• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi dalam penelitian merupakan sebagai kelompok subjek yang akan dikenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai suatu populasi, kelompok subjek harus memiliki karakteristik (Azwar, 2017). Dalam penelitian, populasi yang akan digunakan untuk menyebutkan seluruh elemen atau anggota dari suatu wilayah tertentu yang akan menjadi sasaran penelitian atau keseluruhan objek yang akan diteliti (Noor, 2017).

Pada penelitian ini, populasi yang dimaksud yaitu seluruh mahasiswa yang berada di Kota Makassar yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Negeri maupun di Universitas Swasta yang berjumlah 256.761 mahasiswa (PDDIKTI, 2019). Jumlah tersebut merupakan data mahasiswa pada tahun 2019, namun peneliti belum menemukan jumlah mahasiswa secara akurat di tahun 2021.

3.4.2 Sampel

Sampel merupakan sebagian karakteristik atau ciri yang memiliki oleh suatu populasi. Dapat juga dikatakan bahwa sampel merupakan bagian kecil yang diambil dari anggota populasi berdasarkan prosedur yang telah ditentukan sehingga dapat digunakan untuk mewakili populasinya. Sampel diambil karena jumlah populasi yang

terlalu besar sehingga sangat sulit jika peneliti mempelajari semua yang ada pada populasi, karena adanya keterbatasan dana, waktu, dan tenaga, maka peneliti akan mengambil sampel dari populasi itu (Nurdin dan Hartati, 2019).

Noor (2017) mengemukakan bahwa sampel merupakan sejumlah anggota yang dipilih dari suatu populasi, dan subjek merupakan suatu anggota dari sampel, sebagaimana elemen anggota dari populasi. Sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan persamaan menurut Abdullah dan Sutanto (2015) yaitu dimana yang digunakan adalah 0,05. Jadi, jumlah sampel yang akan diambil datanya pada penelitian ini yaitu minimal 400 mahasiswa. Adapun jumlah sampel yang berhasil peneliti kumpulkan tepat sebanyak 400 responden.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel, yaitu cara mengenai pengambilan sampel dari populasi penelitian. Teknik sampling terbagi menjadi dua yaitu pengambilan sampel secara random (probability sampling) dan pengambilan sampel tidak random (nonprobability sampling). Probability sampling merupakan pendekatan sampling dimana semua anggota populasi memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian (Jaya, 2019).

Nonprobability sampling merupakan pendekatan sampling dimana anggota populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian (Jaya, 2019). Pada penelitian ini akan digunakan nonprobability sampling untuk menjadi teknik sampling pada penelitian, karena peneliti tidak mengetahui peluang masing-masing anggota populasi untuk menjadi sampel. Tidak diketahuinya jumlah sampel, karena jumlah populasi mahasiswa tidak dapat diketahui secara akurat ditahun 2021.

Penentuan sampel pada penelitian ini akan menggunakan teknik pengambilan sampel sampling insidental. Sugiyono (2016) mengemukakan bahwa sampling insidental merupakan teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, artinya siapa saja secara kebetulan atau insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel dengan syarat bahwa subjek tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan peneliti. Adapun karakteristik subjek yang akan diteliti yaitu:

a. Mahasiswa aktif dalam perkuliahan di Kota Makassar b. Berusia 18-25 tahun

3.5 Teknik Pegumpulan Data

Hamdi dan Bahruddin (2014) mengemukakan bahwa kualitas hasil penelitian dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Instrumen penelitian merupakan bagian yang terpenting dalam suatu penelitian, kualitas instrumen penelitian

bekenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen. Jenis instrumen yang sering digunakan didalam penelitian yaitu berupa kuantitatif, tes dan kuesioner. Adapun beberapa skala yang sering digunakan dalam penelitian yaitu skala sikap meliputi Skala Likert, Skala Guttman, Rating Scale, Semantic Deprencial.

Teknik pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan berbagai macam cara. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa, pedoman observasi, pedoman wawancara, dan kuesioner. Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan melakukan wawancara, observasi, dan menyebarkan alat ukur atau instrumen penelitian.

Skala yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu skala likert.

Dengan skala Likert, variabel yang akan diukur kemudian akan dikembangkan menjadi indikator variabel. Indikator tersebut yang nantinya akan menjadi panduan untuk menyusun item-item instrumen yang berupa pernyataan. Skala Likert terdapat pilihan jawaban yaitu dari sangat tidak setuju sampai sangat setuju yang merupakan sikap atau persepsi responden atas suatu kejadian atau pernyataan yang diberikan dalam instrumen (Ramadhayanti, 2019).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan dua skala. Adapun penjelasan terkait kedua skala yang akan digunakan dalam penelitian sebagai berikut:

3.5.1 Skala Prokrastinasi Akademik

Skala yang akan digunakan pada penelitian ini merupakan skala yang di buat oleh Nurul Fany (2019), dengan judul “Self Efficacy dan Conformity Sebagai Prediktor Perilaku Prokrastinasi Akademik”. Skala ini berfungsi untuk mengukur prokrastinasi akademik pada mahasiswa. Skala prokrastinasi ini merupakan skala yang disusun berdasarkan aspek-aspek prokrastinasi yang dikemukakan oleh Tuckman (1991).

Skala prokrastinasi ini terdiri dari 24 aitem tetapi setelah dilakukan uji CFA terdapat 4 aitem yang tidak valid sehingga skala ini terdiri dari 20 aitem dengan nilai koefesien reliabilitas sebesar 0,842. Bentuk skala yang digunakan yaitu skala likert yang terdiri dari lima pilihan jawaban serta pemberian skor pada aitem favorable dan unfavorable berbeda. Aitem favorable dengan pilihan jawaban yaitu skor 5 untuk sangat sesuai (SS), 4 untuk setuju (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak setuju (TS), dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS). Pada unfavorable dengan pilihan jawaban 1 untuk sangat sesuai dengan skor (SS), 2 untuk sesuai (S), 3 untuk netral (N), 4 untuk tidak sesuai (TS), dan 5 untuk sangat tidak sesuai (STS).

Tabel 3.1 Blue print skala prokrastinasi akademik

No. Aspek Indikator No item

Jumlah F UF

1 Tendensi Umum

Melakukan pekerjaan dimenit-menit

terakhir

1, 11 7 3

Selalu menunda 2, 12 - 2

No. Aspek Indikator No item

Jumlah F UF

pekerjaan yang dimiliki

2 Penghindaran Ketidaksenangan

Menghindari

tugas akademik 3, 13 8, 17 4 Melakukan

sesuatu yang dianggap menyenangkan

4, 14 9, 18 4

3

Menyalahkan Sumber Eksternal

Merasa orang lain adalah alasan untuk melalukan

prokrastinasi

5, 15 10,

19 4

Menyalahkan keadaan lingkungan ketika

melakukan prokrastinasi

6, 16 20 3

Jumlah 12 8 20

3.5.2 Skala Problematic Internet Use

Skala yang akan digunakan untuk mengukur problematic internet use yaitu generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS 2) yang dikembangkan oleh Caplan (2010). Skala GPIUS 2 ini merupakan skala yang disusun berdasarkan empat aspek yang dikemukakan oleh Caplan (2010), dimana skala tersebut memiliki 15 aitem. Skala Problematic Internet Use yang akan diadaptasi ini telah memiliki aitem-aitem yang valid secara keseluruhan, yang telah dianalisis dengan menggunakan pendekatan analisis faktor confirmatory factor analysis (CFA). Caplan (2010) tidak menyertakan hasil uji reliabilitas terhadap skala tersebut, sehingga ke

depannya peneliti yang akan melakukan uji reliabilitas pada skala tersebut.

GPIUS 2 terdiri dari 15 aitem favorable dan tidak memiliki aitem unfavorable. Bentuk skala yang digunakan yaitu skala likert yang terdiri terdiri dari lima pilihan jawaban serta pemberian skor pada aitem favorable. Aitem favorable dengan pilihan jawaban yaitu skor 5 untuk sangat sesuai (SS), 4 untuk setuju (S), 3 untuk netral (N), 2 untuk tidak setuju (TS), dan 1 untuk sangat tidak setuju (STS).

Tabel 3.2 Blue print Generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS2)

No. Aspek No aitem Jumlah

1 Preference for online social interaction 1, 2, 3 3

2 Mood regulation 4, 5, 6 3

3 Cognitive preoccupation 7, 8, 9 3

4 Complusive internet use 10, 11, 12 3

5 Negative outcomes 13, 14, 15 3

Jumlah 15

3.6 Uji Instrumen

Ada dua skala yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu skala prokrastinasi akademik yang dibuat oleh Nurul Fany tahun 2019 dan Problematic internet use yaitu menggunakan Generalized problematic internet use scale 2 yang dikembangkan oleh Caplan tahun 2010. Skala prokrastinasi akademik pada penelitian ini yaitu skala siap pakai dan langsung disebar kepada responden penelitian. Sebelum peneliti memutuskan untuk langsung menggunakan skala prokrastinasi akademik yang di buat oleh Nurul Fany, peneliti melakukan telaah mengenai proses bagaimana skala tersebut disusun. Hasil telaah peneliti bahwa skala tersebut

memiliki properti psikometrik yang dapat dipercaya. Reliabilitas skala tersebut 0,842, dan validitas skala tersebut di uji dengan menggunakan isi dan konstrak. Oleh karena itu peneliti memutuskan untuk menggunakan skala prokrastinasi akademik yang di susun oleh Nurul Fany secara langsung, peneliti hanya melakukan uji tampang sebelum menyebarkannya.

Pada skala problematic internet use yaitu skala yang di adaptasi oleh peneliti jadi, sebelum menggunakan skala ini peneliti terlebih dahulu akan melakukan proses translasi skala penelitian, uji validitas dan reliabilitas.

Berikut tahapan-tahapan uji instrumen:

3.6.1 Proses Translasi Skala Penelitian

Skala yang digunakan oleh peneliti menggunakan bahasa Inggris.

Oleh karena itu sebelum dilakukan uji instrumen, peneliti terlebih dahulu melakukan translasi terhadap skala tersebut. Berikut proses translasi yang dilakukan oleh peneliti:

1. Proses Penerjemahan Skala Asli Bahasa Inggris – Bahasa Indonesia

Pengadaptasian skala yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengenai variabel problematic internet use yaitu skala Generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS 2) yang terdiri dari 15 item. Skala asli diterjemahkan oleh Ratindi Azhrima. Ia merupakan salah satu mahasiswa lulusan dari Universitas Islam Sumatera Utara, fakultas Bahasa dan Sastra

Negeri yaitu Australia selam 6 bulan untuk magang. Lalu, ia juga pernah melakukan tes TOEFL dan memperoleh skor TOEFL sebesar 500. Skala asli Generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS 2) yang dalam bentuk Bahasa Inggris kemudian diterjemahkan kembali kedalam Bahasa Indonesia yang baik.

2. Proses Penerjemahan Bahasa Indonesia – Bahasa Inggris

Hasil terjemahan dari skala asli tersebut akan kembali diterjemahkan ke dalam Bahasa Inggris oleh orang yang berbeda tetapi dengan kriteria tertentu, untuk melihat kesesuaian skala asli dan skala yang sudah diadaptasi. Backtranslation skala Generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS 2) kemudian diterjemahkan oleh A. Nur Adhitya Rahmat. Ia pernah tinggal di luar Negeri yaitu Australia selama 6 bulan untuk magang sebagai staff at national potrait gallery dan Ferny Grove High School. Ia juga pernah melakukan tes TOEFL dan memperoleh skor TOEFL sebesar 520.

3. Membandingkan Skala Asli dan Skala Hasil Backtranslation Hasil penerjemahan ini kemudian akan di badingkan dengan skala asli untuk melihat apakah terdapat perbedaan skala hasil adaptasi dengan skala asli. Proses adaptasi ini tidak serta merta mengubah struktur dari skala penelitian yang telah digunakan melainkan untuk melihat apakah skala tersebut dapat diterapkan pada budaya, sampel penelitian dan daerah yang berbeda.

Kemudian peneliti akan melakukan uji instrumen dengan menggunakan skala yang telah diadaptasi tersebut.

3.6.2 Validitas Isi

Haynes et al. (dalam Azwar, 2018) mengatakan validitas isi merupakan sejauhmana elemen-elemen dalam suatu instrumen ukur benar-benar relevan dan merupakan representasi dari konstrak yang sesuai dengan tujuan pengukuran. Ley (dalam Azwar, 2018) mengatakan validitas isi merupakan sejauhmana kelayakan suatu tes sebagai sampel dari domain aitem yang hendak diukur. Dalam konsep validitas isi tercakup validitas logis (logical Validity) dan tampang (face validity).

1. Validitas Logis

Validitas Logis biasa disebut sebagai validitas sampling (sampling validity) karena validitas logis menunjuk pada sejauhmana aitem merupakan representasi dari aspek yang hendak diukur. Untuk memperoleh validitas logis yang tinggi suatu alat ukur harus dibuat sedemikian rupa sehingga benar- benar berisi hanya aitem yang relevan sebagai bagian dari keseluruhan tes (Azwar, 2018). Suryani dan Hendriyani (2015) mengemukakan bahwa validitas logis merupakan penilaian terhadap kualitas aitem yang digunakan untuk mengukur konsep.

Dalam hal ini peneliti menggunakan validitas logis, karena

penelitian kali ini terdapat butir-butir aitem berupa pernyataan- pernyataan untuk menguji validitas alat ukur lebih lanjut.

Kemudian, aitem tersebut dikonsultasikan dengan ahlinya yang kemudian diuji cobakan dan dianalisis menggunakan analisis item. Hanya skala problematic internet use yang di uji validitas secara logis.

Uji validitas logis pada penelitian ini dilakukan dengan memberikan skala kepada 3 subject matter expert (SME) yaitu dosen Fakultas Psikologi. Ketiga SME tersebut adalah Ibu Titin Florentina P, S.Psi., M.Psi., Psikolog, Ibu Minarni, S.Psi., M.A, dan Ibu Hasniar A. Radde, S.Psi., M.Si. Mereka kemudian memberikan penilaian pada setiap aitem agar dapat diketahui sejauh mana aitem tersebut mewakili apa yang hendak di ukur.

Ibu Titin Florentina P, S.Psi., M.Psi., Psikolog menilai bahwa dari 15 aitem skala problematic internet use (Generalized problematic internet use scale 2), terdapat satu aitem yang perlu di revisi sebelum disebar yaitu aitem 8. Ibu Minarni, S.Psi., M.A menilai bahwa keseluruhan dari 15 aitem skala problematic internet use (Generalized problematic internet use scale 2) memiliki isi (konten) yang baik dan bahasa jelas. Ibu Hasniar A.

Radde, S.Psi., M.Si menilai bahwa dari 15 aitem skala problematic internet use (Generalized problematic internet use scale 2), terdapat empat aitem yang perlu direvisi sebelum

disebar yaitu aitem 8, 9, 13,14, dan 15. Sehingga dari 15 aitem skala problematic internet use (Generalized problematic internet use scale 2) terdapat lima aitem yang perlu direvisi sebelum melakukan validitas tampang.

2. Validitas Tampang

Validitas tampang merupakan sebagai tanda bukti validitas yang penting, tetapi memiliki nilai signifikan yang rendah.

karena pada validitas tampang hanya didasarkan pada peneliaian format penampilannya saja dan kesesuaian konteks aitem dengan tujuan alat ukur tes. Tes yang memiliki validitas tampang yang tinggi atau telah tampak meyakinkan akan memunculkan motivasi responden untuk bersungguh-sungguh dalam menghadapi tes (Azwar, 2018). Peneliti dalam hal ini menggunakan validitas tampang dengan cara melakukan uji keterbacaan mengenai layout, fontsize, margin, instruksi, pengantar, identitas responden, juga aitem-aitem pernyataan dalam skala penelitian.

Uji validitas dilakukan dengan cara memberikan skala penelitian kepada lima mahasiswa yang karakteristiknya sama dengan sampel pada penelitian ini yaitu mahasiswa aktif dalam perkuliahan dengan usia 18-25 tahun. Kelima reviewer tersebut yaitu Noor Aishah Febrina Waworuntu, Nurul Ainun Yustika,

berasal dari Universitas Bosowa Makassar, Putri Nurul Hikmah yang berasal dari Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berdasarkan hasil review dari kelima reviewer dapat disimpulkan bahwa, pada bagian layout keseluruhan reviewer beranggapan bahwa layoutnya sudah bagus, jelas, dan rapi. Pada bagian jenis dan ukuran huruf seluruh reviewer beranggapan bahwa pada bagian ini sudah baik, jelas dan tidak ada typo.

Reviewer juga beranggapan bahwa bentuk skala Generalized problematic internet use scale 2 dan skala Prokrastinasi Akademik sudah bagus dan rapi.

Berdasarkan dari hasil review dari kelima reviewer dapat disimpulkan bahwa konten dari pengantar skala Generalized problematic internet use scale 2 dan skala Prokrastinasi Akademik sudah baik, jelas dan bagus, serta bahasa yang digunakan mudah dipahami. Reviewer juga mengatakan bahwa konten dari identitas responden skala Generalized problematic internet use scale 2 dan skala Prokrastinasi Akademik sudah jelas dan bahasa yang digunakan mudah dipahami. Selain itu dapat disimpulkan bahwa konten dari petunjuk pengerjaan skala Generalized problematic internet use scale 2 dan skala Prokrastinasi Akademik sudah jelas dan bahasa yang digunakan mudah dipahami.

Berdasarkan hasil review dapat disimpulkan bahwa konten dari skala Generalized problematic internet use scale 2 dan skala Prokrastinasi Akademik memiliki konten yang baik, bagus, dan jelas. Sebagian besar reviewer juga beranggapan bahwa bahasa yang digunakan mudah dipahami. Setelah itu, peneliti akan memperbaiki skala penelitian sesuai dengan hasil review yang diberikan dari kelima reviewer tersebut.

3.6.3 Validitas Konstrak

Validitas konstrak merupakan validitas yang membuktikan apakah hasil pengukuran yang diperoleh melalui aitem-aitem skala berkorelasi tinggi dengan konstrak teoretik yang menjadi dasar penyusunan skala tersebut (Azwar, 2019). Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan confirmatory factor analysis (CFA) melalui aplikasi lisrel 8.70. aitem pada penelitian dapat dikatakan valid apabila nilai factor loading bernilai positif dan nilai t-value >

1,96. Tahap pertama dalam memastikan data pada penelitian telah sesuai (fit) dengan melihat model teoritis pada skala tersebut. Model dianggap fit apabila memenuhi kriteria:

1. P-value dari chi-square nilainya >0,05

2. Root Mean Square Error Approximation (RMSEA) nilainya

<0,05

Setelah model fit, maka tahap selanjutnya yaitu

1. Factor loading bernilai positif 2. Nilai t-value > 1,96

Pada uji validitas konstrak yang dilakukan, dapat diketahui bahwa keseluruhan dari 15 aitem skala Generalized problematic internet use scale 2 terdapat 13 aitem yang valid, karena memiliki nilai factor loading bernilai positif dan nilai t-valuenya lebih besar dari 1,96.

Sedangkan 2 aitem lainnya itu aitem 1 dan 2 tidak valid, karena memiliki nilai factor loading negatif dan nilai t-valuenya dibawah 1,96. Adapun blue print skala generalized problematic internet use scale 2 setelah dilakukan uji validitas konstruk adalah sebagai berikut:

Tabel 3.3 Blue print skala generalized problematic internet use scale 2 setelah dilakukan uji coba

No. Aspek No aitem Jumlah

1 Preference for online social interaction 2 1

2 Mood regulation 4, 5, 6 3

3 Cognitive preoccupation 7, 8, 9 3

4 Complusive internet use 10, 11, 12 3

5 Negative outcomes 13, 14, 15 3

Jumlah 13

3.6.4 Uji Reliabilitas

Azwar (2019) mengemukakan instrumen ukur yang berkualitas baik merupakan reliabel (reliable) yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan error pengukuran kecil. Pengertian reliabilitas mengarah kepada keterpercayaan konsistensi hasil ukur, yang memiliki makna seberapa tinggi kecermatan pengukuran. Salah satu cara untuk mengetahui reliabilitas pada skala problematic internet

use dan prokrastinasi akademik ini, digunakan program SPSS Statistic 25 untuk menganalisis dan mengolah hasil data yang telah diperoleh. Teknik uji reliabilitas yang digunakan pada penelitian ini yaitu Cronbach Alpha. Reliabilitas dari Generalized problematic internet use scale 2 yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 0,788.

Tabel 3.4 Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha N of Items

Prokrastinasi Akademik 0,842 20

Problematic Internet Use 0,788 13

3.7 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data merupakan cara untuk mengorganisasikan data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat dibaca, dipahami, dan dapat diinterpretasikan (Azwar, 2017). Data dalam penelitian ini akan dianalisis menggunakan statistik inferensial. Statistik inferensial digunakan untuk menarik kesimpulan tentang sesuatu hal yang diteliti dari bahan-bahan yang diperoleh oleh sejumlah individu terbatas. Kemudian hasil kesimpulan tersebut akan digeneralisasikan pada sejumlah individu yang jumlahnya jauh lebih besar (Hadiyanto, 2016).

3.7.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk memberikan data deskriptif mengenai data dari variabel yang telah diperoleh dari sekelompok subjek penelitian dan tidak dimaksudkan untuk melakukan pengujian

analisis deskriptif terlebih dahulu agar peneliti dapat memahami realitas dari data variabel-variabel yang terlibat secara empirik (Azwar, 2017). Dalam penelitian ini analisis deskriptif dilakukan untuk mengetahui demografi dari mahasiswa.

3.7.2 Uji Asumsi

Uji asumsi merupakan tahapan paling awal untuk dilakukan pertama kali sebelum menentukan teknik uji hipotesis yang akan digunakan pada penelitian yang akan dilakukan. Hasil dari uji asumsi akan diperoleh hasil yang dimana hasil tersebut menunjukkan apa yang diajukan bisa menggunakan pengujian statistik parametrik atau non parametrik untuk pengujian ini menggunakan SPSS Statistic 25.

1. Uji normalitas merupakan uji untuk mengetahui data yang dimiliki telah terdistribusi secara normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik (statistik inferensial). Karena data yang baik yaitu data yang mempunyai pola seperti distribusi normal, yakni distribusi data tersebut tidak menceng kekiri atau kekanan (Santoso, 2018). Dalam penelitian ini, uji normalitas yang digunakan yaitu uji Kolmogorov Smirnov. Uji Kolmogorov Smirnov merupakan tes parametrik untuk menguji data empirik yang diperoleh selama penelitian telah terdistribusi secara normal. Pada uji normalitas yang diuji bukanlah row score melainkan nilai residu. Berikut kriteria uji normalitas:

a. Apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (sig > 0,05), maka datanya dapat dikatakan terdistribusi secara normal.

b. Apabila nilai signifikansi yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (sig < 0,05), maka datanya dapat dikatakan tidak terdistribusi secara normal.

2. Uji Linearitas merupakan uji statistik yang bertujuan untuk mengetahui apakah variabel-variabel yang akan diteliti memiliki hubungan yang linear. Analisis regresi tidak dapat dilanjutkan apabila hubungan antar variabel tidak linear (Santoso, 2010).

Pada penelitian ini, uji linieritas yang digunakan dapat dilihat melalui linearity dengan menggunakan aplikasi SPSS 25.

a. Apabila nilai signifikansi linearity yang diperoleh lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 (sig < 0,05), maka datanya dapat dikatakan terdistribusi secara linear.

b. Apabila nilai signifikansi linearity yang diperoleh lebih besar dari taraf signifikansi 0,05 (sig > 0,05), maka datanya dapat dikatakan tidak terdistribusi secara linear.

3.7.3 Uji Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara atau prediksi yang akan diuji kebenarannya, dibuat oleh peneliti di awal penelitian sehingga hipotesis harus disusun dengan baik. Hipotesis diperoleh dari teori-

dipertanggungjawabkan, hipotesis dapat diuji kebenarannya dan kesimpulan penelitian dapat menolak atau menerima hipotesis (Ismail, 2018). Dalam penelitian ini, peneliti ini menggunakan model regresi linear sederhana.

Model regresi linear sederhana merupakan model probabilistik yang menyatakan hubungan linear antara dua variabel di mana salah satu variabel dianggap memengaruhi variabel yang lain. Variabel yang mempengaruhi dinamakan independen dan variabel yang dipengaruhi dinamakan variabel dependen (Suyono, 2018).

Berdasarkan uraian tersebut, maka dugaan sementara atau hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak Ada pengaruh antara problematic internet use dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Kota Makassar.

Ha: Ada pengaruh antara problematic internet use dengan prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Kota Makassar.

3.8 Prosedur Penelitian

1. Tahap Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dimulai dengan mengkaji permasalahan atau fenomena yang terjadi. Setelah mengkaji fenomena-fenomena kemudian peneliti menentukan variabel yang sesuai dengan fenomena yang terjadi.

Setelah menentukan variabel, kemudian peneliti membaca literatur terkait dengan variabel yang telah ditentukan dan menentukan teori yang akan digunakan serta mendukung penelitian ini.