• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pembelajaran

Dalam dokumen Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan (Halaman 95-102)

BAB III BAB III

E. Strategi Pembelajaran

dimilikinya untuk diaplikasikan dalam kegiatan penyajian materi pelajaran dengan mengarahkan perilaku peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar yang didukung oleh sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Hasil belajar ini dapat dievaluasi dengan menggunakan metodologi tertentu sesuai dengan materi pelajaran dan relevan dengan alat ukur sehingga diperoleh besaran-besaran kuantitaf dan ditransformasi-kan dalam bentuk kualitatif untuk pengambilan keputusan. Misalnya besaran-besaran kuantitatif dalam bentuk angka-angka, yaitu suatu hasil pengukuran menggunakan alat ukur. Pada umumnya hasil pengukuran merupakan data mentah dan perlu diverifikasi dengan pemberian bobot sesuai dengan jenis soal, misalnya soal-soal ujian terdiri dari instrumen tes berbentuk objektif (pilihan ganda) dan subjektif (uraian) sehingga hasil belajar peserta didik memperoleh nilai-nilai 4, 5, 7, 8, dan 10. Berpatokan dari besaran-besaran nilai tersebut sehingga dapat ditransformasikan ke dalam bentuk kualitatif, yang beri simbol bersifat kategorial dan kemudian diklasifikasi “sangat baik”, “baik”, “cukup”, “kurang”, dan

“sangat kurang”. Dari informasi yang bersifat kuantitaf dan kuantitatif tersebut sehingga diperoleh gambaran hasil belajar peserta didik secara komprehensif dan dapat dideskripsikan dalam bentuk tabel maupun dalam bentuk kurva atau grafik.

yang tepat agar pelaksanaan pembelajaran dapat berlangsung efektif dan efisien sehingga dapat dicapai tujuan pembelajaran. Guru sebagai pengajar harus menggunakan strategi dan didukung oleh pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki untuk menerapkan pendekatan yang tepat sesuai dengan materi pelajaran.

Dalam menerapkan pendekatan pembelajaran perlu digunakan strategi-strategi tertentu. Istilah strategi, awalnya digunakan dalam peperangan, tetapi perjalanan waktu yang panjang istilah ini digunakan lebih luas, yaitu dibidang ekonomi, pertandingan hingga diterapkan dalam proses belajar mengajar (kegiatan pembelajaran).

Menurut Wikipedia, strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip- prinsip pelaksanaan gagasan secara resional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Berdasarkan definisi Wikipedia, maka disimpulkan bahwa strategi merupakan suatu pendekatan secara komprehensif yang menyangkut pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi suatu aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Strategi yang baik akan terjadi koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi aspek-aspek pendukung berdasarkan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien untuk penggunaan dana, dan memiliki taktik dalam rangka mencapai tujuan dengan efektif. Istilah strategi telah digunakan dalam dunia pendidikan, diantaranya dalam proses pembelajaran seperti dikatakan oleh Masitoh dan Laksmi Dewi (2009:37), yaitu strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu “Strategos”

yang artinya suatu usaha untuk mencapai suatu kemenangan dalam suatu peperangan awalnya digunakan dalam lingkungan militer namun istilah strategi digunakan dalam berbagai bidang yang

memiliki esensi yang relatif sama termasuk diadopsi dalam konteks pembelajaran yang dikenal dalam istilah strategi pembelajaran.

Strategi pembelajaran adalah suatu rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan hal yang perlu diperhatikan oleh seorang instruktur, guru, widyaiswara dalam proses pembelajaran. Paling tidak ada tiga jenis strategi yang berkaitan dengan pembelajaran, yakni strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran (Direktorat Tenaga Kependidikan, 2004:4-5). Dengan demikian untuk melakukan pendekatan dalam kegiatan pembelajaran, perlu menerapkan strategi pembelajaran.

Menurut Roy Killen (1998), terdapat dua pendekatan yang dilakukan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu: (1) pendekatan yang berpusat pada guru (teacher centered approach), yang terdiri dari strategi pembelajaran langsung (direct instruction) dan strategi pembelajaran deduktif atau ekspositori, dan (2) pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered approach), yang meliputi: strategi pembelajaran discovery, pembelajaran inquiry, dan pembelajaran induktif.

1. Pembelajaran berpusat pada guru

Strategi pembelajaran berpusat (teacher centered approach) pada guru terdiri dari pembelajaran langsung dan ekspositoring.

a. Strategi pembelajaran langsung

Pembelajaran langsung (direct instruction) yaitu merujuk pada berbagai teknik pembelajaran seperti pemindahan pengetahuan dari guru secara langsung kepada peserta didik secara langsung melalui ceramah, demonstrasi, dan Tanya jawab pada seluruh peserta didik di dalam kelas (Roy Killen,

1998:2). Sementara itu Arends (1997:66) menjelaskan bahwa

“The direct instruction model was specifically designed to promote learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well structured and can be taught in a step by step fashion”. Ciri-ciri pengajaran langsung yang dikemukakan Kardi dan Nur (2000:3), yaitu: (1) adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada peserta didik termasuk prosedur penilaian hasil belajar; (2) sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran; (3) sistem pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan berhasil.

Sintaks pembelajaran langsung yang dikemukakan Bruce dan Weil (1996:349), yaitu: (1) Orientasi, meliputi: kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan dengan pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik, mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran, memberikan penjelasan dan arahan tentang kegiatan yang akan dilakukan, menginformasikan materi atau konsep yang akan digunakan maupun kegiatan yang akan dilakukan selama proses pembelajaran, dan menginformasikan kerangka pelajaran, (2) Presentasi, yaitu pada fase ini guru menyampaikan materi pelajaran dalam bentuk konsep-konsep maupun keterampilan, dengan proses pembelajaran yang aktif, efektif, inovatif dan menyenangkan. (3) Latihan terstruktur, pada tahapan ini, guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan latihan-latihan, pada memon ini guru bereran dalam memberikan umpan balik terhadap respon peserta didik yang salah. (4) Latihan terbimbing, pada tahapan ini guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berlatih konsep atau keterampilan. Latihan ini baik digunakan oleh guru untuk mengakses kemampuan bimbingan bila

diperlukan, dan (5) Latihan mandiri, pada tahapan ini guru memberikan latihan secara mandir terhadap peserta didik, dan tahapan ini dapat dilakukan bila peserta didi telah menguasai tugas 86-90%.

b. Strategi pembelajaran ekspositoring

Strategi pembelajaran ekspositori sering juga disebut strategi pembelajaran deduktif. Menurut Sagala (2010:76), pendekatan deduktif adalah proses penalaran yang bermula dari keadaan umum ke keadaan yang lebih khusus. Pendekatan dalam pengajaran, bermula dari penyajian aturan, prinsip umum diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan, prinsip umum itu ke dalam keadaan khusus.

Pandangan yang sama seperti dikemukakan oleh Setyosari (2010:7) yaitu berpikir deduktif merupakan proses berpikir yang didasarkan pada pernyataan-pernyataan yang bersifat umum ke hal-hal yang bersifat khusus dengan menggunakan logika tertentu. Dalam pembelajaran ekspositori, guru menyajikan materi pelajaran yang sudah dipersiapkan secara rapih, sistematis dan lengkap sehingga peserta didik menyimak dan mencerna dengan teratur dan tertip serta dituntut menguasai materi pelajaran (Roy Killen, 1998). Mengacu dari pendapat ini, maka peserta didik dituntut harus tertip dan menguasai materi pelajaran. Sehingga terkesan pembelajaran ekspositori cenderung otoriter karena mengandung pemaksaan agar peserta didik mempelajari materi pelajaran tersebut. Hal ini seperti dijelaskan oleh Wahyudin (2008) yaitu, strategi pembelajaran ekpositori guru cenderung menggunakan proses pembelajaran secara aktif sedangkan peserta didik relatif pasif mengikuti dan menerima materi pelajaran yang disajikan oleh guru. Direktorat Tenaga Kependidikan (2004:31) men-jelaskan

strategi pembelajaran ekspositori adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada proses penyampaian materi pelajaran secara verbal oleh guru terhadap sekelompok peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Dalam strategi ini materi pelajaran disampaikan langsung oleh guru, dan peserta didik tidak dituntut untuk menemukan materi itu. Menurut Wina Sanjaya (2011:126) strategi pembelajaran espositori adalah pembelajaran yang menekankan pada proses bertutur, yaitu materi pembelajaran sengaja diberikan secara langsung oleh guru, sedangkan peserta didik menyimak dan mendengarkan materi pelajaran yang disampaikan. Berdasarkan beberapa pengertian diatas, maka disimpulkan strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran secara langsung, di mana guru menggunakan metode ceramah secara aktif dengan menekankan kepada proses penyampaian materi pelajaran secara verbal kepada sekelompok peserta didik yang menerima pelajaran secara pasif dan dituntut mereka harus menguasai materi pelajaran secara optimal.

2. Pembelajaran berpusat pada peserta didik

Pembelajaran berpusat pada peserta didik (student centered approach), meliputi:

a. Strategi pembelajaran discovery. Pembelajaran ini menyangkut memahami konsep, arti, dan hubungan, melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu kesimpulan (Budiningsih, 2005:43). Menurut Roestiyah (2001:21), strategi pembelajaran discovery adalah cara untuk menyampaikan ide atau gagasan melalui penemuan. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka pembelajaran discovery adalah suatu pembelajaran

yang menyampaikan ide atau gagasan sehingga peserta didik dapat menemukan suatu konsep, arti dan hubungannya sehingga dapat menyimpulkannya.

b. Strategi pembelajaran inquiry

Pembelajaran Inkuri (inquiry) adalah suatu cara menyampaikan pelajaran dengan penelaan yang bersifat mencari secara kritis, analisis dan argumentatif (ilmiah) dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju kesimpulan (Azer Usman, 1993:124). Langkah-langkah pembelajaran inkuiri yang dikemukakan Mulyasa (2006:235), yaitu: (1) guru memberikan penjelasan, instruksi atau pertanyaan terhadap materi yang diajarkan.

Sebelum memulai pelajaran, guru harus memahami sejauh mana peserta didik memiliki persepsi terhadap materi tersebut kemudian guru dan peserta didik secara bersama- sama membandingkan persepsi dengan berbagai pendekatan dengan teori yang sudah ada; (2) guru memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca atau menjawab pertanyaan serta pekerjaan rumah; (3) guru memberikan penjelasan terhadap persoalan yang mungkin membingungkan peserta didik; (4) resitasi untuk menanamkan fakta-fakta yang telah mereka pelajari agar dapat dipahami; (5) guru memberikan penjelasan informasi sebagai pelengkap dan ilustrasi terhadap data yang telah disajikan; (6) mendiskusikan aplikasi dan melakukan sesuai dengan informasi tersebut; dan (7) merangkum dalam bentuk rumusan sebagai kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan.

c. Strategi pembelajaran induktif

Pembelajaran induktif adalah suatu pendekatan yang dimulai dengan pemberian kasus, fakta, contoh, atau

sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip.

Kemudian peserta didik dibimbing untuk berusaha mensintesiskan, menemukan, atau menyimpulkan prisnsip dasar dari pelajaran tersebut. Mengajarkan dengan pendekatan ini adalah cara mengajar dengan penyajian kepada peserta didik dari contoh yang spesifik untuk kemudian dapat disimpulkan menjadi suatu aturan prinsip atau fakta yang pasti.

Dalam dokumen Evaluasi Pembelajaran Pendidikan Kejuruan (Halaman 95-102)