA Saga. Berdasarkan hasil wawancara dengan anggota KMA Saga, didapati keterampilan diluar pertanian yang dimiliki anggota KMA Saga adalah pengolahan kopi bubuk dan pembuatan souvenir dari kopi. Hal ini menunjukkan dari beberapa pelatihan terkait pemberdayaan masyarakat, pelatihan-pelatihan dan bantuan terkait pengelolaan kopi yang berpengaruh terhadap keterampilan anggota KMA Saga, dan masih berlanjut.

87 2. Pengetahuan KMA Saga

Pengetahuan merupakan tahap awal terjadinya persepsi yang kemudian melahirkan tindakan. Pengetahuan seseorang ditentukan oleh apa yang dipelajari dari bahan bacaan, lingkungan pergaulan, pekerjaan dan lain sebagainya. Semakin tinggi pengetahuan seseorang akan berbanding lurus dengan kualitas taraf hidupnya secara tidak langsung.

Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan bahwa secara umum pengetahuan KMA Saga adalah cukup baik, Hal ini terlihat dari angka pengetahuan anggota KMA Saga yang menjadi aspek modal manusia dengan angka tertinggi dibandingkan aspek lainnya, yaitu 2,47. Sejarah panjang antara masyarakat dengan Taman Nasional berpengaruh terhadap pemahaman masyarakat mengenai Taman Nasional Kelimutu. Kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh Balai TNK membuat para anggota KMA Saga lebih sering mendapat penyuluhan dari berbagai pihak. Selain itu, akses terhadap dunia luar melalui gadget, dan akulturasi dari wisatawan atau pendatang yang berasal dari luar secara tidak langsung akan meningkatkan pengetahuan mereka.

3. Kesehatan KMA Saga

Kondisi kesehatan sebagai aspek dari variabel modal manusia pada penelitian ini diperinci menjadi kesehatan dari kepala keluarga, anggota keluarga, dan tindakan kesehatan. Kondisi kesehatan masyarakat dilihat dari sehat tidaknya masyarakat dan kepemilikan penyakit. Secara umum kondisi kesehatan rumah tangga anggota KMA Saga cukup baik. Dari 50 anggota KMA Saga sebanyak 23 orang (46%) menyatakan diri mereka sehat (Tabel 5.4).

Kondisi kesehatan ini merupakan modal penting dalam melakukan pekerjaan. Lingkungan fisik/tempat tinggal masyarakat akan mempengaruhi kesehatan masyarakat, udara pedesaan yang masih bersih, dan ketersediaan air bersih pada suatu daerah akan mempengaruhi derajat kesehatan. Lingkungan KMA Saga yang berada di sekitar kawasan Taman Nasional Kelimutu juga berpengaruh

88

terhadap udara pedesaan dan iklim di sekitar Desa Saga. Hal ini juga didukung dari pernyataan anggota KMA Saga melalui wawancara:

“...Tapi sekarang, kalau masyarakat yang kerja belum tentu hijau seperti ini. dengan ada Taman Nasional, kelihatan lebih segar…” – (Wawancara dengan Bapak BT)

Selain itu, kesehatan masyarakat juga didukung oleh keberadaan Puskesmas Desa Saga yang terletak di tengah Desa. Dengan adanya Puskesmas yang mudah untuk diakses oleh masyarakat, maka akan memudahkan masyarakat dalam mengambil tindakan saat mengalami gangguan kesehatan. Kondisi geografis dari Desa Saga juga berpengaruh terhadap ketersediaan air bersih. Balai Taman Nasional Kelimutu sendiri terus melakukan program penyelamatan dan penataan areal mata air.

Tabel 5. 4 Indikator Variabel Kesehatan dalam Modal Manusia KMA Saga Indikator Intensitas Masyarakat

(%)

Riwayat penyakit Banyak 26

Ada 28

Tidak Ada 46

Anggota keluarga yang sedang mengalami gangguan kesehatan

Beberapa (>1)

6 Ada (1 orang) 62

Tidak Ada 32

Tindakan saat anggota keluarga mengalami gangguan kesehatan

Ke Apotek 20

Ke

Mantri/Dukun 38 Ke

puskesmas/RS 42 Sumber: Olahan Data Primer, 2022

89 5.2.2 Modal Alam (Natural Capital)

Manusia memiliki modal alam yang dapat dimanfaatkan untuk memperoleh akses terhadap penghidupan yang lebih baik. Modal alam bersumber dari penguasaan rumah tangga akan lahan, air, dan kemudahan lain yang mendukung kehidupan rumah tangga dalam bertahan hidup (Scoones, 1998).

Modal alam dalam penelitian ini mencakup aspek kepemilikan lahan garapan, pemanfaatan kopi dan kepemilikan hewan ternak. Data hasil penelitian mengenai kepemilikan modal alam oleh KMA Saga dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5. 5 Nilai Variabel Penyusun Modal Alam pada KMA Saga Tahun 2022

VARIABEL NILAI SKALA KATEGORI

Kepemilikan Lahan 2.53 Tinggi

Pemanfaatan Kopi 2.41 Tinggi

Kepemilikan Hewan Ternak 2.16 Sedang

Total Nilai 7.09

Rata-rata 2.36 Tinggi

Sumber: Olahan Data Primer, 2022

*Ket:Semakin tinggi nilai akumulasi tiap variabel menunjukkan semakin tinggi kepemilikan modal alam rumah tangga KMA Saga

1. Kepemilikan Lahan

Tabel 5. 6 Indikator Variabel Kepemilikan Lahan dalam Modal Alam KMA Saga

Indikator Intensitas %

Aktivitas menggarap lahan Tidak 0

pertanian/perkebunan Terkadang 30

Ya 70

Status kepemilikan lahan Tidak Ada 0

Penggarap/sewa/pinjam pakai 0

Milik sendiri 100

Kemampuan lahan mencukupi kebutuhan Tidak 10

masyarakat Cukup 56

Ya 34

Pemanfaatan lahan pekarangan sebagai Tidak 14

lahan pertanian Sebagian 56

Ya 30

Sumber: Olahan Data Primer, 2022

90

Lahan garapan merupakan suatu wadah atau tempat setiap rumah tangga atau individu untuk bercocok tanam dan melakukan aktivitas lain yang berhubungan dengan pengelolaan tanah. Kepemilikan terhadap suatu lahan garapan menjadi salah satu modal untuk bertahan hidup bagi setiap rumah tangga yang terdampak oleh penetapan kawasan Taman Nasional Kelimutu yang masuk dalam areal lahan perkebunan mereka. Indikator variabel kepemilikan lahan disajikan dalam Tabel 5.6.

Luas kepemilikan lahan merupakan keseluruhan luas lahan yang diusahakan masyarakat baik milik sendiri dan menyewa. Luas kepemilikan lahan oleh anggota KMA Saga disajikan dalam Tabel 5.6. Luas lahan tersebut diperoleh berdasarkan hasil wawancara dengan anggota masyarakat tanpa divalidasi lebih lanjut luas lahan sebenarnya di lapangan. Kepemilikan atau penguasaan lahan merupakan salah satu indikator kesejahteraan penduduk. Luas lahan standar yang harus dimiliki petani untuk Pulau Jawa minimal 0,25 hektar, sedangkan untuk luar Pulau Jawa minimal 0,5 hektar (Mulyani dan Agus, 2017). Anggota KMA Saga banyak menggantungkan hidupnya pada lahan kebun, lahan pekarangan, dan lahan garapan yang dimilikinya. Hal ini terkait dengan strategi penghidupan yang dijalani oleh rumah tangga guna memenuhi kebutuhan dan pendapatan sehari-hari.

Berdasarkan Tabel 5.6 mengenai luas kepemilikan lahan oleh KMA Saga, menunjukkan, keseluruhan (100%) anggota KMA Saga memiliki luas penguasaan lahan > 5000 m2.

Tabel 5. 7 Penguasaan Lahan oleh KMA Saga

Luas Kepemilikan Lahan (m2) KMA Saga

<5000 m2 0%

>5000 m2 100%

Sumber: Data Primer, 2022

Berdasarkan hasil penelitian mengenai kepemilikan lahan oleh KMA Saga (Tabel 5.5), menunjukkan bahwa masyarakat masih menggarap lahan pertanian (70%), Sebagian anggota yang menjawab terkadang (30%) adalah petani yang kurang produktif, yaitu petani yang sudah berumur dan mengurangi aktivitas di

91

dalam lahan garapan dengan mewariskannya kepada anak atau cucu mereka. Semua lahan yang dimiliki oleh anggota KMA Saga merupakan lahan milik sendiri (100%) yang telah diwariskan secara turun-temurun dari orang tua sebelumnya. Namun lahan tersebut, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Beberapa mengatakan, bahwa lahan tersebut hanya ditanami oleh tanaman umur panjang/berkayu, sehingga masyarakat membutuhkan waktu lama untuk memanen hasilnya. Sedangkan tanaman hortikultura/pertanian mulai berkurang untuk ditanam, bahkan hampir tidak ada yang menanam tanaman umur pendek, akibat semua lahan sudah ditanami tanaman umur panjang, seperti kopi, cengkeh, kakao, kemiri, dll.

Hal ini menjadi perhatian penting, agar lebih difokuskan dalam ketahanan pangan masyarakat. Pendapatan yang didapat dari hasil panen, digunakan untuk biaya anak sekolah, kebutuhan sehari-hari, dan beberapa acara keluarga yang selalu ada dalam tiap tahunnya. Maka dari itu, masyarakat sering merasa kesulitan dalam kebutuhan sehari-hari karena tekanan dari Pemanfaatan lahan pekarangan oleh anggota KMA Saga masih rendah, karena masyarakat lebih terfokus pada tanaman yang ada di lahan yang lebih besar. Namun, pemerintah dan beberapa dinas terus mendorong masyarakat untuk mulai menanam tanaman yang berumur pendek (yang dapat dipanen tiga bulan), sehingga masyarakat tidak perlu kesusahan dalam kebutuhan dapur sehari-hari, dan tidak mengalami kesulitan disaat musim lapar.

Sebanyak 90% dari total anggota menyatakan bahwa hasil yang mereka dapat dari lahan mereka mampu mencukupi kebutuhan mereka, namun beberapa anggota (10%) menyatakan sektor pertanian/perkebunan tidak mampu memenuhi kebutuhan mereka.

Selain menggarap lahan milik sendiri dan lahan di dalam kawasan TNK, beberapa anggota KMA Saga juga memanfaatkan areal pekarangan rumah mereka sebagai lahan garapan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 30 % dari total anggota KMA Saga memanfaatkan lahan pekarangan rumah mereka untuk bercocok tanam. Tanaman kayu keras dan tanaman obat-obatan kebanyakan dipilih oleh masyarakat, dan hasilnya hanya dimanfaatkan sendiri dalam kebutuhan rumah