• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan"

Copied!
404
0
0

Teks penuh

Permasalahannya, masyarakat masih kekurangan buku panduan terkait evaluasi pembelajaran pendidikan vokasi. Akhir kata, kami berharap dengan diterbitkannya buku referensi ini dapat memberikan pemahaman yang komprehensif tentang evaluasi pembelajaran pada pendidikan vokasi khususnya bagi mahasiswa, guru, dosen atau juga klien yang ingin atau melakukan penelitian terkait evaluasi pembelajaran pada pendidikan vokasi.

PENDIDIKAN KEJURUAN

Pengertian Pendidikan Kejuruan

BAB I

Landasan Yuridis

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 dan Nomor 23 tentang Standar Isi dan Standar Kelulusan, dan. menunjukkan pola pikir kompetitif, sportivitas, dan etos kerja untuk mencapai hasil yang baik di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek);

Sejarah Pendidikan Kejuruan

Sejarah pendidikan vokasi di Indonesia dimulai pada masa pemerintahan Belanda sejak tahun 1853 dengan nama Sekolah Pertukangan Surabaya (Ambachts School Van Soerabaya) untuk anak-anak Indo dan Belanda. Lulusan pendidikan vokasi pada masa Pemerintahan India menjadi perajin, namun memiliki keahlian khusus.

Perkembangan Sekolah Kejuruan

Agar peserta didik mempunyai keterampilan sesuai dengan bidang yang dipelajarinya, maka proses pembelajaran harus efektif dan efisien. Jadi dapat dikatakan bahwa pendidikan vokasi adalah mendidik peserta didik untuk mempunyai keterampilan tertentu, sebagaimana dikemukakan oleh Komite Pendidikan dan Ketenagakerjaan DPR (HCEL) pada Oemar H.

KURIKULUM PENDIDIKAN KEJURUAN

Pengertian Kurikulum

BAB II

Fungsi Kurikulum

Eksplorasi yaitu fungsi penelitian kurikulum harus mampu menemukan dan mengembangkan minat dan bakat setiap siswa. Spesialisasi (spesialisasi/keahlian), kurikulum bekerja sedemikian rupa sehingga dapat mengembangkan kemampuan peserta didik sesuai dengan spesialisasi atau kompetensi profesional berdasarkan minat dan bakatnya.

Rancangan Kurikulum

Mengacu pada kedua pendapat tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa prinsip fleksibilitas adalah pelaksanaan kurikulum harus fleksibel sesuai dengan kondisi yang ada. Guru mempunyai kebebasan dan keleluasaan untuk melaksanakan kurikulum berdasarkan alternatif pilihan program pendidikan bagi peserta didik sesuai minat dan bakatnya.

Rancangan Kurikulum

Perancangan kurikulum dengan cakupan yang luas (broad field design) merupakan salah satu upaya penyempurnaan perancangan dengan menggunakan pendekatan subjek dan pendekatan disiplin ilmu. Konsep ini dikembangkan dengan tujuan untuk menghilangkan kelemahan desain kurikulum pendekatan mata pelajaran dan pendekatan disiplin yang dirasa tidak mampu menghilangkan pemisahan antar mata pelajaran.

Komponen-komponen Kurikulum

Guru yang memiliki keterampilan berkepribadian akan menerapkan kedisiplinan dan kejujuran dalam pelaksanaan isi materi kurikulum. Karena isi materi kurikulum berkaitan dengan kurikulum dan kegiatan rekreasi yang diuraikan dalam setiap mata pelajaran.

Hubungan Antarkomponen Kurikulum

Komponen materi/mata pelajaran mempunyai hubungan timbal balik dengan komponen tujuan kurikulum dan kegiatan pembelajaran serta komponen evaluasi. Demikian pula kegiatan pembelajaran dan evaluasi saling berkaitan antara komponen tujuan kurikulum dan komponen materi/mata pelajaran.

Gambar 3.1 Keterkaitan Antarkomponen Kurikulum
Gambar 3.1 Keterkaitan Antarkomponen Kurikulum

Perkembangan Kurikulum Sekolah Kejuruan

Dalam kurikulum ini diajarkan Mata Pelajaran Dasar Umum (MKDU) dan Mata Pelajaran Dasar Kejuruan (MKDK). Program yang dapat disesuaikan, yaitu program pembelajaran yang terdiri atas mata pelajaran untuk membentuk peserta didik agar mempunyai landasan pengetahuan yang luas untuk menyesuaikan diri (menyesuaikan diri) dengan lingkungan sosial dan kerja serta mengembangkan diri mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Iptek).

Tabel 3.1  Perbedaan esensial kurikulum SMK/Kejuruan
Tabel 3.1 Perbedaan esensial kurikulum SMK/Kejuruan

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Pengertian Belajar

BAB III

Hasil Belajar Peserta Didik

Hasil belajar dapat diketahui setelah dilakukan penilaian oleh guru (guru) yang bertindak sebagai penilai dengan menggunakan metodologi penilaian. Hasil belajar merupakan penilaian akhir terhadap suatu proses dan penyajian yang telah dilakukan secara berulang-ulang. Sebagaimana dikemukakan oleh Sudjana (2005), hasil belajar adalah keterampilan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya.

Sudjana (2005:39) mengatakan bahwa hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri siswa dan faktor dari luar dirinya. Setiap jenis hasil belajar yang disebutkan sebelumnya memerlukan kondisi tertentu untuk diatur dan dikendalikan.

Hakikat Pembelajaran

Berikut proses interaksi antara siswa dan guru serta sumber belajar di lingkungan belajar. Dalam arti lain, pembelajaran adalah suatu usaha terencana untuk memanipulasi sumber belajar agar proses belajar berlangsung bersama siswa. Seperangkat tindakan yang dirancang untuk proses tindakan, suatu metode pengajaran (mengajar), sehingga siswa melakukan kegiatan belajar.

Serangkaian kegiatan yang dirancang oleh guru/dosen untuk memperlancar proses pembelajaran bagi siswa. Suatu upaya sadar dan terencana seorang guru untuk memanipulasi sumber belajar agar terjadi suatu proses belajar dalam diri siswa.

Tujuan Pembelajaran

Sudrajat (2009) menyatakan bahwa tujuan pembelajaran adalah mencapai perubahan tingkah laku atau kompetensi pada diri siswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran, yang dirumuskan dalam bentuk pernyataan atau uraian tertentu. Tujuan pembelajaran juga dapat dijadikan pedoman dan pedoman kegiatan belajar siswa pada saat melaksanakan kegiatan pembelajaran. Selain itu, tujuan pembelajaran juga dapat dijadikan pedoman dalam menentukan batasan dan kualitas pembelajaran.

Namun pada dasarnya tujuan pembelajaran adalah hendaknya guru merancang kegiatan pembelajaran dengan menggunakan metode atau strategi, alat, media dan sumber belajar, agar peserta didik (siswa) mudah memperoleh dan menguasai mata pelajaran sesuai dengan persyaratan kurikulum yang telah ditentukan. Keberhasilan tersebut terlihat dari hasil belajar siswa yang diwujudkan oleh guru sebagai pelaku intelektual yang melakukan proses atau kegiatan pembelajaran.

Strategi Pembelajaran

Sehingga terkesan pembelajaran ekspositori cenderung otoriter karena melibatkan pemaksaan siswa untuk mempelajari pokok bahasan tersebut. Hal ini dijelaskan oleh Wahyudin (2008), yaitu strategi pembelajaran ekspositori guru cenderung menggunakan proses pembelajaran secara aktif, sedangkan siswa relatif pasif dalam mengikuti dan menerima materi pelajaran yang disampaikan guru. Dalam strategi ini bahan pelajaran diberikan langsung oleh guru dan siswa tidak perlu mencari bahan pelajarannya.

Menurut Wina Sanjaya, strategi pembelajaran ekspositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses berbicara, yaitu materi pembelajaran sengaja diberikan langsung oleh guru, sedangkan siswa menyimak dan menyimak materi pelajaran yang disampaikan. Siswa kemudian dibimbing untuk mencoba mensintesis, menemukan atau menyimpulkan prinsip-prinsip dasar pelajaran.

Perkembangan Proses Pembelajaran

Hal ini serupa dengan apa yang dikatakan Cox, yaitu pada ruang kelas tradisional: siswa; (1) menerima pelajaran secara pasif, (2) meniru apa yang dicontohkan guru, (3) mengikuti arahan guru, (4) dinilai penguasaannya keterampilannya secara berjenjang, (5) siswa dikelompokkan berdasarkan keterampilannya, (6) mengerjakan tugas sama seperti siswa lainnya, (7) dinilai dengan. Oleh karena itu, pembelajaran tidak dapat dilakukan sekaligus, melainkan sesuai ritme kemampuan siswa. Oleh karena itu, pengalaman yang diperoleh merupakan ilmu yang mempunyai arti bagi kehidupan siswa.

Mengajukan pertanyaan dalam proses pembelajaran merupakan kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan mengeksplorasi kemampuan berpikir siswa. Retensi refleksi ini dilakukan agar materi pembelajaran yang baru saja disampaikan tidak mudah dilupakan oleh siswa.

Tabel 3.1   Perbedaan  Pendekatan  Kontekstual  dengan  Pendekatan Konvensional.
Tabel 3.1 Perbedaan Pendekatan Kontekstual dengan Pendekatan Konvensional.

HASIL BELAJAR TAKSONOMI BLOOM

Pengertian Taksonomi

BAB IV

Taksonomi Pendidikan

Ranah kognitif merupakan kapasitas intelektual atau kemampuan otak siswa dalam berpikir, mengetahui dan memecahkan masalah. Dalam hal ini sebelum memahami, siswa terlebih dahulu melihat atau mengetahui tentang objek tersebut. Hasil belajar pada ranah afektif (sikap, minat, motivasi dan nilai) individu terhadap kegiatan belajar dapat diukur untuk mengklasifikasikan perilaku siswa dalam proses pembelajaran.

Dengan demikian, ranah afektif menekankan perasaan individu atau siswa terhadap suatu objek yang ditemuinya. Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan praktek (proses pelatihan) untuk melatih mahasiswa memiliki keterampilan teknik instalasi. Pada dasarnya pembelajaran motorik merupakan suatu kegiatan yang memberikan kesempatan kepada siswa sebanyak-banyaknya untuk berlatih.

Dalam hal ini semakin lama siswa melakukan aktivitas belajar motorik maka tingkat kesalahannya semakin kecil.

Gambar 4.1 Tingkatan hasil belajar ranah kognitif
Gambar 4.1 Tingkatan hasil belajar ranah kognitif

EVALUASI PROSES PEMBELAJARAN

Pengertian Evaluasi

BAB V

Prinsip Evaluasi

Untuk melakukan evaluasi pembelajaran harus memberikan informasi yang akurat tentang proses dan hasil belajar siswa. Hasil belajar bagi siswa yang lulus hendaknya dinyatakan dan dapat dirasakan sebagai suatu penghargaan, sedangkan bagi siswa yang kurang berhasil dapat dijadikan sebagai pemicu semangat belajar. Penilaian pembelajaran harus adil kepada seluruh siswa dan tidak membeda-bedakan latar belakang siswa terkait pencapaian hasil belajar.

Evaluasi terhadap proses dan hasil belajar siswa harus dilakukan secara menyeluruh, menyeluruh dan menyeluruh, mencakup seluruh aspek kognitif dan psikomotorik dengan menggunakan teknik dan prosedur yang komprehensif dengan berbagai pembuktian hasil belajar siswa. Evaluasi proses dan hasil pembelajaran harus memberikan kesempatan terbaik kepada siswa untuk menunjukkan apa yang mereka ketahui dan pahami serta menunjukkan kemampuan mereka.

Karakteristik Evaluasi

Misalnya dengan menggunakan skala interval atau rasio akan menghasilkan skor berupa “nilai”, seperti skala sikap (kurang antusias, agak antusias, sangat antusias). Berdasarkan penjelasan tersebut maka hasil pengukuran digambarkan sebagai kuantitatif atau nilai (hitungan) atau besaran yang diperoleh sehingga dapat membedakan besar kecilnya suatu benda dengan benda lainnya.

Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pembelajaran

Secara psikologis kegiatan evaluasi hasil belajar ditonjolkan dari dua sisi, yaitu dari sisi siswa dan dari sisi pendidik/guru. Apakah dia termasuk kelompok atas (pintar), kelompok menengah (rata-rata/biasa-biasa saja), atau kelompok terbawah (bodoh). Misalnya evaluasi hasil belajar akan menghasilkan nilai hasil belajar bagi setiap individu siswa.

Siswa akan bangga dengan hasil belajar tersebut apabila berhasil mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu. Evaluasi hasil belajar sering dijadikan acuan untuk memberikan beasiswa atau bantuan belajar kepada siswa yang memperoleh nilai terbaik.

Evaluasi Hasil Belajar

Evaluasi hasil belajar mempunyai maksud dan tujuan yaitu untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar. Seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat yang harus diperhatikan oleh masyarakat untuk dapat melaksanakan tugas dalam bidang pekerjaan tertentu. Berdasarkan pemikiran tersebut maka tujuan evaluasi adalah untuk mengetahui kompetensi yang dimiliki peserta didik sebagai wujud tanggung jawab atas kemampuan yang dimiliki peserta didik terhadap masyarakat, sehingga mampu melaksanakan tugas pada bidang tertentu.

Kemampuan tersebut mencakup pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang terintegrasi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang tercermin dalam perilaku.

Pengukuran dan Penilaian

Alat ukur untuk mengukur besaran fisis dalam ilmu pengetahuan alam, misalnya meter untuk mengukur tinggi, panjang, lebar atau jarak suatu benda pada posisi tertentu. Begitu pula dengan alat ukur yang dibuat untuk mengukur besaran listrik, misalnya voltmeter untuk mengukur besaran tegangan listrik, amperemeter, ohmmeter, wattmeter, dan sebagainya. Alat ukur untuk mengukur besaran listrik berbeda dengan alat ukur yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran.

Alat ukur untuk menentukan jarak fisik suatu benda diukur dengan menggunakan alat ukur, sedangkan alat ukur listrik adalah alat untuk mengukur suatu fenomena yang tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diamati melalui gejala atau indikator pada alat ukur tersebut. . Terdapat perbedaan prinsip alat ukur untuk menentukan besaran fisis dan alat ukur untuk menentukan aspek psikis yang terdapat pada manusia.

Gambar

Gambar 3.1 Keterkaitan Antarkomponen Kurikulum
Tabel 3.1  Perbedaan esensial kurikulum SMK/Kejuruan
Tabel 3.1   Perbedaan  Pendekatan  Kontekstual  dengan  Pendekatan Konvensional.
Gambar 4.1 Tingkatan hasil belajar ranah kognitif
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Anas Sudijono evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari suatu (2005 hlm: 1) Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2004 hlm: 1)

Evaluasi suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik) terhadap tujuan

Memahami dan mengetahui : tujuan penilaian, pengukuran, penilaian, fungsi-fungsi penilaian dalam pendidikan, peranan evaluasi dalam PBM, model evaluasi, kemampuan yang dinilai,

Dari uraian sebelumnya, tentunya kita mendapatkan gambaran mengenai tujuan evaluasi dalam pendidikan. Jadi tujuan utama melakukan evaluasi dalam pendidikan

Evaluasi dalam pembelajaran akuntansi SMK di Surakarta meliputi evaluasi afektif, psikomotorik dan kognitif yang ketiganya merupakan hal yang berkesinambungan

Dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi didahului oleh penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului oleh pengukuran. Dalam pengukuran, dilakukan kegiatan

Table 1 Evaluasi yang di gunakan dalam Pembelajaran PAI di SMK Batik 2 Surakarta Konsep Bentuk Evaluasi Keterangan Model cognitive Test Pilihan Ganda Tes pilihan ganda

Dokumen ini membahas pengertian model evaluasi CIPP dan perbedaan antara menilai dan mengevaluasi dalam dunia