General Review
Pasar global saat ini telah menjadi jaringan rantai pasok yang saling terkait dan mempengaruhi.
Adanya pasokan atau permintaan dari suatu negara dapat menyebabkan fluktuasi pasokan dan harga komoditas global yang pada akhirnya berpengaruh kepada kondisi pasokan dan harga komoditas di Indonesia. Oleh karena itu, untuk mendapatkan pemahaman yang menyeluruh mengenai kondisi pasar komoditas maka pada bagian ini akan dipaparkan parameter pokok kondisi pasar global termasuk didalamnya Indonesia sebagai bagian di dalam rantai pasar dunia.
Food and Agriculture Organization (FAO) melaporkan produksi beras global selama tahun 2017 diperkirakan mencapai volume 756,7 juta ton dengan proporsi produksi terbesar berasal dari Asia yang mencapai 684,2 juta ton atau 90,41% dari produksi global. Meskipun pada tahun 2017 sempat terjadi anomali cuaca berupa pola hujan yang tidak merata namun total produksi berasnya berhasil melampaui volume produksi beras di tahun 2016.
Adapun Republik Rakyat Tiongkok (RRT) berada di posisi pertama sebagai negara produsen beras terbesar di dunia pada tahun 2017 dengan volume produksi sebesar 208,6 juta ton atau meningkat 15 juta ton dari produksi di tahun 2016.
Grafik Produksi Beras Dunia Tahun 2016 dan 2017 (dalam juta ton – FAO) World Rice Production Charts 2016 and 2017 (in million tons - FAO)
RRT (China) India
Tahun 2016 Tahun 2017
Indonesia Bangladesh Vietnam Thailand 210,2
164,2
74,2 50,8
43,3
33,7
Current global market has become interconnected network of supply chain which influences. Supply or demand occurred from a country which can causes fluctuations on the supply and prices of global commodities which eventually may affected the condition of supply and commodity prices in Indonesia. Therefore, to gain comprehensive understanding of commodity market conditions accordingly in this section will be presented the basic parameters of global market conditions, including Indonesia as part of the world market chain.
Food and Agriculture Organization (FAO) reports on global rice production 2017 is estimated to reach 756.7 million tons of volume with a proportion of production the largest comes from Asia which reached 684.2 million tons or 90.41% of production global. Although in year 2017 anomaly weather pattern occurred which was not spread evenly however the total rice production has exceeded the volume rice production in 2016. The People’s Republic of China (PRC) is placed at the first position as the world’s largest rice producer in 2017 with production volume of 208.6 million tons or an increase of 15 million tons from production in 2016.
Hasil produksi beras di Asia Tenggara sendiri diperkirakan tidak seluruhnya mengalami peningkatan yang merupakan efek dari kurang mendukungnya kondisi cuaca selama tahun 2017. Salah satu contohnya adalah kondisi banjir yang melanda Asia Selatan di Banglades serta sisi selatan India diperkirakan menyebabkan penurunan total produksi sebesar 1% dari tahun 2016 menjadi 164,2 juta ton. Indonesia sendiri selama tahun 2017 diperkirakan memproduksi beras hingga volume 74,2 juta ton. Produksi tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan produksi beras Thailand yang diperkirakan sebesar 33,7 juta ton dan Vietnam yang sebesar 43,3 juta ton.
Meskipun produksi berasnya lebih tinggi, namun musim tanam dan panen beras antara Indonesia dan Thailand-Vietnam memiliki waktu yang berbeda sehingga eksportasi dan importasi antara Indonesia dengan keduanya dapat dilihat sebagai hal yang wajar dalam usaha stabilisasi pasokan beras yang berkesinambungan. Kondisi ini dapat dilihat dari laporan Creed Rice Co. pada akhir tahun 2017 yang memamparkan bahwa sebagian besar eksportir dari Thailand menurunkan harga jual berasnya sebesar ± USD 6/ton sebagai akibat dari meningkatnya hasil dari musim panen utama pada periode bulan Oktober-November.
Rice production in Southeast Asia alone is not expected to be entirely experienced an increase which is the effect of less supportive conditions weather during 2017. One example is flooding that struck South Asia in Bangladesh as well as the south side of India is estimated to cause decrease in total production by 1% from 2016 to 164.2 million tons.
Indonesia alone during year 2017 is estimated to produce up to volume of rice 74.2 million tons. The production is much higher than the rice production of Thailand which is estimated at 33.7 million tons and Vietnam which amounted to 43.3 million tons.
Although rice production is higher, but cropping season and rice harvest between Indonesia and Thailand-Vietnam have different time zone thereby exportation and importation between Indonesia with both can be seen as reasonable effort in stabilizing the rice supply sustainability. This condition can be seen from Creed Rice Co.’s report at the end of 2017 which describes that most exporters from Thailand has lowered their rice selling price as much ± USD 6/ton as a result of increasing yield from primary harvest season in period of October to November.
Adapun pengiriman beras ke negara-negara pembeli utama dari Thailand menjelang 2018 dalam kondisi menurun sebagai antisipasi dari para eksportir Thailand untuk menghadapi kemungkinan pesanan dalam jumlah sangat besar dari COFCO dan BULOG.
Pergerakan beras antar negara selama tahun 2017 diperkirakan mencapai volume 46,2 juta ton dengan importasi terbesar berasal dari Asia sebesar 21,8 juta ton. Banglades merupakan importir terbesar karena mencapai 2,2 juta ton beras yang digunakan untuk mengatasi efek dari bencana banjir. Sedangkan eksportir terbesar juga berasal dari Asia sebesar 38,4 juta ton, yaitu negara India yang mengekspor 11,8 juta ton beras selama tahun 2017. Stok akhir beras global tahun 2017 diperkirakan sebesar 168,6 juta ton dengan stok terbesar dipegang oleh RRT sebesar 99 juta ton, Indonesia sendiri diperkirakan memegang stok nasional sebesar 6,8 juta ton pada akhir tahun 2017.
Grafik Pergerakan Harga Ekspor Beras Dunia 2017 (USD/ton, FOB – FAO) Chart of World Rice Export Price Movement 2017 (USD/ton, FOB - FAO)
USD/Ton
JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV
300 320 340 360 380 300 420 440 460 480
Pak 25%
India 25%
Viet 25%
Viet 5%
Thai 25%
Thai 5%
As for the delivery of rice to major buyers countries from Thailand by 2018 in declining condition as anticipation of Thai exporters in facing possible orders in very large quantities of COFCO and BULOG.
The movement of rice between countries during 2017 is estimated to reach volume 46.2 million tons with the largest imports coming from Asia amounting to 21.8 million tons. Bangladesh is the largest importer since it reaches 2.2 million tons of rice used to overcome the effects of the flood disaster. While the largest exporter also came from Asia at 38.4 million tons, the Indian state exporting 11.8 million tons of rice during 2017. Global final stock of 2017 is estimated amounting to 168.6 million tons with the largest stock held by RRT of 99 million tons, Indonesia alone is estimated to hold a national stock of 6.8 million tons end of 2017.
Grafik 10 Besar Produksi Beras Nasional Tahun 2017 (dalam juta ton, ARAM II-Kementan) Chart of 10 National Rice Production Year 2017 (in million tons, ARAM II-Kementan)
Secara umum pergerakan harga beras dunia berpola kurva lonceng dengan titik tertinggi di pertengahan tahun. Hal ini berkebalikan dengan pergerakan harga beras di Indonesia yang berbentuk kurva terbalik dengan titik terendah pada pertengahan tahun. Adapun harga beras di Asia dilaporkan dalam kondisi meningkat perlahan mulai dari pertengahan kuartal ke-tiga tahun 2017.
Dari dalam negeri, Kementerian Pertanian pada Aram II melaporkan bahwa volume produksi beras nasional selama tahun 2017 diprakirakan sebesar 81,2 juta ton yang berasal dari panen 15,7 hektar lahan dengan produktivitas sebesar 51,49 kuintal/
hektar. Produksi terbesar berasal dari Jawa Timur diikuti secara berurutan Jawa Barat, Jawa Tengah, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara.
Jawa
Timur Jawa
Barat Jawa
Tengah Sulawesi
Selatan Sumatera
Utara Sumatera
Selatan Kalimantan
Selatan Sumatera
Barat
Lampung Aceh
13,13
12,52
11,42
5,97 5,12
4,77 4,31
2,77
2,66 2,42
In general, the movement of world rice prices is patterned bell curve with highest point in the mid year. This is contrary to the price movement of rice in Indonesia which is patterned reversed curve with the lowest point in the mid year. The price of rice in Asia is reported in slowly increasing conditions starting from the mid-third quarter of 2017.
From domestic, the Ministry of Agriculture in Aram II reported the volume of national rice production during 2017 is predicted to reach 81.2 million tons from harvesting 15.7 hectares of land with productivity of 51.49 quintal/hectare. The largest production comes from East Java followed in sequence West Java, Central Java, South Sulawesi and North Sumatra.
Selama tahun 2017, Pulau Jawa dan Sumatera menjadi penyumbang produksi beras terbesar. Tercatat 3 Provinsi di Pulau Jawa dan 6 Provinsi di Pulau Sumatera masuk ke dalam peringkat 10 besar provinsi produsen beras tahun 2017. Adapun 3 Provinsi di Pulau Jawa yang menempati peringkat 3 besar produsen beras nasional masing-masing adalah dengan persentase produksi sebesar 16,15% (Jawa Timur), 15,40% (Jawa Barat), dan 14,05% (Jawa Tengah) dari total produksi nasional. Wilayah yang perlu diperhitungkan potensinya di masa mendatang adalah Kalimantan Selatan yang menempati posisi ke-10 produksi beras nasional mengalahkan Banten (peringkat 11) dan Nusa Tenggara Barat (peringkat 12).
Produksi beras terbesar dihasilkan pada kuartal pertama tahun 2017 (bulan Januari-April) sebesar 33,7 juta ton. Berikutnya diikuti oleh kuartal kedua (bulan Mei-Agustus) sebesar 27,77 juta ton dan terakhir kuartal ketiga (bulan September-Desember) sebesar 19,55 juta ton. Di beberapa wilayah, petani memilih padi sebagai komoditas tanam di kuartal I dan sisa tahun dipakai untuk menanam palawija lain seperti jagung.Akibatnya, volume produksi beras sangat tinggi di kuartal I dan menurun secara linier menjelang akhir tahun.
During 2017, Java and Sumatera contributed the largest rice production. Recorded 3 Provinces in Java Island and 6 Provinces in Sumatera Island into the top 10 provinces of rice producers in 2017. The 3 provinces in Java, which ranks 3 big national rice producers with production percentage respectively of 16.15% (East Java), 15.40% (West Java), and 14.05% (Central Java) of the total national production.
Areas which needs to be taken into account its potentialilty in the future is South Kalimantan which occupies the 10th rank of national rice production defeats Banten (11th rank) and Nusa Tenggara Barat (12th rank).
The largest rice production produced in the first quarter of 2017 (January-April) amounted to 33.7 million tons. Next followed by second quarter (May-August) of 27.77 million tons and last quarter (September-December) of 19.55 million tons. In some areas, farmers choose rice as a crop commodity in the first quarter and the rest of the year is used to plant other crops such as corn. As a result, the volume of rice production was very high in the first quarter and decreased linearly towards the end of the year.
Grafik Produksi Beras Nasional Per Kuartal Tahun 2017 (dalam juta ton, ARAM II-Kementan) Chart of National Rice Production Per Quarter Year 2017 (in million tons, ARAM II-Kementan
KUARTAL I KUARTAL II KUARTAL III 33,96
27,77
19,55
Produksi beras terbesar dihasilkan pada kuartal pertama tahun 2017 (bulan Januari-April) The largest rice
production generated in the first quarter of 2017 (January-April)