• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PROBLEMATIC INTERNET USE TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PENGARUH PROBLEMATIC INTERNET USE TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI KOTA MAKASSAR"

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PROBLEMATIC INTERNET USE TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI

KOTA MAKASSAR

DIAJUKAN OLEH:

NAMIRA NASIR 4516091026

SKRIPSI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

(2)

PENGARUH PROBLEMATIC INTERNET USE TERHADAP PROKRASTINASI AKADEMIK PADA MAHASISWA DI

KOTA MAKASSAR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)

Oleh:

NAMIRA NASIR 4516091026

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR

2021

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kepada Allah SWT karena atas segala rahmat dan Hidayah-nya saya bisa menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Saya persembahkan karya ini untuk:

Diri saya sendiri yang telah berjuang untuk menyelesaikan skripsi ini.

Kepada kedua orang tua saya yang sangat saya cintai dan sayangi.

Kepada keluarga-keluarga saya yang saya sayangi.

Kepada seluruh dosen serta staff Fakultas Psikologi Universitas Bosowa, yang telah membimbing dan memberikan ilmu yang sangat berharga selama proses

perkuliahan, hal ini tidak akan saya lupakan.

Kepada teman-teman yang telah membantu dan menemani saya selama lima tahun terakhir.

(8)

MOTTO

Allah tidak membebani seseorang melainkan kesanggupannya (QS: Al Baqarah 286)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum, kecuali mereka mengubah keadaan mereka sendiri

(QS: Ar Ra’ad 11)

Bukanlah ilmu yang semestinya mendatangimu, tetapi kamulah yang seharusnya mendatangi ilmu itu

(Imam Malik)

Sesungguhnya ilmu yang sejati, seperti barang berharga lainna yang tidak dapat diperoleh dengan mudah. Ia harus diusahakan, dipelajari, dipikirkan, dan lebih

dari itu harus selalu disertai doa.

(Namira Nasir)

(9)

ABSTRAK

PENGARUH PROBLEMATIC INTERNET USE TERHADAP PROKRASTINAS AKADEMIK PADA MAHASISWA DI KOTA

MAKASSAR Namira Nasir 4516091026

Fakultas Psikologi Universitas Bosowa Makassar namiranasir.nn@gmail.com

Prokrastinasi akademik merupakan suatu perilaku menunda-nunda mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain. Pada era modern ini penggunaan internet menjadi semakin mudah dan penggunaan internet akan memberikan keuntungan bagi individu tetapi internet juga dapat berdampak negatif serta menjadi salah faktor yang mempengaruhi perilaku penundaan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh problematic internet use terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Kota Makassar. Sampel pada penelitian ini berjumlah 400 responden yang merupakan mahasiswa dari berbagai Universitas di Kota Makassar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan skala prokrastinasi akademik yang di buat oleh Nurul Fany berdasarkan dasar teori Tuckman (1991) dengan nilai reliabilitas sebesar 0,842 dan skala generalized problematic internet use 2 yang di buat oleh Caplan (2010) dan telah diadaptasi terlebih dahulu, dengan nilai reliabilitas 0,788. Hipotesis diuji dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan program analisis data SPSS 25. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa problematic internet use berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Kota Makassar dengan kontribusi sebesar 13% (p=0.000; p<0,05) dengan arah pengaruh yang positif, semakin tinggi problematic internet use, maka prokrastinasi akademik juga semakin meningkat.

Kata kunci: Prokrastinasi akademik, Problematic internet use, Mahasiswa.

(10)

ABSTRACT

THE EFFECT OF PROBLEMATIC INTERNET USE ON ACADEMIC PROCRASTINATION IN COLLEGE STUDENTS IN MAKASSAR CITY

Namira Nasir 4516091026

Faculty of Psychology, University of Bosowa Makassar namiranasir.nn@gmail.com

Academic procrastination is a behavior of procrastinating doing or completing tasks by doing other activities. In this modern era the use of the internet becomes easier and the use of the internet will provide benefits for every individuals, but the internet can also have a negative impact and become one of the factors that influence procrastination behavior. This study aimed to determine the effect of problematic internet use on students’ academic procrastination in Makassar City.

The samples of this study, the students from various universities in Makassar city, were 400 responden. Data collection was carried out using the academic procrastination scale created by Nurul Fany based on the theoretical basic of Tuckman (1991) with a reliability value of 0,842 and the generalized problematic internet used 2 scales created by Caplan (2010) and was adapted first, with a reliability value 0,788. The hypothesis was tested using a simple regression analysis technique in SPSS 25 data analysis program. The results of this study indicated that problematic internet use affected the students’ academic procrastination in Makassar City with a contribution of 13% (p=0,000; p<0,05) with a direction positive influence. Therefore, the higher the problematic internet use was, the academic procrastination was also increasting.

Keywords: Academic procrastination, Problematic internet use, Students.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWt karena dengan rahmat, karunia, serta hidayah-Nya saya dapat menyelesaikan Skripsi Penelitian yang berjudul Pengaruh Problematic Internet USe Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Di Kota Makassar. Saya sangat berharap skripsi ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan bagi pembaca.

Saya juga menyadari sepenuhnya, bahwa masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan dalam skripsi penelitian ini, oleh karena itu saya meminta maaf atas segala kekurangan tersebut.

Maka dari itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun kepada Dosen Pembimbing dan teman-teman semuanya, agar skripsi penelitian ini dapat menjadi lebih baik kedepannya. Selama proses penyelesaian skripsi ini, saya mendapatkan banyak bantuan dan masukan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya banyak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua peneliti, Nasir Mahyuddin dan Idawati Mahmud yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan semua yang tebaik untuk peneliti.

2. Terima kasih kepada kakak peneliti, Nur Isfirayani yang selalu memberikan dukungan.

3. Terima kasih kepada Adipati yang selalu memberikan dukungan, semangat kepada peneliti.

(12)

4. Kepada pembimbing akademik peneliti, Ibu Sri Hayati, M.Psi., Psikolog, yang selalu memberikan saran dan arahan kepada peneliti selama proses perkuliahan.

5. Kepada Ibu Titin florentina P, M.Psi., Psikolog, selaku pembimbing I yang selalu memberikan masukan, arahan, semangat, dukungan, senyuman, dan motivasi kepada peneliti selama proses penyelesaian skripsi. Serta terima kasih atas waktu yang telah disisihkan untuk berdiskusi bersama peneliti terkait penelitian ini.

6. Kepada Ibu Minarni, S.Psi., M.A, selaku pembimbing II yang selalu memberikan arahan, masukan, dukungan, dan semangat pada peneliti. Serta terima kasih atas waktu yang telah disisihkan untuk berdiskusi bersama peneliti terkait penelitian ini.

7. Kepada Ibu Hasniar A. Radde, S.Psi., M.Si dan Ibu Sri Hayati, M.Psi., Psikolog, selaku penguji yang bersedia memberikan masukan dan arahan terkait penelitian ini.

8. Kepada para dosen-dosen Fakultas Psikologi Universitas Bosowa, yang selalu memberikan semangat, motivasi, serta ilmu yang sangat bermanfaat bagi peneliti kedepannya.

9. Kepada para staf TU Fakultas Psikologi Univesitas Bosowa, yang telah membantu peneliti dalam proses pengurusan administrasi.

10. Kepada sahabat-sahabatku Yani, Kia, Ayi, Aca, Adit, Nurul, Nabila, Windi, Anna, dan Nurfa yang selalu mau membantu peneliti dalam hal apapun.

(13)

Terima kasih atas canda tawa yang telah diberikan kepada peneliti, dan semua pembelajaran hidup yang telah diberikan.

11. Kepada adek-adek saya Devi, Nadia, Indriani, dan Masita yang telah membantu peneliti dalam menyebarkan skala peneliti.

12. Kepada seluruh responden, yang bersedia meluangkan waktunya untuk mengisi skala penelitian saya.

13. Kepada seluruh pihak yang tidak saya dapat saya sebutkan namanya satu persatu, yang selalu memberikan semangat selama proses pengerjaan skripsi dan yang selalu mendukung saya dalam proses pengerjaan skripsi ini.

Makassar, Agustus 2021 Peneliti

Namira Nasir

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN HASIL PENELITIAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN PENGUJI UJIAN HASIL PENELITIAN. v

PERNYATAAN ... vi

PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

ASBTRAK ... ix

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 11

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1 Prokrastinasi Akademik ... 13

2.1.1 Definisi Prokrastinasi Akademik ... 13

2.1.2 Dimensi Prokrastinasi Akademik ... 16

2.1.3 Faktor yang Memengaruhi Prokrastinasi Akademik... 18

2.1.4 Dampak Prokrastinasi Akademik ... 21

2.1.5 Pengukuran Prokrastinasi Akademik ... 22

2.2 Problematic Internet Use ... 24

2.2.1 Defenisi Problematic Internet Use... 24

2.2.2 Aspek Problematic Internet Use ... 26

2.2.3 Faktor yang Memengaruhi Problematic Internet Use ... 25

2.2.4 Dampak Problematic Internet Use... 31

2.2.5 Pengukuran Problematic Internet Use ... 33

2.3 Mahasiswa ... 34

2.3.1 Definisi Mahasiswa ... 34

2.3.2 Mahasiswa Dalam Tinjauan Psikologi Perkembangan.... 35

2.4 Pengaruh Problematic Internet Use Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa ... 36

2.5 Bagan Kerangka Pikir ... 41

2.6 Hipotesis Penelitian ... 42

(15)

BAB III METODE PENELITIAN ... 43

3.1 Jenis Penelitian ... 43

3.2 Variabel Penelitian ... 43

3.3 Definisi Variabel ... 44

3.3.1 Definisi Teoritis ... 44

3.3.2 Definisi Operasional... 44

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 46

3.4.1 Populasi ... 46

3.4.2 Sampel ... 46

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel... 47

3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 48

3.5.1 Skala Prokrastinasi Akademik ... 50

3.5.2 Skala Problematic Internet Use ... 51

3.6 Uji Instrumen ... 52

3.6.1 Proses Translasi Skala Penelitian ... 53

3.6.2 Validitas Isi ... 55

3.6.3 Validitas Konstrak ... 59

3.6.4 Uji Reliabilitas ... 60

3.7 Teknik Analisis Data ... 61

3.7.1 Analisis Deskriptif ... 61

3.7.2 Uji Asumsi ... 62

3.7.3 Uji Hipotesis... 63

3.8 Prosedur Penelitian... 64

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 69

4.1 Hasil Analisis ... 69

4.1.1 Deskriptif Responden Berdasarkan Demografi ... 69

4.1.2 Deskriptif Variabel Berdasarkan Tingkat Skor ... 72

4.1.3 Deskriptif Variabel Berdasarkan Demografi ... 76

4.1.4 Hasil Uji Asumsi ... 95

4.1.5 Hasil Uji Hipotesis ... 96

4.2 Pembahasan ... 99

4.2.1 Gambaran Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa .... 99

4.2.2 Gambaran Problematic Internet Use Pada Mahasiswa .. 107

4.2.3 Pengaruh Problematic Internet Use Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada mahasiswa ... 111

4.2.4 Limitasi Penelitian ... 116

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 118

5.1 Kesimpulan ... 118

5.2 Saran ... 119

DAFTAR PUSTAKA ... 121

LAMPIRAN ... 129

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik ... 50 Tabel 3.2 Blue Print Generalized Problematic Internet Use Scale 2.. 52 Tabel 3.3 Blue Print Skala Generalized Problematic Internet Use

Scale 2 Setelah Uji Coba... 60 Tabel 3.4 Reliabilitas... 61 Tabel 3.5 Jadwal Penelitian... 68 Tabel 4.1 Hasil Analisis Data Prokrastinasi Akademik Pada

Mahasiswa... 72 Tabel 4.2 Kategorisasi Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa... 73 Tabel 4.3 Hasil Analisis Data Problematic Internet Use Pada

Mahasiswa ... 74 Tabel 4.4 Kategorisasi Problematic Internet Use Pada Mahasiswa... 74 Tabel 4.5 Hasil Uji Normalitas... 95 Tabel 4.6 Hasil Uji Linearitas... 96 Tabel 4.7 Hasil Uji Hipotesis Problematic Internet Use Terhadap

Prokrastinasi Akademik Di Kota Makassar... 97 Tabel 4.8 Koefisien Regresi Problematic Internet Use Terhadap

Prokrastinasi Akademik... 99

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 41

Gambar 4.1 Diagram Subjek Berdasarkan Jenis Kelamin... 69

Gambar 4.2 Diagram Subjek Berdasarkan Usia... 70

Gambar 4.3 Diagram Subjek Berdasarkan Suku... 70

Gambar 4.4 Diagram Subjek Berdasarkan Perguruan Tinggi... 71

Gambar 4.5 Diagram Subjek Berdasarkan Rata-Rata Penggunaan Internet Per-Hari... 71

Gambar 4.6 Diagram Tingkat Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa... 73

Gambar 4.7 Diagram Tingkat Problematic Internet Use Pada Mahasiswa... 75

Gambar 4.8 Diagram Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Jenis Kelamin... 76

Gambar 4.9 Diagram Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Usia... 77

Gambar 4.10 Diagram Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Suku... 79

Gambar 4.11 Diagram Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Perguruan Tinggi... 82

Gambar 4.12 Diagram Prokrastinasi Akademik Berdasarkan Rata- Rata Penggunaan Internet Per-Hari... 83

Gambar 4.13 Diagram Tingkat Problematic Internet Use Berdasarkan Jenis Kelamin... 85

Gambar 4.14 Diagram Tingkat Problematic Internet Use Berdasarkan Usia... 87

Gambar 4.15 Diagram Tingkat Problematic Internet Use Berdasarkan Suku... 89

Gambar 4.16 Diagram Tingkat Problematic Internet Use Berdasarkan Perguruan Tinggi... 91

Gambar 4.17 Diagram Tingkat Problematic Internet Use Berdasarkan Rata-Rata Penggunaan Internet Per-Hari... 93

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Contoh Skala Penelitian Lampiran 2 Contoh Tabulasi Data Lampiran 3 Hasil Uji Validitas Isi Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Konstrak Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas

Lampiran 6 Output Hasil Uji Asumsi Lampiran 7 Output Hasil Uji Hipotesis Lampiran 8 Tanda Pengenal Translator

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa merupakan individu yang belajar di tingkat perguruan tinggi, baik di Universitas ataupun institut. Sebagaimana seperti yang tercantum dalam UU RI Nomor 12 Tahun 2012 yang membahas mengenai Pendidikan Tinggi Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi: “Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi“. Selain itu mahasiswa juga didefinisikan sebagai kategori pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual yang tinggi (Sutrisman, 2019).

Mahasiswa termasuk dalam perkembangan masa dewasa awal dalam tinjauan psikologi dengan rentang usia 18-25 tahun. Pada tahap dewasa awal dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu individu mengalami perubahan identitas seperti dari siswa menjadi mahasiswa. Individu cenderung akan berfokus pada dirinya sendiri, sehingga individu akan memiliki banyak peluang untuk mengatur kehidupannya dan mengerjakan tugas sendiri serta mampu untuk berpikir logis, abstrak, idealistis, bertanggung jawab dan mampu membedakan hal yang baik dan buruk (Santrock, 2012).

Mahasiswa merupakan individu yang sudah beranjak dewasa dan sedang menempuh di Perguruan Tinggi. Berdasarkan peraturan Menteri RISTEK dan DIKTI No 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi

(20)

tahun dalam masa studi. Menurut UU RI No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi bahwa mahasiswa sebagai anggota Civitas Akademika memiliki kesadaran diri untuk mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran.

Kedudukan mahasiswa sebagai seorang akademisi di Perguruan Tinggi akan selalu berhadapan dengan tugas yang bersifat akademik maupun non akademik. Adapun tugas akademik yang tidak terlepas dari tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, sehingga mahasiswa diharuskan untuk dapat mengatur waktu dengan baik. Tetapi, pada kenyataannya mahasiswa mengalami kesukaran dalam mengatur waktu belajar, sibuk dengan melakukan aktivitas luar seperti organisasi yang akan membuat mahasiswa menunda-nunda tugas kuliahnya (Fatmawati, Salahuddin, dan Khairin, 2019). Hal tersebut mencerminkan perilaku prokrastinasi akademik.

Prokrastinasi akademik merupakan suatu aktivitas dalam menunda-nunda untuk mengerjakan suatu pekerjaan ataupun tugas yang diberikan dengan melakukan berbagai aktivitas–aktivitas lain yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan dan mengerjakan pekerjaan atau tugas akan dilakukan ketika telah mendekati deadline sehingga akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman akibat mengerjakan tugas yang sudah mendekati deadline serta mengerjakan tugas dengan apa adanya (Lay & Schouwenburg, 1993).

Tuckman (1991) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan kecenderungan individu untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan tugas yang seharusnya segera diselesiakan dengan

(21)

melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga tugas-tugas menjadi terhambat, individu sering melewati batas waktu dalam menyelesaikan tugas ataupun mengumpulkan tugas. Steel dan Klingsieck (2016) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai penundaan akademik yang dilakukan individu secara sukarela atau dengan kemauannya sendiri.

Berdasarkan hasil survei yang telah dilakukan oleh Litbang Data PK identitas Unhas, yaitu sebanyak 77 persen mahasiswa mengaku berulang kali menunda menyelesaikan tugas atau pekerjaan, terutama dalam hal mengerjakan tugas kuliah (Identitasunhas.com, 2019). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Muyana (2018) yaitu diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki prokrastinasi akademik pada kategori sangat tinggi sebesar 6 persen, kategori tinggi 81 persen, kategori sedang 13 persen. Dalam kategori ini, mahasiswa cenderung selalu menunjukkan perilaku menunda untuk mengerjakan tugas akademik sebagai suatu pengunduran waktu yang dilakukan secara sengaja dan biasanya disertai dengan perasaan tidak suka untuk mengerjakan sesuatu yang harus dikerjakan.

Mendalami lebih lanjut mengenai fenomena yang telah didapatkan, peneliti kemudian melakukan pengambilan data awal dengan melakukan wawancara terhadap 10 responden. Hasil wawancara tersebut menunjukkan bahwa, keseluruhan responden saat diberikan tugas, mereka tidak langsung mengerjakan tugas tersebut. Hal ini menunjukkan indikasi adanya perilaku prokrastinasi yang dilakukan oleh seluruh responden. Hasil wawancara awal

(22)

akademik yaitu tendensi umum, penghindaran ketidaksenangan, dan menyalahkan sumber eksternal.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada seluruh responden terdapat lima responden yang memaparkan apabila mereka mendapatkan tugas, maka mereka akan mengerjakan tugas, sehari sebelum tugas dikumpulkan atau dimalam hari sebelum tugas dikumpulkan. Lalu terdapat responden lainnya yang mengemukakan bahwa mereka akan mengerjakan tugasnya, beberapa jam sebelum tugas dikumpulkan. Salah satu responden juga mengemukakan bahwa sebelum mengerjakan tugas yaitu memperbaiki mood-nya terlebih dahulu dengan bermain internet seperti main sosial, nonton film, youtube.

Keseluruhan responden juga tidak langsung mengerjakan tugasnya, dikarenakan mereka melakukan aktivitas lain. Aktivitas tersebut seperti jalan-jalan, bermain internet seperti menonton film, youtube, bermain sosial media seperti tik-tok, instagram, facebook, dan whatsapp. Hasil wawancara tersebut mengindikasikan adanya dimensi tendensi umum yaitu kecenderungan individu untuk membuang waktu secara sia-sia untuk memulai ataupun menyelesaikan tugasnya dengan melakukan aktivitas lain.

Hasil wawancara selanjutnya yaitu menunjukkan bahwa keseluruhan responden memilih untuk menghindari tugas yang telah diberikan oleh dosen. Tugas tersebut dihindari karena mereka mengatakan bahwa tugas yang diberikan susah, namun mereka juga mengatakan bahwa jika tugas tersebut bersifat mudah, mereka tetap menghindari tugas tersebut. Hasil

(23)

wawancara lainnya juga menunjukkan bahwa ketika mereka mendapatkan tugas yang susah, maka mereka lebih memilih untuk bermain internet hingga melupakan tugas tersebut.

Keseluruhan responden juga mengatakan bahwa mereka mengerjakan tugas sambil bermain tik-tok, bahkan terkadang mereka melupakan untuk mengerjakan tugasnya serta mengikuti mata kuliah. Serta salah satu responden lainnya juga mengatakan bahwa, apabila tugasnya tidak selesai maka ia tidak akan menghadiri mata kuliah tersebut, serta tidak mengumpulkan tugasnya. Hal ini mengindikasikan adanya dimensi penghindaran ketidaksenangan yaitu kecenderungan untuk menghindari tugas yang tidak disukai dan dianggap sulit.

Berdasarkan hasil wawancara juga didapatkan bahwa keseluruhan responden akan mengerjakan tugas yang diberikan saat mendekati deadline, dan saat teman mereka telah selesai mengerjakan tugas. Hal tersebut dilakukan karena mereka ingin mencontoh tugas dari teman mereka yang telah selesai. Selain itu beberapa responden juga mengatakan bahwa teman- teman sekitarnya sangat mempengaruhi mereka dalam mengerjakan tugas.

Hal tersebut dikarekan jika salah satu teman mereka menunda mengerjakan tugas, maka ia pun akan menunda mengerjakan tugas.

Keseluruhan responden juga mengatakan bahwa perilaku menunda tugas yang dilakukan oleh temannya sangat mempengaruhi perilakunya pula dalam menunda mengerjakan tugas. Dari kesepuluh responden terdapat

(24)

karena menunda tugas, tetapi mereka juga terkadang menyalahkan temannya akibat penundaan yang dialami. Hasil wawancara tersebut mengindikasikan adanya dimensi menyalahkan sumber eksternal yaitu kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain atas segala penderitaan yang dialami diri sendiri dalam mengerjakan sesuatu yang ditunda.

Perilaku prokrastinasi akademik jika dibiarkan secara terus-menerus akan mengakibatkan mahasiswa semakin terus menerus akan menunda memulai mengerjakan tugas ataupun menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu dan menunggu deadline untuk mengerjakan tugas karena mahasiswa tidak dapat mengatur waktu dengan baik. Jika mahasiswa terus melakukan penundaan dalam mengerjakan tugasnya yang akan mengakibatkan mereka terlambat dalam mengumpulkan tugas, stres, cemas, dan akan mendapatkan nilai yang rendah atau tidak akan mendapatkan nilai yang maksimal.

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan seluruh responden megatakan bahwa perilaku menunda mengerjakan tugas berakibat pada nilai mereka. Mereka mengatakan jika nilai yang mereka peroleh cenderung rendah. Keseluruhan responden juga mengatakan bahwa mereka merasa senang saat menghindari tugas. Namun perasaan senang tersebut hanya bersifat sementara, karena apabila tugas yang diberikan telah mendekati waktu pengumpulan maka mereka akan merasa stres, dan cemas akibat pengerjaan tugas yang belum selesai.

Sejalan dengan hasil wawancara, penelitian-penelitian menujukkan beberapa dampak dari prokrastinasi akademik, diantaranya prokrastinasi

(25)

akademik yang tinggi dapat meningkatkan emosi negatif seperti cemas dan stress (Steel dan Klingsieck, 2016; Wicaksono, 2017; tahun; Triyono dan Khairi, 2018; Rumiani, 2006; Aziz dan Rahardjo, 2013); menurunkan indeks prestasi (Jannah dan Muis, 2014; Ramadhan dan Winata, 2016; Anisa dan Ernawati, 2018; Oematan, 2013); dan menurunkan prestasi belajar (Zuraida, 2017; Zahra dan Hernawati, 2015; Yudistiro, 2016).

Berdasarkan Beritadiy.pikiran-rakyat.com (2020) juga memaparkan bahwa mahasiswa yang terlalu lama mengerjakan tugas revisianya yang hingga akhirnya mengumpulkan tugas revisiannya itu tidak mengetahui jika dosen pembimbingnya telah lama pensiun dan akhirnya mahasiswa tersebut harus mencari dosen pembimbing baru, serta mahasiswa tersebut harus menjelaskan ulang mengenai penelitiannya.

Fenomena prokrastinasi akademik yang diperoleh dari hasil wawancara dan penelitian menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik menimbulkan berbagai dampak negatif bagi pelakunya, oleh karena itu dibutuhkan penanganan secara serius mengenai prokrastinasi akademik. Namun sebelum itu, pentingnya untuk menelaah terlebih dahulu faktor-faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik, diantaranya problematic internet use (Purwanto dan Anggunani, 2018; Aditiantoro dan Wulanyani, 2019) manajemen waktu (Nisa, dkk, 2019), dukungan sosial (Amelia dan Hadiwinarto, 2020; Kristy, 2019; Safitri, 2018), regulasi diri (Fitriya dan Lukmawati, 2016).

(26)

Dari hasil penelitian yang telah dipaparkan , bahwa problematic internet use menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prokrastinasi akademik.

Hal ini sejalan dengan hasil wawancara awal yang telah dilakukan oleh peneliti yaitu, keseluruhan responden tidak mengerjakan tugas namun melakukan aktivitas lain seperti bermain internet. Rata-rata keseluruhan responden mengakses internet selama 8-15 jam setiap harinya.

Keseluruhan responden juga merasakan berbagai akibat dari menggunakan internet yaitu seperti aktivitas sosial dengan temannya berkurang, tugas menjadi terabaikan, sakit kepala, cemas, dan malas melakukan aktivitas lainnya. Tetapi, dengan mengetahui akibat dari menggunakan internet mereka tetap mengakses internet karena mereka merasa dengan mengakses internet mereka akan merasa senang dan terhibur saat menggunakan internet baik itu bermain sosial media ataupun sebagainya. Hal ini mengindikasikan bahwa mahasiswa menunda memulai ataupun menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain yaitu bermain internet hingga 8-15 jam yang mengakibatkan tugas terbaikan, sakit kepala dan lainnya. Perilaku bermain internet yang menimbulkan dampak negatif seperti tugas terbaikan dan sebagainya disebut sebagai problematic internet use.

Caplan (2010) mengemukakan bahwa istilah dari problematic internet use sebagai gejala-gejala dari perilaku dan kognisi yang berlebihan dalam penggunaan internet yang memiliki dampak buruk pada beragam bidang termasuk dalam bidang akademik dan sosial. Individu yang mengalami

(27)

problematic internet use yaitu Individu yang menggunakan internet secara berlebihan tanpa bisa mengontrolnya dan ia akan mengalami hal-hal yaitu tidak bisa jika tidak menggunakan internet, selalu menunda pekerjaan, senang ketika bermain game online, senang bermain sosial media (Idntime.com, 2020).

Berdasarkan data dari We are Social dan Hootsuite tentang lanskap digital dunia yaitu pada tahun 2019/2020 terungkap bahwa pengguna internet di seluruh dunia yaitu telah mencapai angka sebesar 4,5 milyar orang. Angka ini menunjukkan bahwa pengguna internet telah mencapai lebih dari 60 persen penduduk dunia atau lebih dari separuh populasi bumi (Teknoia.com, 2020).

Berdasarkan hasil survei asosiasi penyelenggara jasa internet (APJII) pada tahun 2019/2020 mencatat jumlah pengguna internet di Indonesia mencapai 196,7 juta jiwa. Jumlah ini meningkat 23,5 juta atau 89 persen dibandingkan pada tahun 2018. Sedangkan, jumlah pengguna internet pada provinsi Sulawesi Selatan mencapai 5,8 juta jiwa (Databoks.katadata.co.id, 2020). Serta jumlah mahasiswa yang menggunakan internet pada provinsi Sulawesi Selatan yaitu sebanyak 38,55 persen mahasiswa pengguna internet (Sulut.bps.go.id, 2020).

Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya juga didapatkan hasil bahwa problematic internet use mempengaruhi individu dalam melakukan perilaku penundaan dalam mengerjakan tugas. Hasil tersebut dikemukakan oleh

(28)

problematic internet use dan regulasi diri berpengaruh sebesar 32% terhadap prokrastinasi akademik.

Terdapat pula penelitian serupa lainnya yang dikemukakan oleh Purwanto dan Anggunani (2018). Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat problematic internet use, maka semakin tinggi pula tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat problematic internet use, maka semakin rendah pula tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa. Kedua hasil penelitian tersebut juga mendukung hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti, yaitu problematic internet use mempengaruhi perilaku prokrastinasi akademik.

Sehingga peneliti menduga problematic internet use berkontribusi dalam perilaku prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa.

Berdasarkan hasil yang telah dipaparkan di atas dan didukung dengan adanya beberapa penelitian terdahulu mengenai pengaruh problematic internet use terhadap prokrastinasi akademik individu, nampaknya problematic internet use dapat mempengaruhi munculnya prokrastinasi akademik. Maka dari itu perlu dibuktikan terlebih dahulu kemampuan problematic internet use dalam mempengaruhi prokrastinasi akademik. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk meneliti dengan judul “Pengaruh Problematic Internet Use Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa di Kota Makassar”.

(29)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah problematic internet use mempengaruhi proktastinasi akademik pada mahasiswa di Kota Makassar?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh problematic internet use (PIU) terhadap prokrastinasi akademik pada mahasiswa di Kota Makassar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat pada penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu manfaat secara teoritis dan manfaat secara praktis.

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan, khususnya dalam bidang pengetahuan ilmu psikologi pendidikan dan sosial yang mengkaji tentang problematic internet use dan prokrastinasi akademik.

2. Manfaat Praktis

Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu psikologi kuhususnya mengenai problematic internet use dan prokrastinasi akademik.

a. Bagi mahasiswa, diharapkan untuk tidak melakukan prokrastinasi

(30)

tidak melakukan perilaku menunda untuk mengerjakan tugas akibat terlalu sering menggunakan internet.

b. Bagi peneliti selanjutnya, penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan untuk referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan variabel dalam peneltian ini.

(31)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prokrastinasi Akademik

2.1.1 Definisi Prokrastinasi Akademik

Prokrakstinasi dalam American College Dictionary berasal dari kata “procrastinate” yang memiliki arti yaitu menunda atau memperpanjang. Kata procrastine berasal dari penggabungan dua kata latin yaitu “pro” yang artinya maju dan “crastinus” yang artinya keputusan hari esok. Jadi, prokrastinasi merupakan suatu aktivitas menunda untuk melakukan sesuatu sampai waktu yang akan datang atau di hari berikutnya (Burka & Yuen, 2008). Tuckman (1991) mengemukakan bahwa prokrastinasi merupakan tindakan individu yang menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang tidak penting, menunda penyelesaian pekerjaan, dan tidak memulai aktivitas yang harus segera diselesaikan.

Prokrastinasi yaitu kegagalan untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mencapai tujuan. Prokrastinasi merupakan suatu tindakan menunda–nunda untuk mengerjakan tugas yang akhirnya akan menimbulkan rasa tidak nyaman akibat dari menunda menyelesaikan tugas yang seharusnya diselesaikan tepat waktu. Individu yang menunda untuk menyelesaikan tugas yang harusnya diselesaikan tepat waktu tetapi, individu menghabiskan

(32)

waktunya untuk melakukan aktivitas lain yang tidak penting (Hidayah & Atmoko, 2014).

Hal ini juga selaras dengan pendapat Solomon & Rothblum (1984) bahwa prokrastinasi akademik merupakan keinginan individu untuk menunda dalam memulai mengerjakan tugas ataupun menyelesaikan tuganya secara keseluruhan dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berarti yang akan mengakibatkan individu tidak dapat menyelesaikan tugasnya dengan tepat waktu dan sering terlambat mengumpulkan tugas maupun terlambat dalam menghadiri pertemuan-pertemuan.

Ferrari, Johnson dan McCown (1995) mengemukakan pendapatnya bahwa prokrastinasi akademik merupakan sebuah perilaku menunda segala aktivitas seperti mengerjakan tugas maupun menyelesaikan tugas tanpa mempermasalahkan tujuan ataupun alasan dalam menunda mengerjakan tugas. Prokrastinasi akademik terjadi ketika individu yang tidak seharusnya menunda dalam menyelesaikan tugas tetapi individu memilih untuk menunda menyelesaikannya, hal ini akan membuat individu menjadi stres atau mengalami kecemasan karena mereka akan terburu-buru untuk menyelesaikan tugasnya yang mendekati waktu pengumpulan.

Prokrastinasi akademik merupakan aktivitas yang menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas dengan melakukan beberapa aktivitas lain yang sebenarnya tidak perlu untuk dilakukan, dan akan

(33)

mengerjakan atau menyelesaikan tugas ketika mendekati tenggat waktu, yang akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman.

Perasaan tidak nyaman muncul karena mengerjakan sesuatu yang penting ketika mendekati tenggat waktu (Lay & Schouwenburg, 1993).

Tuckman (1990) mengemukakan bahwa prokrastinasi akademik merupakan hasil dari hilangnya kemampuan regulasi diri pada individu, kecenderungan untuk menunda dalam mengerjakan tugas akademik dengan melakukan aktivitas-aktivitas lainnya yang tidak penting, serta individu sering melewati batas waktu dalam mengerjakan tugas. Steel dan Klingsieck (2016) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai penundaan akademik yang dilakukan individu secara sukarela atau dengan kemauannya sendiri.

Berdasarkan beberapa definisi yang dipaparkan oleh beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa prokrastinasi akademik merupakan suatu perilaku dalam menunda-nunda memulai mengerjakan tugas maupun menyelesaikan tugas yang seharusnya segera diselesiakan dengan melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, sehingga tugas menjadi terhambat dan akan mengerjakan tugas ketika telah mendekati deadline sehingga akan menimbulkan perasaan yang tidak nyaman akibat mengerjakan tugas yang sudah mendekati deadline. Perilaku menunda-nunda tugas tersebut terjadi

(34)

untuk melakukan aktivitas lain dibandingkan mengerjakan tugas- tugas akademiknya, yang merupakan tanggung jawab mereka.

2.1.2 Dimensi Prokrastinasi Akademik

Tuckman (1991) mengemukakan bahwa terdapat 3 dimensi dalam prokrastinasi akademik yaitu sebagai berikut:

1. Tendensi Umum

Tendensi umum merupakan kecenderungan untuk membuang–buang waktu secara sia-sia dalam mengerjakan tugas maupun menyelesaikan tugas yang seharusnya segera diselesaikan tepat waktu. Tetapi, memilih untuk tidak mengerjakan ataupun menyelesaikan tugas dengan melakukan aktivitas lain yang tidak penting.

Individu yang melakukan penundaan dalam mengerjakan tugas akademik memahami jika tugas tersebut harus segera dikerjakan maupun diselesaikan. Tetapi, individu tersebut cenderung untuk tetap menunda dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas mereka, dan mencari kesibukan serta melakukan aktivitas lainnya yang tidak penting hanya untuk menunda dalam mengerjakan tugasnya.

2. Penghindaran Ketidaksenangan

Penghindaran ketidaksenangan merupakan kecenderungan untuk merasa keberatan dalam mengerjakan hal-hal yang tidak disukai dalam tugas yang harus dikerjakan. Serta jika

(35)

memungkinkan individu akan menghindari hal-hal atau tugas tersebut yang dianggap dapat mendatangkan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan untuk dirinya.

Individu ketika diberikan tugas yang tidak disukai dan dianggap sulit, maka individu tersebut cenderung untuk menunda dalam mengerjakan tugasnya. Bahkan individu akan melakukan penghindaran dalam mengerjakan atau menyelesaikan tugas yang tidak disukainya dan dianggap sulit tersebut karena mereka merasa tugas tersebut akan membuat mereka tidak nyaman dalam mengerjakannya.

3. Menyalahkan Sumber Eksternal

Menyalahkan sumber eksternal merupakan kecenderungan untuk menyalahkan pihak lain atau segala sesuatu yang ada diluar dirinya atas perilaku penundaan yang dilakukannya.

Karena individu beranggapan bahwa orang lain sangat mempengaruhi dalam menunda untuk mengerjakan sesuatu sehingga individu tidak mengerjakan tugasnya.

Menyalahkan orang lain juga merupakan suatu tindakan yang tidak bertanggung jawab. Dengan menyalahkan orang lain dapat membuat individu merasa bahwa hasil pekerjaan yang mereka dapatkan adalah pengaruh dari orang lain. Sehingga terkadang individu tersebut cenderung menyalahkan orang lain dan tidak

(36)

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prokrastinasi Akademik 1. Manajemen waktu

Penelitian yang dilakukan oleh Nisa, dkk (2019), menghasilkan bahwa secara signifikan manajemen waktu sangat berpengaruh terhadap prokrastinasi akademik. Hal tersebut semakin tinggi manajemen waktu maka semakin rendah prokrastinasi akademik dan semakin rendah manajemen waktu maka semakin tinggi prokrastinasi akademik. Manajemen waktu sendiri merupakan suatu kemampuan yang berkaitan dengan tindakan yang dipilih individu untuk memanfaatkan waktu sebaik-baiknya.

2. Dukungan Sosial

Dukungan sosial merupakan pemberian bantun atau kenyamanan kepada orang lain, biasanya untuk membantu mengatasi stres biologis, psikologis, dan sosial (American Psychological Association, 2015). Diketahui bahwa dukungan sosial dapat memengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif.

Hal tersebut berarti semakin tinggi dukungan sosial maka semakin rendah prokrastinasi akademik dan sebaliknya yaitu semakin rendah dukungan sosial maka semakin tinggi prokrastinasi akademik (Amelia dan Hadiwinarto, 2020; Kristy, 2019; Safitri, 2018).

(37)

Dukungan Sosial bisa didapatkan darimana saja, seperti melalui teman sebaya, keluarga. Dukungan sosial dari teman sebaya maupun keluarga dapat memotivasi mahasiswa untuk mendapatkan nilai yang baik dan menambah keyakinan untuk dapat menyelesaikan tugas akademik. Namun ketika kurangnya dukungan sosial yang didapatkan individu maka individu cenderung akan melakukan prokrastinasi akademik (Amelia dan Hadiwinarto, 2020; Kristy, 2019; Safitri, 2018).

3. Problematic Internet Use

Caplan (2010) mengemukakan bahwa problematic internet use merupakan suatu gejala-gejala dari perilaku dan kognisi yang berlebihan dalam penggunaan internet yang memiliki dampak buruk pada beragam bidang termasuk dalam bidang akademik dan sosial. Diketahui bahwa secara signifikan problematic internet use dapat memengaruhi prokrastinasi akademik. Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat problematic internet use maka, semakin tinggi pula tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah tingkat problematic internet use maka, semakin rendah pula tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa (Adiantoro dan Wulanyani, 2019; Purwanto dan Anggunani, 2018).

Problematic internet use ini menjadi salah satu tanda individu

(38)

kemampuannya untuk melaksanakan tugas di dunia nyata sehingga individu melarikan diri dari pekerjaannya menuju internet. Internet menyajikan berbagai distraktor menarik seperti mengirim pesan secara online, mengakses berita, mengakses berbagai macam hiburan yang menjadikan internet sebagai salah satu media untuk melakukan prokrastinasi akademik karena kecepatan dan kemudahan akses yang diberikan. Penggunaan internet yang berlebihan dapat mengakibatkan individu mengabaikan tugas yang seharusnya dikerjakan sehingga mengakibatkan perilaku prokrastinasi dan menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, seperti masalah fisik atau psikologis (Adiantoro dan Wulanyani, 2019; Purwanto dan Anggunani, 2018).

4. Regulasi Diri

Penelitian yang dilakukan oleh Fitriya dan Lukmawati (2016) menunjukkan bahwa regulasi diri memengaruhi prokrastinasi akademik secara negatif. Hal tersebut berarti bahwa semakin tinggi regulasi diri mahasiswa maka akan semakin rendah tingkat perilaku prokrastinasi akademik mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah regulasi diri mahasiswa maka semakin tinggi tingkat perilaku prokrastinasi akademik yang akan dilakukan mahasiswa.

Regulasi diri sendiri merupakan kontrol perilaku seseorang

(39)

melalui penggunaan pemantauan diri, evaluasi diri, dan penguatan diri (American Psychological Association, 2015).

Mahasiswa yang melakukan prokrastinasi akademik, pada dasarnya dikarenakan regulasi diri atau pengelolaan diri yang rendah. rendahnya regulasi diri akan menyebabkan seorang individu tidak mampu mengatur berbagai stimulus sehingga ketidakmampuan tersebut akan menghambat individu dalam menentukan sikap yang tepat untuk mengatasi berbagai stimulus yang muncul seperti tidak mampu menyelesaikan berbagai tugas akademik secara tepat dan maksimal, yang pada akhirnya akan berdampak pada nilai akademik (Fitriya dan Lukmawati, 2016).

2.1.4 Dampak Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi akademik menimbulkan berbagai dampak negatif jika dilakukan secara terus menerus. Dampak yang akan ditimbulkan prokrastinasi akademik yaitu:

1. Perilaku menunda tugas akan berdampak buruk pada prestasi akademik individu yaitu nilai akademik yang rendah dan bahkan akan mengalami ketidakberhasilan atau kegagalan dalam akademik seperti tidak lulus dalam mata kuliah. Jika individu terus melakukan perilaku menunda maka terdapat kemungkinan akan tidak lulus dalam menyelesaikan kuliahnya (Steel dan Klingsieck, 2016).

(40)

2. Perilaku menunda tugas akan berdampak pada psikologis individu yang berupa emosi negatif bagi individu. Emosi negatif akan mengakibatkan perasaan yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan seperti cemas, menyebabkan stress dan dapat memberikan pengaruh pada disfungsi psikologis individu karena akan menghadapi deadline. Emosi negatif ini dikhawatirkan dapat menghambat individu dalam menyelesaikan tugas akademik. Perilaku menunda ini juga berdampak pada kondisi fisik individu yaitu kesehatan (Steel dan Klingsieck, 2016).

3. Perilaku menunda juga dapat menyebabkan performa seseorang dapat menjadi buruk. Performa memungkin kemungkinan hubungan timbal balik, seperti kegagalan yang berhubungan dengan efikasi diri. Artinya, penundaan dapat menyebabkan kinerja yang lebih buruk yang akan menurunkan efikasi diri, dan akan menyebabkan lebih banyak penundaan (Steel, 2007).

2.1.5 Pengukuran Prokrastinasi Akademik

Terdapat beberapa alat ukur (skala) yang pernah digunakan untuk mengukur prokrastinasi akademik, yaitu sebagai berikut:

1. Tuckman Procrastination Scale (TPS)

Skala ini dibuat oleh Tuckman pada tahun 1991. Skala ini memiliki 16 aitem pernyataan, skala ini digunakan untuk mengukur perilaku prokrastinasi pada siswa maupun mahasiswa.

(41)

2. Procrastination Assesment Scale-Student (PASS)

Skala ini dibuat oleh solomon dan Rothblum pada tahun 1984.

Skala ini memiliki 38 aitem pernyataan, skala ini digunakan untuk mengukur perilaku prokrastinasi akademik yang subjek utamanya yaitu siswa.

3. General Procrastination Scale (GPS)

Skala ini dibuat oleh Lay pada tahun 1986. Skala ini memiliki 20 aitem pernyataan, skala ini digunakan untuk mengukur perilaku prokrastinasi pada siswa maupun mahasiswa.

4. The Aitken Procrastination Inventory (API)

Skala ini dibuat oleh Aitken pada tahun 1982. Skala ini memiliki 19 aitem pernyataan, skala ini digunakan untuk mengukur perilaku prokrastinasi pada individu yang melakukan prokrastinasi maupun individu yang tidak melakukan prokrastinasi.

5. Irrational Procrastination Scale (IPS)

Skala ini dibuat oleh Steel pada tahun 2010. Skala ini diadaptasi dari General Procrastination dengan 12 aitem pernyataan, kemudian Irrational Procrastination Scale muncul dengan 9 aitem pernyataan. Skala ini digunakan untuk mengukur perilaku prokrastinasi pada individu yang melakukan prokrastinasi maupun yang tidak melakukan prokrastinasi.

(42)

2.2 Problematic Internet Use

2.2.1 Definisi Problematic Internet Use

Caplan (2010) mengemukakan bahwa Istilah problematic internet use merupakan istilah untuk menunjukkan suatu gejala – gejala dari perilaku dan kognisi yang berlebihan dari individu dalam penggunaan internet secara berlebihan yang akan memberikan berbagai dampak-dampak buruk bagi individu dalam beragam bidang termasuk dalam bidang akademik dan sosial.

Hal ini juga selaras dengan pendapat yang dikemukakan oleh Davis (2001) bahwa problematic internet use merupakan suatu karakteristik dari bentuk penggunaan internet yang berbeda dan terkait dengan kognisi dan perilaku individu yang akan menimbulkan dampak negatif pada kehidupan. Dampak negatif yang akan di alami individu yaitu seperti sulit mengatur hidupnya, gangguan pada kehidupan sosialnya, serta permasalahan lainnya

Martin (1999) mengemukakan bahwa Problematic internet use merupakan penggunaan waktu internet oleh individu secara berlebihan untuk keperluan pribadi, yang akan menyebabkan terjadinya dampak buruk pada fisik maupun psikologi. Individu yang mengalami problematic internet use cenderung akan mengalami kegagalan atau ketidak berhasilan dalam menggunakan atau mengakses internet.

(43)

Beard dan Wolf (2001) mengemukakan probelmatic internet use sebagai penggunaan internet yang dapat menyebabkan kesulitan atau gangguan dalam kegiatan sosial, sekolah, dan psikologis dalam kehidupan sehari-hari individu. Sedangkan Shapira, Dkk (2000) mengemukakan bahwa problematic internet use dapat dicirikan dengan ketidakmampuan individu dalam mengontrol penggunaan internet, yang akan menimbulkan kesulitan dan disfungsi dalam kehidupan sehari-hari.

Caplan, Willian, dan Yee (2009) mengemukakan bahwa problematic internet use merupakan gejala kognitif, emosional yang mengakibatkan kesulitan dalam mengatur kehidupannya saat sedang offline. Caplan menyetujui jika problematic internet use bukanlah gangguan patologis, tetapi merupakan masalah perilaku dan kognitif.

Problematic internet use lebih mengarah pada konstelasi atau keadaan dari pikiran dan perilaku.

Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan oleh beberapa ahli, maka dapat disimpulkan bahwa problematic internet use merupakan penggunaan internet secara berlebihan yang mengakibatkan berbagai dampak negatif pada kehidupan sehari-hari individu dan berdampak pada akademik individu, serta individu mengalami kesusahan dalam mengontrol dirinya saat menggunakan internet.

(44)

2.2.2 Aspek Problematic Internet Use

Caplan (2010) mengemukakan bahwa terdapat 4 aspek dalam problematic internet use yaitu sebagai berikut:

1. POSI (Preference for Online Social Interaction)

POSI (Preference for Online Social Interaction) merupakan gejala kognitif yang sangat penting dari problematic internet use yang secara umum dapat dicirikan dengan keyakinan bahwa individu merasa aman, lebih efektif, lebih percaya diri, dan lebih nyaman berinteraksi interpersonal secara online dan berhubungan orang lain melalui internet atau secara online daripada dengan berinteraksi secara tatap muka atau secara langsung.

Perbedaan karakteristik kognitif individu dalam problematic internet use ini disebabkan oleh keyakinan individu dengan keadaan yang menurut individu tersebut lebih dapat dipercaya, aman, dan keadaan yang dapat membuatnya lebih nyaman berinteraksi dengan orang lain di internet, dibandingkan dengan berinteraksi dengan orang lain secara langsung.

2. Mood Regulation

Mood regulation atau regulasi suasana hati merupakan gejala kognitif umum dari problematic internet use yang mencerminkan motivasi individu untuk menggunakan internet dalam meningkatkan suasana hati. Individu menggunakan internet untuk mengurangi perasaan-perasaan yang tidak nyaman,

(45)

terisolasi atau gangguan emosi. Jadi, individu menggunakan internet karena adanya motivasi untuk meregulasi suasana hati negatifnya.

Hal tersebut menjadi problematic karena individu yang memiliki kecemasan dalam sosial cenderung akan memilih untuk berinteraksi secara online untuk berinteraksi dengan orang lain karena dengan begitu individu dapat mengurangi kecemasan mereka akan kehadiran dirinya dalam situasi interpersonal. Oleh karena itu, motivasi penggunaan internet untuk meregulasi suasana hati menjadi problematic karena saling berhubungan dengan preference for online interaction yang akhirnya akan membawa konsekuensi negatif seperti penarikan diri atau isolasi.

3. Deficient Self-Regulation

Deficient self-regulation atau kurangnya regulasi diri pada individu yang dikonseptualisasikan sebagai keadaan dimana individu secara kognitif akan merasa nyaman dengan menggunakan atau mengakses internet. Akibatnya individu selalu terobsesi untuk menggunakan internet dan mengalami perilaku yang agresif dalam menggunakan internet karena gagal dalam mengontrol perilakunya. Secara spesifk deficient self-regulation dibagi menjadi dua bagian yaitu sebagai berikut:

(46)

a. Cognitive preoccupation

Mengacu pada pola berpikir yang mendorong individu untuk terus menggunakan internet, seperti terdapat pemikiran jika seseorang tidak dapat berhenti untuk mengakses internet atau individu tidak dapat berhenti memikirkan apa yang terjadi di internet ketika individu tidak menggunakan atau mengakses internet.

b. Compulsive internet use

Merupakan keinginan individu untuk terus menggunakan atau mengakses internet, bahkan ketika individu tidak memiliki keperluan untuk menggunakan internet ia tetap mengakses internet. Individu akan mengalami kesulitan untuk mengontrol waktu yang dihabiskan untuk bermain internet, serta kesulitan untuk mengontrol penggunaan dalam menggunakan internet.

4. Negative Outcome

Negative outcome atau dampak negatif merupakan konsekuensi dari perilaku penyalahgunaan internet (Problematic internet use). Beberapa dampak negatif yang dialami biasanya seperti sulit mengatur hidupnya, gangguan pada kehidupan sosialnya, serta permasalahan lainnya.

(47)

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Problematic Internet Use 1. Self Esteem

Self esteem merupakan sejauhmana kualitas dan karakteristik yang terkandung dalam konsep diri individu dianggap positif (American Psychological Association, 2015). Diketahui bahwa self esteem memengaruhi problematic internet use secara negatif.

Hal tersebut berarti semakin rendah self esteem pada mahasiswa maka semakin tinggi problematic internet use pada mahasiswa.

Sebaliknya semakin tinggi self esteem pada mahasiswa maka semakin rendah problematic internet use pada mahasiswa (Ardiansyah, 2018).

Mahasiswa yang berada pada universitas terdiri dari beberapa individu yang berasal dari daerah yang berbeda-beda dengan karakteristik yang berbeda pula. Mahasiswa memulai interaksi sosialnya dengan bertemu teman-teman baru yang belum mereka kenal sebelumnya. Hal inilah yang dapat menimbulkan kecemasan dalam diri mahasiswa. Kecemasan sosial yang dialami mahasiswa, mengakibatkan mahasiswa cenderung akan menarik diri dari lingkungan nyata dengan membangun harga diri melalui dunia nyata, yaitu berinteraksi dengan orang lain tanpa harus tatap muka (Ardiansyah, 2018).

(48)

2. Kesepian

Kesepian (Loneliness) merupakan ketidaknyamanan afektif dan kognitif atau ketidaknyamanan karena menganggap diri sendiri atau menyendiri (American Psychological Association, 2015). Diketahui bahwa secara signifikan kesepian memengaruhi problematic internet use. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi kesepian yang dirasakan mahasiswa, maka semakin tinggi pula problematic internet use yang dialami mahasiswa. Sebaliknya, semakin rendah kesepian yang dirasakan mahasiswa, maka semakin rendah pula problematic internet use yang dialami mahasiswa (Rini, Abdullah, dan Rinaldi, 2020; Agusti dan Leonardi, 2015; Garvin, 2019).

Mahasiswa yang mengalami kesepian, terutama dengan emotional loneliness memanfaatkan internet untuk mengelola emosi dan perasaan negatif yang dirasakannya agar dapat menghilangkan kesepian yang dirasakannya namun hal tersebut menyebabkan masalah lain. Permasalahan lain yang timbul dapat berupa kesulitan untuk mengatur penggunaan internet, kesulitan untuk mengelola hubungan sosial yang sehat di dunia nyata, terganggunya aktivitas penting seperti akademik ataupun pekerjaan dan berkurangnya kualitas maupun kuantitas hubungan sosial dengan orang terdekat (Rini, Abdullah, dan Rinaldi, 2020;

Agusti dan Leonardi, 2015; Garvin, 2019).

(49)

3. Psychological Distress

Ridner (2004) mengemukakan bahwa psychological distress merupakan keadaan emosional yang tidak nyaman yang dialami individu sebagai respon terhadap stresor tertentu yang mengakibatkan bahaya baik secara permanen maupun sementara.

Diketahui bahwa psychological distress memengaruhi problematic internet use secara positif. Hal tersebut berarti semakin tinggi psychological distress pada mahasiswa maka semakin tinggi pula problematic internet use pada mahasiswa.

Mahasiswa menggunakan internet untuk mengurangi perasaan isolasi atau distres emosional, regulasi mood (Jatmika, 2020).

2.2.4 Dampak Problematic Internet Use

Caplan (2010) mengemukakan bahwa problematic internet use akan menimbulkan berbagai dampak negatif yaitu dari bidang akademik maupun sosial seperti berikut:

1. Pada penggunaan internet secara berlebihan juga akan berdampak pada individu, yaitu individu akan cenderung kurang mengontrol perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Seperti ketika individu bermain internet yaitu game online, ketika mereka diajak untuk berinteraksi maka individu akan menunjukkan perilaku agresif karena mereka terlalu fokus dalam bermain internet seperti game online. Selain itu dampak negatif

(50)

lainnya seperti kesulitan dalam mengatur waktu, aktivitas yang tertunda, serta dampak-dampak buruk lainnya

2. Pada bidang akademik problematic internet use akan berdampak pada perilaku penundaan yang dilakukan individu. Ketika individu terlalu berlebihan dalam menggunakan internet maka individu akan cenderung melupakan tugasnya dan akan menunda untuk mengerjakannya, serta dampak buruk lainnya yang akan terjadi ketika individu tidak mengerjakan tugasnya. Seperti halnya penelitian yang dilakukan oleh Purwanto dan Anggunani (2018), yang menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat problematic internet use, maka semakin tinggi pula tingkat prokrastinasi akademik yang dilakukan mahasiswa dalam menyelesaikan tugas akademiknya.

3. Adapun dampak buruk yang terjadi pada bidang sosial yaitu, ketika individu terus-menerus menggunakan internet secara berlebihan akan berdampak pada interaksi sosial individu, yaitu individu akan merasa lebih nyaman menggunakan internet dan berinteraksi dengan individu lainnya menggunakan internet.

Maka dari itu, individu akan lebih nyaman mengungkapkan perasaannya melalui media sosial dibandingkan bercerita dengan orang disekitarnya. Hal ini yang membuat individu terobsesi untuk terus menggunakan internet.

(51)

2.2.5 Pengukuran Problematic Internet Use

Terdapat beberapa alat ukur (skala) yang pernah digunakan untuk mengukur problematic internet use, yaitu sebagai berikut:

1. Generalized Problematic Internet Use Scale (GPIUS)

GPIUS adalah instrumen eksplorasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dimensi kognitif dan perilaku PIU, bersama dengan hasil negatifnya. Skala generalized problematic internet use scale (GPIUS) ini dibuat oleh Caplan pada tahun 2002. Skala generalized problematic internet use scale (GPIUS) ini terdiri dari 29 aitem pernyataan. Skala ini dibuat untuk mengukur prevalensi kognisi, perilaku dan hasil negatif yang terkait dengan problematic internet use.

2. Generalized Problematic Internet Use 2 Scale (GPIUS 2)

Skala generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS 2) ini dibuat oleh caplan pada tahun 2010 yang terdiri dari 15 aitem pernyataan. Skala ini dibuat untuk menyempurnakan GPIUS yang dikembangkan menjadi GPIUS 2 dengan penambahan aspek yaitu preference for online social (POSI) dan deficient self- regulation. Skala ini digunakan untuk mengukur problematic internet use pada individu.

(52)

2.3 Mahasiswa

2.3.1 Definisi Mahasiswa

Mahasiswa merupakan individu yang belajar di tingkat perguruan tinggi, baik di Universitas ataupun institut. Sebagaimana seperti yang tercantum dalam UU RI Nomor 12 Tahun 2012 yang membahas mengenai Pendidikan Tinggi Pasal 1 Ayat (1) yang berbunyi:

“Mahasiswa adalah peserta didik pada jenjang Pendidikan Tinggi“.

Selain itu mahasiswa juga didefinisikan sebagai kategori pemuda yang tercerahkan karena memiliki kemampuan intelektual yang tinggi (Sutrisman, 2019).

Mahasiswa merupakan gelar untuk setiap individu yang sedang menempuh pendidikan tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri dari sekolah tinggi, akademik, serta yang paling umum yaitu universitas. Mahasiswa berasal dari kosa kata yang berbeda, antara lain kata “Maha” yaitu untuk mewakili tingkatan tertinggi dari seorang siswa dan “Siswa” yang berarti peserta didik pada jenjang pendidikan tertentu (Rizki, 2018).

Gafur (2015) mengemukakan pendapatnya bahwa mahasiswa merupakan sekelompok orang dalam masyarakat yang telah memperoleh status karena keterkaitannya dengan perguruan tinggi.

Dalam masyarakat, mahasiswa masih merupakan calon intelektual atau intelektual muda yang merupakan aset bangsa yang paling berharga. Oleh karena itu mahasiswa diharapkan memiliki

(53)

pengetahuan luas dan memiliki kemampuan (skill), karakter yang lebih maju dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

Mahasiswa merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari masyarakat Indonesia, mahasiswa sebagai orang-orang intelektual dan masih muda tentu diharapkan akan sanggup dalam memilah- milah persoalan dengan kritis dan objektif. Pergaulan mahasiswa yang cenderung tidak membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan, kiranya dapat membantu untuk mengambil jarak dari persoalan-persoalan dan sanggup pula memberikan solusi-solusi yang dapat menolong semua orang (Yewangoe, 2009).

Berdasarkan beberapa definisi yang telah diuraikan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa manusia merupakan individu yag sedang menempuh pendidikan diperguruan tinggi yang nantinya akan menjadi penerus bangsa. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan yang luas, cara pandang yang lebih baik serta sikap dan perilaku yang sesuai dengan norma yang ada.

2.3.2 Mahasiswa Dalam Tinjauan Psikologi Perkembangan

Mahasiswa masuk dalam kategori perkembangan masa dewasa awal dalam tinjauan psikologi dengan rentang usia 18-25 tahun. Pada tahap dewasa awal dapat ditandai dengan ciri-ciri yaitu individu mengalami perubahan identitas seperti dari siswa menjadi mahasiswa. Individu cenderung akan berfokus pada dirinya sendiri,

(54)

kehidupannya sendiri serta mampu untuk berpikir, logis abstrak, idealistis, bertanggungjawab dan mampu membedakan hal yang baik dan buruk (Santrock, 2012).

Pada masa dewasa awal individu cenderung akan memiliki suasana hati yang tidak mudah berubah-ubah, serta individu akan lebih bertanggung jawab dan lebih jarang untuk terlibat dalam tindakan-tindakan yang sangat berisiko. Masa dewasa awal juga menjadi puncak kreativitas individu, serta seringkali di usia empat puluhan, lalu setelah itu kreativitas individu akan menurun (Santrock, 2012).

Papalia dan Feldman (2011) mengemukakan bahwa pada masa dewasa awal merupakan perubahan dramatis dalam hubungan pribadi. Individu pada masa dewasa awal mulai mengikuti norma sosial yang ada, membuka diri dan menunjukkan kemampuan bersosialisainya. Kebanyakan individu pada masa dewasa awal memiliki banyak teman, tetapi individu memiliki waktu yang terbatas untuk bersama temannya.

2.4 Pengaruh Problematic Internet Use Terhadap Prokrastinasi Akademik Pada Mahasiswa Di Kota Makassar

Mahasiswa merupakan individu yang belajar di tingkat perguruan tinggi, baik itu universitas maupun institut. Dalam masyarakat, mahasiswa masih merupakan calon intelektual yang merupakan aset bangsa yang sangat berharga. Oleh karena itu, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan

(55)

yang luas serta skill, dan karakter yang lebih maju dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya.

Pada tinjauan psikologi perkembangan mahasiswa termasuk dalam tahapan masa dewasa awal dengan usia 18-25 tahun. Mahasiswa dalam tahapan masa dewasa awal telah memiliki cara berpikir secara rasional, bebas, menggunakan logika dan emosi dalam berpikir, berpikir terbuka, mengeluarkan pendapat, menerima pendapat, dan mengekspresikan perasaan. Mahasiswa juga mampu untuk bertanggungjawab serta membedakan hal yang baik dan buruk.

Mahasiswa merupakan individu yang sudah beranjak dewasa dan sedang menempuh di Perguruan Tinggi. Berdasarkan peraturan Menteri RISTEK dan DIKTI No 44 Tahun 2015 tentang Standar Nasional Pendidikan Tinggi yaitu untuk memenuhi pencapaian pembelajaran pada mahasiswa lulusan program Strata 1, mahasiswa wajib menempuh beban belajar maksimum 7 tahun dalam masa studi. Menurut UU RI No 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi bahwa mahasiswa sebagai anggota Sivitas Akademika memiliki kesadaran diri untuk mengembangkan potensinya dengan melakukan pembelajaran.

Kedudukan mahasiswa sebagai seorang akademisi di Perguruan Tinggi akan selalu berhadapan dengan tugas yang bersifat akademik maupun non akademik. Adapun tugas akademik yang tidak terlepas dari tugas-tugas yang diberikan oleh dosen, sehingga mahasiswa diharuskan untuk dapat mengatur

(56)

kesukaran dalam mengatur waktu belajar, sibuk dengan melakukan aktivitas luar seperti organisasi yang akan membuat mahasiswa menunda-nunda tugas. Perilaku menunda-nunda tersebut disebut sebagai prokrastinasi akademik.

Tuckman (1991) mengemukakan bahwa prokrastinasi merupakan tindakan individu yang menghabiskan waktu untuk melakukan aktivitas yang tidak penting, menunda penyelesaian pekerjaan, dan tidak memulai aktivitas yang harus segera diselesaikan. Steel dan Klingsieck (2016) mendefinisikan prokrastinasi akademik sebagai penundaan akademik yang dilakukan individu secara sukarela atau dengan kemauannya sendiri.

Prokrastinasi akademik dapat menimbulkan berbagai dampak negatif jika dilakukan secara terus menerus. Seperti, akan berdampak buruk bagi prestasi akademik mahasiswa yaitu nilai akademik yang rendah dan bahkan tidak dapat lulus dalam mata kuliah, serta kemungkinan lainnya yang dapat terjadi yaitu mahasiswa tidak dapat menyelesaikan kuliahnya. Menunda mengerjakan tugas dapat berdampak pada psikologis individu yang berupa emosi negatif bagi individu.

Emosi negatif akan mengakibatkan perasaan yang tidak nyaman atau tidak menyenangkan seperti cemas, menyebabkan stress. Emosi negatif ini dikhawatirkan dapat menghambat individu dalam menyelesaikan tugas akademik. Perilaku menunda ini juga berdampak pada kondisi fisik individu yaitu kesehatan. Penundaan juga dapat menyebabkan kinerja yang lebih

Gambar

Tabel 3.1  Blue Print Skala Prokrastinasi Akademik ...........................  50  Tabel 3.2  Blue Print Generalized Problematic Internet Use Scale 2.
Tabel 3.1 Blue print skala prokrastinasi akademik
Tabel 3.2 Blue print Generalized problematic internet use scale 2 (GPIUS2)
Tabel 3.3   Blue  print  skala  generalized  problematic  internet  use  scale  2  setelah dilakukan uji coba
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hal menunda-nunda sering dikenal dengan istilah prokrastinasi yang sesuai dengan pendapat Santrock (2009) bahwa prokrastinasi akademik pada siswa adalah salah satu

Salah salah satu penyebab keterlambatan dalam menyelesaikan skripsi dikarenakan adanya perilaku menunda-nunda dalam area akademik atau yang dikenal dengan istilah

Berdasarkan pendapat di atas dapat dikatakan bahwa prokrastinasi akademik adalah suatu tindakan menunda yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang memulai atau

Hubungan antara kedua variabel ini bersifat positif, yang berarti semakin tinggi tingkat problematic internet use , maka semakin tinggi pula tingkat

Banyak mahasiswa yang mengerjakan skripsi melakukan prokrastinasi akademik. Salah satu cara menurunkan prokrastinasi akademik dengan pelatihan manajemen

Prokrastinasi akademik adalah perilaku yang cenderung menunda-nunda tugas secara sadar untuk melakukan hal lain yang tidak berhubungan dengan tugas yang ada, Sedangkan

Prokrastinasi merupakan penundaan yang dilakukan ketika merespon tugas akademik baik pada saat menyelesaikan, memulai ataupun menunda tugas yang dihadapi, terlambat mengerjakan tugas,

Berdasarkan hasil penelitian, bagi mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo yang bekerja agar lebih sadar tentang dampak prokrastinasi akademik dengan tidak menunda dalam mengerjakan