• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDEKATAN JALUR PARALEGAL DALAM PROSES PERUBAHAN KEBIJAKAN

1. SOP 2. Struktur

Organisas i

Sumber : Teori EDWARD III dalam Winarno (2012:177)

Lingkup penelitian dalam

penelitian ini adalah berpedoman kepada teori Edwards III yang secara garis besar menggambarkan tentang komunikasi, sumber daya, disposisi, dan struktur organisasi hang terjadi di daerah tempat penelitian.

c. Sumber Data

Sumber data terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder.

Dalam Arikunto (2010:172) menjelaskan bahwa sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data tersebut diperoleh. Kemudian mengkalsifikasikan sumber data tersebut menjadi 3 P (Person, Place, and Paper) yaitu sebagai berikut:

1. Person (orang)

Orang merupakan sumber data yang dapat memberikan data yang dapat

memberikan data yang berupa jawaban lisan melalui wawancara ataupun jawaban tertulis melalui angket atau kuisioner. Orang yang dimaksud dalam penelitian disini adalah pihak-pihak yang menjadi sumber data karena dianggap terkait dengan masalah penelitian sehinggan dapat memberikan informasi yang diperlukan. Adapun yang menjadi informan dalam wawancara adalah : - Kepala Bidang Pengembangan

Wilayah Bappeda Kota Padang - Kepala Bidang Pertanaman Dinas

Kebersihan Pertamanan Kota Padang,

- Kepala Bidang Pemetaan Dinas Tata Ruang Tatat Bangunan Kota Padang,

- Sekretaris Dinas Tata Ruang Tatat Bangunan Kota Padang,

- Kepala Sub Bidang Tata Ruang Bappeda Kota Padang,

- Masyarakat.

2. Place (tempat)

Tempat yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam atau bergerak. Dalam penelitian ini tempat yang dimaksud adalah seluruh wilayah yang ada dalam perencanaan ruang terbuka hijau di Kota Padang, dan Bappeda Kota Padang.

3. Paper (dokumen)

Dokumen yaitu sumber data yang menyajikan data atau tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar atau simbol-simbol lainnya. Dalam

penelitian ini dokumen yang dimaksud berupa profil Kota Padang dan

peraturan-peraturan yang menyangkut dengan penyediaan ruang terbuka hijau.

d. Teknik Pengumpulan Data

Dalam Sugiyono (2009:224) teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuisioner, dokumentasi, dan

gabungan keempatnya. Untuk memperoleh data yang relevan, peneliti menggunakan tekni pengumpulan data berupa observasi (pengamatan), wawancara (interview) dan dokumentasi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian berisikan data dan fakta yang ditemukan oleh peneliti di lokasi penelitian yaitu Kota Padang yang didukung dengan data yang diperoleh dari badan dan dinas-dinas teknis terkait di Kota Padang yaitu Bappeda Kota Padang, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang, dan dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Padang.

Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2010-2030 merupakan hasil penyesuaian atau revisi dari RTRW 2008- 2028 sebelumnya yang menyesuaikan dengan keadaan situasi kondisi wilayah dengan pasca bencana gempa bumi pada tahun 2009. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2010-2030 merupakan acuan arah pembangunan di Kota Padang. Salah satu yang terkait dengan dalam kebijakan RTRW adalah mengenai penyediaan ruang terbuka hijau mencapai kebutuhan minimal 30% dari luas wilayah untuk perkotaan.

Dalam peraturan daerah ini disebutkan untuk pengembangan ruang terbuka hijau untuk fungsi ekologi, fungsi ekonomi maupun fungsi sosial budaya baik privat maupun publik yang dapat meningkatkan kualitas kenyamanan ruang kota. Strategi yang dilakukan antara lain:

a. Menyediakan ruang terbuka hijau publik sebesar 20%, yang meliputi lahan pemakaman, taman kota, danau/waduk dan ruang terbuka hijau koridor jalan,

b. Menetapkan angka koefisien dasar hijau pada setiap

pengembangan ruang untuk menjamin ketercukupan ruang terbuka hijau privat sebesar 10%,

c. Menjamin ketersediaan lahan bagi pengembangan kegiatan rekreasi ruang luar bagi penduduk kota.

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan Permen PU Nomor 5 tahun 2008 tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan RTH di Kawasan Perkotaan disebutkan bahwa RTH adalah area memanjang/jalur dan atau mengelompok, yang penggunaannya lebih bersifat terbuka, tempat tumbuh tanaman, baik yang alamiah maupun sengaja ditanam, dengan luas minimal 30%

dari luas wilayah dimana terbagi atas 20%

RTH publik dan 10 % RTH Privat.

Kota Padang memiliki beberapa ruang terbuka hijau yang berupa tanaman dan hutan kota, RTH fungsi tertentu, RTH jalur hijau jalan, RTH hutan lindung dan sabuk hijau. Sedangkan RTH privat yang ada di Kota Padang berupa taman lingkungan perumahan, taman lingkungan kantor dan taman lingkungan industri. Beberapa RTH yang ada di Kota Padang dikelola oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padan.

Berdasarkan data Bappeda Kota Padang kebutuhan RTH Kota Padang dibagi atas perhitungan kebutuhan RTH berdasarkan Luas Wilayah Administrasi Kota Padang Menurut Undang-Unadang Nomor 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 dengan rincian sebagai berikut:

Tabel

Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Kota Padang Menurut Undang-

Unadang Nomor 26 Tahun 2007 N

o K ot a

L ua

s

Ketersed iaan RTH

Standar Kebutu

han

Kekura ngan Penyed

( H a)

(Ha) RTH (Ha)

iaan RTH

(Ha) RT

H Pu bli k

RT H Pri vat

RT H Pu bli k

R T H Pr iv at

R T H P u bl ik

RT H Pri vat

1 Pa da ng

69 .4 96

48.

07 6,8 3

2.4 44, 84

13.

89 9,2

6.

94 9, 6

- 4.5 04, 76 Total

(Ha) 69 .4 96

48.

07 6,8 3

2.4 44, 84

13.

89 9,2

6.

94 9, 6

- 4.5 04, 76 Sumber : Hasil Perhitungan dan Analisis Bappeda Kota Padang

Tabel

Kebutuhan RTH Berdasarkan Luas Wilayah Kota Padang Menurut Peraturan

Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 N

o K ot a

L ua

s ( H a)

Keterse diaan RTH (Ha)

Standar Kebutu

han RTH

(Ha)

Kekuran gan Penyedi

aan RTH

(Ha) RT

H Pu bli k

RT H Pri vat

RT H Pu bli k

R T H Pr iv at

RT H Pu bli k

RT H Pri vat

1 Pa da ng

69 .4 96

7.3 21, 85

2.4 44, 84

13.

89 9,2

6.

94 9, 6

6.5 77, 35

4.5 04, 76 Total

(Ha) 69 .4 96

7.3 21, 85

2.4 44, 84

13.

89 9,2

6.

94 9, 6

6.5 77, 35

4.5 04, 76 Sumber : Hasil Perhitungan dan Analisis Bappeda Kota Padang

Berdasarkan hasil analisisi tersebut dapat dilihat bahwa jika mengacu kepada Undang-Unadang Nomor 26 Tahun 2007 jumlah RTH publik seluas 48.076,83 Ha sedangkan standar kebutuhan sebesar 13.899,2 Ha (20% dari luas wilayah), maka dapat disimpulkan bahwa RTH publik sudah melebihi standar. Sedangkan RTH privat seluas 2.444,84 Ha (3,52%) dengan standar kebutuhan 6.949,6 Ha (10% dari luas wilayah), maka untuk memenuhi standar kebutuhan memerlukan penambahan sebesar 4.504,74 (6,48%).

Jika mengacu kepada Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 kondisi RTH publik seluas 7.321,85 Ha (10,53%), sedangkan standar kebutuhan 13.899,2 Ha (20%) maka diperlukan penambahan sebesar 6.577,35 Ha (9,47%). Sedangkan RTH privat seluas 2.444,84 Ha (3,52%) dengan standar kebutuhan 6.949,6 Ha (10% dari luas wilayah), maka untuk memenuhi standar kebutuhan memerlukan penambahan sebesar 4.504,74 (6,48%).

Terjadinya perbedaan luas RTH publik dalam Undang-Unadang Nomor 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 dikarenakan dalam Undang- Unadang Nomor 26 Tahun 2007 dan Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 tidak menghitung/mencantumkan hutan lindung, kawasan suaka lama, dan kawasan bergambut sebagai RTH publik.

Untuk mencukupi kekurangan rth saat ini, maka pemerintah Kota Padang mengeluarkan Kebijakan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Padang Tahun 2010-2030 yang termuat dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 yang didalamnya terdapat upaya dalam meningkatakan RTH.

Ruang terbuka hijau yang ditetapkan sebagai kawasan lindung adalah ruang terbuka hijau publik meliputi taman kota yang terdapat di 31 lokasi, ruang terbuka hijau fasilitas lingkungan dikembangkan untuk tingkat kecamatan dan kelurahan hingga RT, ruang terbuka hijau koridor jalan, dan tempat pemakaman umum.

Selain itu, terdapat program pengembangan ruang kota hijau (P2RKH) guna mewujudkan tercapainya ruang perkotaan yang lebih berkualitas melalui upaya perencanaan yang baik dan percontohan perwujudan 8 atribut kota secara terpadu sesuai amanat Undang- Unadang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Program ini merupakan sinergi dari pemerintah pusat yakni melalui Direktorat Jendral Penataan Ruang Kementerian Pekerjaan Umum.

Pelaksanaaan program pengembangan ruang kota hijau (P2RKH) di Kota Padang yakni dengan menetapkan 8 atribut kota hijau melipiti: a. Perencanaan dan perancangan hijau, b. Ruang terbuka hijau, c. Komunitas hijau, d.

Bangunan hijau, e. Sampah hijau, f.

Transportasi hijau, g. Energi hijau, h. Air hijau.

Pemerintah Kota Padang melalui melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Pemerintah Provinsi Suametara Barat telah mengikuti program program pengembangan ruang kota hijau (P2RKH) bersama 25 kota lainnya di Indonesia.

Pengembangan kota hijau ini merupakan penjabarab dari Undang-Unadang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dalam uapaya perwujudan 30% dari luas kota sebagai Ruang Terbuka Hijau.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Sekretaris Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Padang terkait program P2RKH dijelaskan bahwa program tersebut telah berjalan dari tahun 2012 sampai 2014. Selama 3 tahun berjalan dalam pembuatan taman muaro lasak telah menambah luas rth di Koata Padang sebanya 5 Ha (4 Ha untuk rth publik dan 1 Ha untuk rth privat).

Jika melihat capaian dari program P2RKH maka terdapat peningkatan sebanyak 1,63 Ha/tahun. Berdasarkan capaian tersebut maka kebutuhan rth jika mengacu pada Undang-Unadang Nomor 26 Tahun 2007 di Kota Padang akan dapat terpenuhi sesuai jangka waktu kebijakan RTRW

2010-2030, namun jika memenuhi kebutuhan rth mengacu pada Peraturan Menteri PU Nomor 5 Tahun 2008 maka akan melebihi dari jangka waktu tersebut.

Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Padang ibu Yeni Yuniza.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan menunjukan bahwa implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang telah dilaksanakan dengan cukup baik.

Implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat dilihat dalam berdasarkan teori Edwar III mencakup dimensi komunikasi, disposisi, sumber daya dan struktur organisasi.

Komunikasi dalam implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat telah dilakukan kepada seluruh instansi terkait dan masyarakat. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap Kepala Bidang Pengembangan Wilayah Bappeda Kota Padang menjelaskan bahwa komunikasi dilakukan melalui Fokus Grub Diskusi (FGD) yang melibatkan seluruh instansi terkait seperti Dinas Tata Ruang Tata Bangunan, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, Dinas Pekerjaan Umumm, Bapedalda, Dispenakbunhut, Pengembang Perumahan, Perwakilan Perguruan Tinggi Kota Padang, dan Organisasi Wahana Lingkungan Hidup (WALHI). Selain itu penmberian informasi juga dilakukan melalui penyediaan Peta Pola Ruang Kota Padang di setiap kecamatan. Selain itu untuk sosialisasi program P2RKH pemerintah Kota Padang memasang baliho/iklan yang berlokasi di Taman Muaro Lasak.

Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat disekitar Taman Muaro Lasak terkait sosialisasi program P2RKH menyatakan bahwa masyarakat

mengetahui program tersebut karena ada sosialisasi dan rapat sebelum pelaksanaan program.

Untuk meningkatkan luas RTH privat di Kota Padang, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pemetaan Dinas Tata Ruang Tata Bangunan Kota Padang menjelaskan saat ini dinas TRTB memiliki program penerapan KDH (Koefisien Dasar Hijau) untuk setiap pemberian izin bangunan di Kota Padang. Ketika pengkaflingan saat mendirikan bangunan selalu disampaikan bahwa setiap 30%

harus ada Fasum, Fasos, RTH, dan TCP.

Untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam menjaga RTH di kota padang terdapat baliho dan pamflet berupa himbauan untuk menjaga RTH di Kota Padang.

Kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang telah berjalan dengan konsisten melalui program nyata dan kejelasan kebijakan ditunjukan dengan adanya materi teknis dimana lokasi yang akan dijadikanRTH di Kota Padang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi dalam Implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat telah dilaksanakan dengan baik sehingga dapat memberitahukan seluruh instani terkait dan masyarakat.

Sumber daya yang terdapat dalam implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat meliputi aparatur/staf, informasi dan fasilitas. Instansi yang terlibat dalam mplementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau adalah Bappeda dalam perencanaan, Dinas TRTB dalam penerbitan izin/pengawasan dan pengendalian, dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam pengelolaan dan pemeliharaan.

Berdasrkan wawancara dengan Kepala Bidang Pengembangan Wilayah Bappeda menjelaskan komposisi pegawai di

Bappeda berjumlah 51 orang dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 25 orang, S1 21 orang dan SLTA 5 orang. Untuk jabatan struktural dijabat oleh aparatur yang tingkat pendidikan S2. Sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik.

Berdasrkan wawancara dengan Kepala Bidang Pemetaan Dinas TRTB dalam menjalankan tugas dan fungsi pada Dinas TRTB, terdapat 48 aparatur dimana setiap aparatur telah melakuakan tugas dengan baik, namun dalam melaksanakan fungsi pengawasan langsung ke lapangan masih sangat terbatas karena kendala saran dan prasarana. Terdapat permasalahan dalam hal pengawasan yaitu kurangnya jumlah aparat mengingat luasnya wilayah Kota Padang.

Berdasrkan wawancara dengan Kepala Bidang Pertanaman Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang menyebutkan bahwa Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang memiliki 45 aparatur, namun mengingat luasnya daerah Kota Padang sehingga dalam pengelolaan rth membutuhkan waktu yang lama.

Dalam melaksanakan program P2RKH, Pemerintah Kota Padang mengeluarkan Keputusan Walikota Nomor 89 Tahun 2013 tentang Tim Pelaksanaan Kegiatan Swakelola Pelaksanaan Pemanfaatan Ruang Kota Hijau.

Selain itu penyebarluasan informasi dalam implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat dilakukan dengan baik melalui berbagai cara melalui pemberian peta pola ruang, pemasangan iklan, pemicuan di komunitas dan sekolah, kampanye di media dan radiospot.

Untuk fasilitas mencakup sarana dan prasarana dalam kegiatan pengelolaan dan penyediaan RTH antara lain: bantuan APBN untuk kegiatan P2RKH, APBD Kota Padang, dan kerja sama dengan pihak ke III. Untuk dana APBN dalam program P2RKH pembangunan taman muaro lasak sebesar 500 Juta Rupiah. Untuk

pengelolaan RTH setiap tahunnya Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang pada tahun 2015 mencapai 1 Miliar.

Menganai disposisi berkaitan dengan sikap dan perilaku serta komitmen pelaksana dalam implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Bidang Pertamanan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Padang menjelaskan bahwa bukti komitmen pemerintah sangat kuat adalah dengan meningkatnya anggaran setiap tahun dalam pengelolaan RTH, dan adanya piagama komitmen kota hijau.

Mengenai struktur birokrasi dalam implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang Provinsi Sumatera Barat melibatkan beberapa instasi yakni Bappeda dalam hal perencanaan pembangunan RTH, Dinas TRTB dalam hal pengawasan RTH, dan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dalam hal peningkatan dan pemeliharaan RTH serta bantuan pembangunan RTH oleh pihak ke III berupa dana CSR.

Selain itu, terdapat beberapa permasalahan dalam implementasi kebijakan rencana tata ruang wilayah dalam penyediaan ruang terbuka hijau di Kota Padang diantaranya;

terbatasnya jumlah aparatur dalam melakukan pengawasan, masih rendahnya kesadaran masyrakat akan RTH, terbatasnya anggaran dana, dan kendala dalam pembebasan lahan.

Untuk mengatasi masalah tersebut pemerintah Kota Padang melakukan beberapa upaya diantaranya melakukan sosialisasi ke masyarakat melalui Aksi Kota Hijau, dan meningkatkan sarana dan prasarana dalam pengelolaan RTH berupa pembelianmobil tingkat untuk pemeliharaan taman di sepanjang median jalan.

3. PENUTUP