• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECAMATAN KELILING DANAU KABUPATEN KERINCI

1.5. Tinjauan Pustaka 1. Landasan teori

1.1.5.2. Implementasi

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster yang dikutip oleh Solichin Abdul Wahab adalah “Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide

the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu)”(Webster dalam Wahab, 2004:64).

Secara sederhana Implementasi dapat di artikan pelaksanaan atau penerapan.

Majone dan Wildavsky , Nurdin , Usman (2004 :70) mengumukakan Implementasi sebagai Evaluasi. “Implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”.

Pengertian Implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukan oleh Mclaughin dalam Schubert (2002 :70) mengemukakan bahwa “Implementasi adalah sistem rekayasa”.

Pengertian diatas memperlihatkan bahwa kata Implementasi bermuara pada kativitas, adanya aksi, tindakan atau mekanisme suatu sistem. Ungkapan Mekanisme mengandung arti bahwa Implementasi bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang terencana dan dilakukan secara sunggu-sungguh berdasarkan acuan norma tertentu untuk mencapai tujuan kegiatan.

Implementasi sebagai suatu proses tindakan Administrasi dan Politik.

Pandangan ini sejalan dengan pendapat Peter S. Cleaves dalam bukunya Solichin Abdul Wahab (2008;187), yang secara tegas menyebutkan bahwa: Implementasi itu mencakup “a process of moving toward a policy objective by means of administrative and political steps”

(Cleaves, 1980).

Menurut Ripley (2012:69) mengatakan bahwa ukuran keberhasilan implementasi tidak hanya dilihat dari segi kepatuhan para implememnter dalam mengikuti namun demikian juga diukur dari keberhasilan mereka dalam merealisasikan tujuan- tujuan kebijakan yang wujud nyatanya berupa muncul dampak kebijakan. Artinya, kepatuhan

para implementer dalam

mengimplementasikan kebijakan sesuai dengan alat ukur keberhasilan implementer.

Berdasarkan beberapa definisi yang disampaikan para ahli diatas, penulis menyimpulkan Implementasikan merupakan suatu kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh pelaksanaan kebijakan dengan harapan akan memperoleh suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran dari sutau kebijakan itu sendiri.

Implementasi kebijakan sebagai suatu proses yang dinamis,dimana terdapat banyak faktor yang saling berintereaksi dan mempengaruhi implementasi kebiajakan .

Menurut Geoorge C. Edward (2011:96) terdapat 3 faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan Implementasi kebijakan yaitu:

1.Komunikasi (communication)

Merupakan proses penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan,yang artinya proses penyampaian informasi kebijakan dari pembuat kebijakan kepada pelaksana kebijakan.

2.Sumber daya ( Resources)

Merupakan segala sumber yang dapat digunakan untuk mendukung segala keberhasilan impleemtasi.

3.Disposisi (Dispotision)

Merupakan perilaku atau karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan implementasi kebijakan.

Secara garis besar, beliau mengatakan bahwa fungsi implementas itu ialah untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan ataupun sasaran-sasaran kebijakan publik diwujudkan sebagai outcome hasil akhir kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah.

Sebab itu fungsi implementasi mencakup pula penciptaan apa yang Dalam ilmu kebijakan public disebut “policy delivery system” (sistem penyampaian/penerusan

kebijakan publik) yang biasanya terdiri dari cara-cara atau saran-sarana tertentu yang dirancang atau didesain secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan dan sasaran-sasaran yang dikehendaki.

Secara sederhana implementasi bisa diartikan pelaksanaan atau penerapan.

Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa

”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004).

Berkaitan dengan faktor yang mempengaruhi implementasi kebijakan suatu program, Suharsono, mengutip pendapat G. Shabbir Cheema dan Dennis A. Rondineli (2006) mengemukakan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi implementasikebijakan program-program pemerintah yang bersifat desentralistis.

Faktor-faktor tersebut diantaranya:

1. Kondisi lingkungan

Lingkungan sangat mempengaruhi implementasi kebijakan, yang dimaksud lingkungan ini mencakup lingkunagan sosio kultural serta keterlibatan penerima program.

2. Hubungan antar organisasi

Dalam banyak program, implementasi sebuah program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain.

Untukitu diperlukan koordinasi dan kerjasama

antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

3. Sumber daya organiasasi untuk implementasi program

Implementasi kebijakan perlu di dukung sumber daya baik sumberdaya manusia (human resource) maupun sumber daya non-manusia (non human resources).

4. Karakteristik dan kemampuan agen pelaksana

Yang dimaksud karakteristik dan kemempuan agen pelaksana adalah mencakup

struktur birorasi, norma-norma, dan pola-

pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya itu akan

mempengaruhi implementasi suatu program. Suharsono,(2005:16).

Sedangkan menurut Burch (2002:28), implementasi sistem didefinisikan sebagai “suatu implementasi yang terdiri dari rencana implementasi sistem dan pelaksanaan sistem yang menggambarkan tugas-tugas yang diperlukan dalam pengimplementasikan suatu sistem”.

Jadi berdasarkan pengertian di atas, implementasi biasanya menunjukkan seluruh upaya perubahan melalui sistem baru. Sistem di buat untuk memperbaiki atau meningkatkan pemprosesan informasi.

Setelah dirancan, sistem diperkenalkan dan diterapkan kedalam organisasi pengguna.jika sistem yang diterapkan itu digunakan oleh anggotanya maka pelaksanaan sistem dapatdikatakan berhasil.

1.6.1.3. PNPM-MP

PNPM Mandiri adalah program nasional penanggulangan kemiskinan terutama yang berbasis pemberdayaan masyarakat. Pengertian yang terkandung mengenai PNPM Mandiri adalah :

1. PNPM Madiri adalah program nasional dalam wujud kerangka kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. PNPM Mandiri dilaksanakan melalui harmonisasi dan pengembangan sistem serta mekanisme dan prosedur program, penyediaan pendampingan dan pendanaan stimulan untuk

mendorong prakarsa dan inovasi masyarakat dalam upaya penanggulangan kemiskinan yang berkelanjutan.

2. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan / meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun berkelompok, dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. Pemberdayaan masyarakat memerlukan keterlibatan yang besar dari perangkat pemerintah daerah serta berbagai pihak untuk memberikan kesempatan dan menjamin keberlanjutan berbagai hasil yang dicapai.

Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan Program PNPM Mandiri ini adalah :

1. Tujuan Umum

Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin secara mandiri.

2. Tujuan Khusus

a. Meningkatnya partisipasi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat

miskin, kelompok perempuan, komunitas adat terpencil dan kelompok masyarakat lainnya yang rentan dan sering terpinggirkan ke dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.

b. Meningkatnya kapasitas kelembagaan masyarakat yang

mengakar, representatif dan akuntabel.

c. Meningkatnya kapasitas pemerintah dalam memberikan pelayanan

d. kepada masyarakat terutama masyarakat miskin melalui kebijakan, program dan penganggaran yang berpihak

pada masyarakat miskin (pro- poor).

e. Meningkatnya sinergi masyarakat, pemerintah daerah, swasta, asosiasi,

perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan kelompok perduli lainnya untuk mengefektifkan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan.

f. Meningkatnya keberadaan dan kemandirian masyarakat serta kapasitas

pemerintah daerah dan kelompok perduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan di wilayahnya.

g. Meningkatnya modal sosial masyarakat yang berkembang sesuai

dengan potensi sosial dan budaya serta untuk melestarikan kearifan lokal.

h. Meningkatnya inovasi dan pemanfaatan teknologi tepat guna,

informasi dan komunikasi

dalam pemberdayaan

masyarakat.

B. Komponen Program dalam