• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran dan Penilaian

Dalam dokumen Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan (Halaman 195-200)

BAB V BAB V

F. Pengukuran dan Penilaian

Evaluasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan dari sesuatu program pendidikan, proses pembelajaran, pengajaran ataupun pelatihan yang telah dilaksanakan. Dalam melakukan kegiatan evaluasi tentu diperlukan informasi atau data yang akurat agar evaluasi tersebut

baik mutunya. Data seperti itu akan dapat diperoleh dengan melakukan pengukuran dan penilaian terlebih dahulu (Sudirman, 2012). Dengan demikian tahapan dalam mengevaluasi proses pembelajaran, terlebih dahulu dilakukan pengukuran dan penilaian sehingga diperoleh informasi sebagai landasan dalam pengambilan kebijakan atau keputusan berkaitan dengan pelaksanaan program pendidikan.

1. Pengukuran Hasil Belajar

Untuk mengetahui besaran-besaran suatu objek diperlukan alat ukur. Alat ukur ini berperan penting sehingga diperoleh besaran kuantitaf dari objek yang akan diukur. Dari hasil pengukuran tersebut maka diperoleh nilai-nilai kuantitatif tentang dimensi dari objek tersebut.

Istilah pengukuran dalam Bahasa Inggris diartikan sebagai

“measurement”. Pengukuran diartikan sebagai pemberian angka pada status atribut atau karakteristik tertentu yang dimiliki oleh orang, hal, atau objek tertentu menurut aturan atau formasi yang jelas (Smoeland, 2012). Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numerik. Pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Unsur pokok dalam kegiatan pengukuran ini, antara lain: tujuan pengukuran, ada objek ukur, alat ukur, proses pengukuran, dan hasil pengukuran kuantitatif (Fajar, 2009).

Menurut Sudijono (2012:6), pengukuran dapat diartikan dengan kegiatan mengukur sesuatu. Pada hakikatnya, kegiatan ini adalah membandingkan sesuatu dengan atau sesuatu yang lain.

Pendapat yang sama seperti dikatakan oleh Sudirman (2012), pengukuran adalah tindakan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran tertentu. Dengan kata lain pengukuran adalah suatu kegiatan untuk mendapatkan informasi atau data secara kuantitatif.

Sedangkan menurut Arikunto (2007), pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan sesuatu ukuran. Berdasarkan pendapat para ahli maka pengukuran adalah untuk membandingkan sesuatu objek/subjek dengan objek/subjek yang lain.

Berbagai jenis alat ukur yang sudah dikenal dan diterapkan.

Dalam melakukan pengukuran, terdapat perbedaan untuk mengukur besaran-besaran fisik dan besaran-besaran non-fisik. Besaran fisik telah diciptakan dalam bentuk permanen berdasarkan standar internasional (SI). Alat ukur untuk mengukur besaran-besaran fisik dalam ilmu pengetahuan alam, seperti meteran untuk mengukur tinggi, panjang, lebar maupun jarak dari suatu benda pada posisi tertentu. Demikian pula untuk mengukur besaran-besaran listrik, alat ukur ini telah dipabrikasi, misalnya Volt-meter untuk mengukur besaran tegangan listrik, Ampere-meter, Ohm-meter, Watt-meter, dan sebagainya. Alat ukur untuk mengukur besaran listrik berbeda dengan alat ukur yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Dengan demikian alat ukur untuk mengetahui besaran jarak secara fisik suatu benda diukur dengan menggunakan alat ukur meter, sedangkan alat ukur listrik adalah alat untuk mengukur suatu fenomena yang tidak dapat diamati secara langsug tetapi dapat diamati melalui gejala atau indikator pada alat ukur tersebut.

Terdapat perbedaan prinsip alat ukur untuk mengetahui besaran fisik dengan alat ukur untuk mengetahui aspek psikologis yang ada pada manusia. Seperti mengukur perilaku pesert didik dalam kegiatan pembelajaran. Ilmu yang digunakan untuk mengukur aspek psikologis atau perilaku individu/manusia (human behavior) disebut Psikometri. Misalnya melakukan pengukuran terhadap perilaku peserta didik setelah merespon proses pembelajaran yang dilakukan para guru (pendidik). Alat ukur ini terdiri dari dua jenis, yaitu instrumen tes dan non-tes. `Sudrajad (2012), menjelaskan proses pemberian angka atau usaha memperoleh deskripsi numerik

dari suatu tingkatan di mana seorang peserta didik telah mencapai karakteristik tertentu. Pflanzagl mengatakan pengukuran adalah proses menyebutkan dengan pasti angka-angka tertentu untuk mendiskripsikan suatu atribut empiris dari suatu produk atau kejadian dengan ketentuan tertentu. Pendapat beragam yang dikemukakan para ahli semakin memperjelas pengertian tentang pengukuran yaitu suatu proses atau kegiatan untuk memperoleh kuantitas bersifat numerik tentang atribut-atribut empiris dari suatu kejadian sesuai dengan norma-norma tertentu. Pendapat yang dapat memperjelaskan pengertian tersebut pada bagian ini dikemukakan oleh Girsang (2012) tentang konsep tentang pengukuran yaitu suatu tindakan atau proses untuk menentukan luas atau kuantitas dari sesuatu dengan membandingkan-nya pada suatu ukuran tertentu.

Hasil dari suatu pengukuran akan diperoleh data dalam bentuk nilai atau angka. Data-data yang diperoleh dari hasil pengukuran memiliki jenis-jenis tertentu. Menuruti Schluter (dalam Nazir, 2006), langkah penting sebelum sampai tahapan analisis data dan penentuan model adalah ketika kita melakukan pengumpulan dan manipulasi atau verifikasi data sehingga bisa digunakan bagi keperluan pengujian hipotesis. Mengadakan manipulasi data berarti mengubah data mentah dari awal menjadi suatu bentuk yang dapat dengan mudah memperlihatkan hubungan-hubungan antarfenomena.

Dalam dunia pendidikan, pengukuran dari segi caranya dibedakan menjadi dua macam, yaitu pengukuran langsung dan pengukuran tidak langsung. Pengukuran langsung maksudnya dalam proses pemberian angka atas suatu hal atau benda tertentu dilakukan secara langsung dengan membandingkan sesuatu yang kita ukur tersebut dengan kriteria atau pembanding tertentu. Penilaian dalam arti asesmen diartikan sebagai serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan

hasil belajar pada tingkat kelas yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan (Sudirman, 2012).

Untuk mengukur kegiatan pembelajaran digunakan instrumen, yaitu untuk mengukur hasil belajar tentang penguasaan materi para peserta didik digunakan instrumen tes. Untuk mengukur sikap, motivasi dan minat belajar digunakan instrumen non-tes. Sedangkan untuk mengukur keterampilan digunakan instrumen observasi seperti mengamati kegiatan praktik. Dari hasil pengukuran maka diperoleh besaran-besaran data dalam bentuk kuantitatif.

Dalam melakukan pengukuran, instrumen dikembangkan dari materi yang disajikan dalam proses pembelajaran sesuai dengan silabus mata pelajaran pada kurikulum. Materi pembelajaran tersebut dibuat indikator-indikator kompetensi yang diukur dalam bentuk kisi-kisi kemudian dirancang pertanyaan-pertanyaan (soal) untuk dijawab oleh peserta didik. Masing-masing pertanyaan diberi bobot berdasarkan tingkat kesukaran (kompleksitas) dari pertanyaan tersebut. Hasil jawaban peserta didik diberi skor dalam bentuk angka (kuantitatif) sebagai data hasil pengukuran. Hasil pengukuran ini harus valid dan reliabel sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.

Dalam melakukan pengukuran, seringkali terjadi bias (error) dalam melakukan pengukuran. Bias tesebut diakibatkan banyak faktor, diantaranya instrumen sebagai alat ukur, waktu pelaksanaan pengukuran (seperti aspek fisik yaitu peserta didik dalam keadaan bermasalah tentang kondisi tubuh atau kurang sehat, dan masalah psikologis, yaitu tertekan mental karena masalah keluarga dan sosial (pergaulan), kondisi tempat yang kurang menyenangkan, dan sebagainya. Sehingga hasil pengukuran secara umum dirumuskan sebagai berikut:

……. 5.1

Dalam dokumen Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan (Halaman 195-200)