• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ruang Lingkup Akhlak

BAB III DESKRIPSI VARIABEL PENELITIAN

A. Konsep Akhlak Dalam Islam

3. Ruang Lingkup Akhlak

Dengan demikian, manusia dalam rangka mendekatkan diri kapada Dzat Yang Maha Kuasa atas dasar keyakinan dan agamanya, memerlukan pendidikan akhlak untuk mengantarkan dirinya ke tingkat kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat. Dari sini pula dapat dikatakan bahwa pendidikan akhlak merupakan panggilan suci dari Allah Swt dan Rasul-Nya yang wajib dipenuhi oleh manusia di dalam mencapai kesempurnaan hidup di dalam kehidupan nyata.

perbuatan yang yang mendatangkan ketenangan dan ketentraman hidup manusia tentulah perbuatan itu datang dari perintah Allah yang tidak bersebrangan dengan kebutuhan fitrah manusia karena pada dasarnya manusia menyukai hal-hal yang menurut fitrahnya baik seperti jujur,amanah,rasa tanggungjawab dan berbuatan baik lainnya, sementara perbuatan jahat seperti membunuh,mencuri dan perbuatan tercela lainnya dapat menimbulkan kerusakan dalam hidup manusia bahkan perbuatan jahat juga dapat menimbulkan kemerosotan iman serta terganggunya keseimbangan alam.

2) Bersyukur atas nikmat Allah, Bersyukur artinya merasa senang karena memperoleh kenikmatan dari Allah SWT, kemudian menambah semangat dalam beribadah kepada Allah, hatinya bertambah iman dan makin banyak berdzikir kepada Allah. Orang yang salah dalam menggunakan kenikmatan, yaitu untuk mengikuti hawa nafsu dianggap kufur yakni mengingkari kenikmatan yang telah diberikan Allah kepadanya. Orang seperti ini akan diberi siksa oleh Allah dengan adzab yang pedih. Nikmat yang di berikan Allah kepada manusia sejatinya adalah sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah karna itu tidak ada alasan bagi manusia untuk mengingkari nikmat yang di berikan Allah.

3) Bertawakal kepada Allah, Tawakal menurut ajaran Islam adalah menyerahkan diri kepada Allah SWT sesudah bekerja dan berusaha keras.

Sebagai contoh ialah orang yang meletakan sepeda di depan rumah.

Sesudah sepeda itu di kunci rapat, maka ia sudah dinamakan tawakal. Artinya andai kata setelah dikunci masih juga hilang dicuri orang, maka ia sudah disebut tawakal sebab sudah berusaha agar tidak hilang.

Bertawakkal Kepada Allah bukannya menyerahkan sepenuhnya urusan kepada Allah tanpa berbuat apa-apa melainkan mengusakan segenap tenaga agar bisa mencapai apa yang di inginkan sembari sambil berdoa kepada Allah agar dirinya di berikan kekuatan untuk mudah menyelsaikan setiap persoalan yang di hadapi, dengan memahami tawakkal seperti ini akan membuat manusia termotivasi untuk mencapai apa yang di cita- citakan.

b. Akhlak terhadap sesama manusia.

Manusia sebagai mahluk sosial tidak lepas dari hubungan dengan manusia lainnya. Akhlak terhadap sesama manusia antara lain meliputi akhlak pada manusia yang mengandung unsur kemanusiaan yang harmonis sifatnya. Allah melarang perbuatan jahat yang merugikan kepada orang lain. Juga melarang orang mengada-adakan yang semestinya tidak pada tempatnya bagi Allah, Sebagaimana yang di firmankan Allah dalam QS.Al-A‟raf ( 7 : 33 )





























































Terjemahnya:

”Katakanlah“Tuhanku hanya mengharamkan perbuatan yang keji, baik yang namppak maupun yang tersembunyi, dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan sesuatu yang Allah tidak menurunkan hujah untuk itu dan

(mengharamkan) mengada-adakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.

Akhlak terhadap sesama manusia ini merupakan penjabaran dari akhlak terhadap makhluk sebagaimana dituliskan diatas. Terdapat banyak sekali perincian yang dikemukakan dalam al-Quran atau hadits berkaitan dengan sikap dan perbuatan terhadap sesama manusia, Diantaranya:

1) Berucap dengan ucapan yang tidak menyakiti perasaan, ucapan yang baik dan benar (sesuai dengan lawan bicara), sebagaimana yang di firmankan Allah dalam QS.Al-Baqaroh ( 2: 263)

























Terjemahnya:

“Perkataan yang baik dan pemberian ma`af, lebih baik dari sedekah yang diiringi sesuatu yang menyakitkan (perasaan penerima). Allah Maha kaya lagi Maha penyantun”.

2) Mendahulukan kepentingan orang lain, sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Hasyr ( 59: 9)

















Terjemahnya:

“Dan mereka mengutamakan (orang-orang muhajirin), atas diri mereka”

3) Bertanggung jawab sebagaimana yang di firmankan Allah dalam QS.Al- Israa ( 17: 15 )













Terjemahnya:

”Dan seseorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain.

Tentunya masih banyak lagi dalam al-qur‟an yang menjelaskan perintah untuk menjalin hubungan yang baik kepada sesama manusia, seperti amanah, kasih sayang, mengembangkan harta anak-anak yatim ,saling menolong, memaafkan, membalas kejahatan dengan kebaikan, mengajak kepada kebaikan dan melarang kejahatan dan lain-lain.

Muhaimin dkk, (1993:74) Adanya hubungan dengan sesama manusia, terdapat hak dan kewajiban masing-masing yaitu amar ma‟ruf nahi munkar.

Antara sesama manusia wajib mengajak kepada perbuatan yang baik dan mencegah segala perbuatan yang keji dan munkar, sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran (3: 104)































Terjemahnya:

“hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma‟ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.

Kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa muslim yang satu dengan muslim lainnya mempunyai tanggungjawab dalam menyebarkan risalah agama untuk saling menasehati tentang hal kebaikan dan memberikan pengajaran tentang mana yang halal dan haram kepada saudara sesama muslim sehingga terciptalah kedamaian dan ketentrama di tengah-tengah umat hal tersebut bisa dilakukan baik dengan memberi salam jika bertemu kepada sesama muslim atau dengan memberikan senyuman.

c. Akhlak Terhadap Lingkungan

Manusia ditunjuk sebagai wakil Tuhan di bumi, manusia diberi amanat untuk mewujudkan kemakmuran di bumi dengan kekuasaannya yang kreatif. Dengan kreativitas yang dimilikinya, memungkinkan manusia mengolah dan memberdayakan alam untuk kepentingan hidupnya. Namun perlu diingat bahwa pemberdayaan lingkungan jangan sampai merusak lingkunganya sendiri.

Pada dasarnya akhlak yang diajarkan al-Qur‟an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai kholifah. Kekholifahan mengandung arti pengayoman, pemeliharaan serta bimbingan agar setiap mahluk mencapai tujuan penciptaannya. Kekholifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam sehingga terciptalah keseimbangan pada alam yang berdampak pada terjaganya lingkungan dari bencana alam sehingga manusia hidup dalam kedamain penuh rahmat. sebagaimana yang di firmankan Allah dalam QS Al- Jatsiyah (45: 13)



































Terjemahnya:

“Dan Dia (Allah) menundukkan untuk kamu semua yang ada di langit dan di bumi semuanya (sebagai rahmat ) dariNya sungguh hal yang demikian itu benar-benar tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berpikir”.

Kandungan ayat di atas menjelaskan bahwa alam raya telah ditunjukkan Allah untuk manusia. Manusia dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya.

Hubungan manusia dengan alam sekitar akan selaras apabila tercipta suatu hubungan

yang harmonis antara manusia dengan alam. Manusia tidak diperkenankan berlaku semena-mena terhadap makhluk lain, seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan.

Manusia berhak mengelola bumi sebagai alat untuk mensejahterakan masyarakat dalam aspek kehidupan, serta dalam rangka mengabdi kepada Allah.

Masy‟ari, (1990:51) Untuk menjaga kelestarian lingkungan hidup, baik dengan jalan membangun, memakmurkan maupun mensejahterakan isi bumi adalah tugas suci setiap muslim dari Allah SWT

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT. dalam QS.Hud (11: 61)













Terjemahnya:

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya”.

Memakmurkan bumi Allah dan alam sekitarnya adalah termasuk akhlak yang baik yang dilakukan terhadap lingkungan, sekalipun lingkungan itu berwujud alam flora dan fauna (alam tumbuh- tumbuhan dan binatang).

Sebaliknya merusak lingkungan alam sekitar adalah perbuatan yang dilarang oleh agama. Hal ini seperti disebutkan dalam firman Allah dalam QS.Al-A‟raf (7:

85)



























Terjemahnya:

“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Allah memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu betul- betul orang-orang yang beriman”.

Dalam ayat di atas dengan jelas Allah melarang membuat kerusakan di muka bumi ini, namun kemajuan ilmu dan teknologi yang seharusnya dipergunakan untuk menjaga kelestarian alam justru dijadikan alat untuk membuat kerusakan di bumi ini.

akibatnya semua fasilitas bumi yang seharusnya dapat memberikan kesejahtraan hidup manusia justru sebaliknya menjadi ancaman bahkan terkadang menjadi bencana.semua itu terjadi karena tidak adanya kesadaran manusia untuk ikut andil melestarikan serta menjaga keseimbangan alam.