• Tidak ada hasil yang ditemukan

(12)METODE PENELITIAN KUANTITATIF - Spada UNS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "(12)METODE PENELITIAN KUANTITATIF - Spada UNS"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

(12)METODE PENELITIAN KUANTITATIF (12)METODE PENELITIAN KUANTITATIF

Materi 12 Klas B

Analisis Tabular

Pengampu:

Dr. L.V.Ratna Devi S., M.Si.

Sosiologi, FISIP, UNS Materi 12

Klas B

Analisis Tabular

Pengampu:

Dr. L.V.Ratna Devi S., M.Si.

Sosiologi, FISIP, UNS

(2)

ANALISIS TABULAR

Bagi peneliti kuantitatif, gejala yang bersifat kualitatif itu diubah menjadi gejala yang bernilai angka tertentu (misalnya sikap yang sangat setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan

yang bersikap sama sekali tidak setuju diberi nilai 1)

Bagi peneliti kuantitatif, gejala yang bersifat kualitatif itu diubah menjadi gejala yang bernilai angka tertentu (misalnya sikap yang sangat setuju diberi nilai 5, setuju diberi nilai 4, netral diberi nilai 3, tidak setuju diberi nilai 2 dan

yang bersikap sama sekali tidak setuju diberi nilai 1)

Angka ini bagi penelitian kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai teknik statistik yang diperkirakan dapat menjawab problkem,

penelitian yang diketengahkan dalam penelitiannya.

Angka ini bagi penelitian kuantitatif dapat dianalisis dengan menggunakan berbagai teknik statistik yang diperkirakan dapat menjawab problkem,

penelitian yang diketengahkan dalam penelitiannya.

Penelitian kuantitatif di samping menghasilkan angka hasil dari kegiatan pengukuran, penelitian kuantitatif juga berurusan dengan hasil pencatatan

yang menghasilkan data berupa frekuensi, presentase, atau rasio.

Penelitian kuantitatif di samping menghasilkan angka hasil dari kegiatan pengukuran, penelitian kuantitatif juga berurusan dengan hasil pencatatan

yang menghasilkan data berupa frekuensi, presentase, atau rasio.

(3)

Data frekuensi misalnya menunjukkan jumlah orang yang setuju dan yang tidak terhadap kebijakan tertentu, berapa orang yang memilih roko A, rokok

B, dan sebagainya.

Data frekuensi misalnya menunjukkan jumlah orang yang setuju dan yang tidak terhadap kebijakan tertentu, berapa orang yang memilih roko A, rokok

B, dan sebagainya.

Data presentase menunjuk berapa persen yang setuju dan berapa yang tidak setuju, berapa persen yang memilih rokok A dan berapa persen

memilih rokok B.

Data presentase menunjuk berapa persen yang setuju dan berapa yang tidak setuju, berapa persen yang memilih rokok A dan berapa persen

memilih rokok B.

Data rasio menunjukkan misalnya berapa rasio laki-laki terhadap

perempuan, berapa rasio dokter terhadap jumlah penduduk dalam suatu kecamatan tertentu.

Data rasio menunjukkan misalnya berapa rasio laki-laki terhadap

perempuan, berapa rasio dokter terhadap jumlah penduduk dalam suatu kecamatan tertentu.

(4)

Analisis tabular menampilkan data dalam bentuk tabulasi yang disuguhkan bentuk tabel. Ada berbagai macam analisis tabular, yaitu : analisis

kontekstual, analisis perubahan sosial, analisis asosiasi kontingensi

Analisis tabular menampilkan data dalam bentuk tabulasi yang disuguhkan bentuk tabel. Ada berbagai macam analisis tabular, yaitu : analisis

kontekstual, analisis perubahan sosial, analisis asosiasi kontingensi

A. Analisis kontekstual

Dilain pihak para sosiolog berdasarkan atas hasil penelitiannya secara jelas menunjukkan bahwa kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih besar tentang kelakuan manusia dengan mengetahui ciri atau karakteristik

tentang kelompok yang dimasuki oleh orang tersebut. Inilah yang dinamakan dengan analisis kontekstual.

Didalam analisis kontekstual , ahli sosiologi menunjukkan bagaimana orang-orang yang sama jenisnya bertingkah laku secara berbeda bila

mereka berada dalam bingkai sosial yang berbeda A. Analisis kontekstual

Dilain pihak para sosiolog berdasarkan atas hasil penelitiannya secara jelas menunjukkan bahwa kita dapat memperoleh pemahaman yang lebih besar tentang kelakuan manusia dengan mengetahui ciri atau karakteristik

tentang kelompok yang dimasuki oleh orang tersebut. Inilah yang dinamakan dengan analisis kontekstual.

Didalam analisis kontekstual , ahli sosiologi menunjukkan bagaimana orang-orang yang sama jenisnya bertingkah laku secara berbeda bila

mereka berada dalam bingkai sosial yang berbeda

(5)

Analisis kontekstual setidak-tidaknya diawali pada masa Emile Durkheim.

Penelitian Durkheim menunjukkan bahwa orang-orang yang sendirian lebih banyak yang melakukan bunuh diri daripada orang-orang yang

menikah. Hal ini karena perkawinan menciptakan stabilitas dalam kehidupan. Orang yang sendirian lebih bebas dan akibatnya lebih tidak

stabil daripada orang-orang yang menikah.

Analisis kontekstual setidak-tidaknya diawali pada masa Emile Durkheim.

Penelitian Durkheim menunjukkan bahwa orang-orang yang sendirian lebih banyak yang melakukan bunuh diri daripada orang-orang yang

menikah. Hal ini karena perkawinan menciptakan stabilitas dalam kehidupan. Orang yang sendirian lebih bebas dan akibatnya lebih tidak

stabil daripada orang-orang yang menikah.

B. Analisis Perubahan Sosial

Biasanya kita memikirkan studi tentang perubahan sosial sebagai bagian dari sosiologi makro yang didominasi oleh penelitian-penelitian

kesejarahan yang melahirkan ahli-ahli teori seperti Karl Marx dan Max Weber. Tetapi peneliti-peneliti empiris biasanya memperlakukan

perubahan dalam waktu yang pendek dengan melakukan penelitian atau studi trend dan studi panel

(6)

1. Studi Trend 1. Studi Trend

Didalam analisis trend, ilmu sosial mempelajari hubungan antarvariabel- variabel yang sama pada titik-titik waktu yang di ulang-ulang. Pada setiap

waktu, digunakan sampel yang baru.

Didalam analisis trend, ilmu sosial mempelajari hubungan antarvariabel- variabel yang sama pada titik-titik waktu yang di ulang-ulang. Pada setiap

waktu, digunakan sampel yang baru.

Agar trend-trend yang diketemukan itu menjadi sangat bermakna, sampel- sampel pada setiap titik waktu harus dapat diperbandingkan. Kalau tidak, perubahan yang teramati itu barangkali hasil perbedaan dari sampel, bukan

karena perubahan waktu.

Agar trend-trend yang diketemukan itu menjadi sangat bermakna, sampel- sampel pada setiap titik waktu harus dapat diperbandingkan. Kalau tidak, perubahan yang teramati itu barangkali hasil perbedaan dari sampel, bukan

karena perubahan waktu.

Seluruh studi-studi trend pada dasarnya bersifat deskriptif : tujuannya ialah mendeskripsikan perubahan-perubahan tingkah laku atau sikap

Seluruh studi-studi trend pada dasarnya bersifat deskriptif : tujuannya ialah mendeskripsikan perubahan-perubahan tingkah laku atau sikap

(7)

Contoh :

Perbedaan Sikap Masyarakat Terhadap Kepala Desanya (Data Buatan)

Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun popularitasnya kepala desa semakin menurun. Bila cara pengambilan sampelnya benar-benar dapat mewakili keadaan populasinya, maka dapat dipastikan dalam pemilihan kepala desa yang akan datang, kepala desa itu tidak akan terpilih kembali.

Sikap 1980

(n = 100)

%

1981 (n = 100)

%

1982 (n = 100)

%

1983 (n = 100)

%

1984 (n = 100)

Menyenangkan 70 60 40 25 15%

Biasa Saja 5 10 7 15 15

Tidak

Menyenangkan

25 30 53 60 70

(8)

2. Studi Panel 2. Studi Panel

Studi panel adalah suatu teknik yang dikembangkan oleh Paul F. Lazarsfeld di akhir tahun 1930 untuk mempelajari perubahan tingkah laku dan sikap individu. Di dalam studi panel, peneliti mewawancarai orang yang sama dalam titik waktu yang berbeda. Hal ini berbeda dengan studi trend di mana

peneliti mempelajari sampel-sampel orang yang berbeda pada dua titik waktu yang berbeda atau lebih.

Studi panel adalah suatu teknik yang dikembangkan oleh Paul F. Lazarsfeld di akhir tahun 1930 untuk mempelajari perubahan tingkah laku dan sikap individu. Di dalam studi panel, peneliti mewawancarai orang yang sama dalam titik waktu yang berbeda. Hal ini berbeda dengan studi trend di mana

peneliti mempelajari sampel-sampel orang yang berbeda pada dua titik waktu yang berbeda atau lebih.

Bila tujuan kita hanya untuk mengetahui proporsi orang-orang yang

melakukan hal tertentu pada titik-titik waktu yang berbeda, studi trend cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Lazarsfeld menunjukkan bahwa studi panel

memungkinkan kita untuk menjawab setidaknya dua tipe pertanyaan yang tidak dapat kita jawab dengan studi trend.

Bila tujuan kita hanya untuk mengetahui proporsi orang-orang yang

melakukan hal tertentu pada titik-titik waktu yang berbeda, studi trend cukup untuk memenuhi kebutuhan kita. Lazarsfeld menunjukkan bahwa studi panel

memungkinkan kita untuk menjawab setidaknya dua tipe pertanyaan yang tidak dapat kita jawab dengan studi trend.

(9)

Contoh :

Perbedaan Antara Pilihan Semula dan Pilihan Akhir

Dalam bulan Oktober yaitu satu bulan sebelum pemilihan, 167 orang atau 42% (167 dari 396) dari mereka yang bermaksud memilih, menyatakan akan memilih Demokrat. Dalam bulan November, 41% (160 dari 392 yang memilih) secara sesungguhnya memilih Demokrat. Bila kita membuat studi trend,

informasi yang kita peroleh demikian itu sudah cukup. Ini nampaknya tidak ada seorangpun telah mengubah pikirannya.

Pilihan Akhir Tahun 1940

Pilihan Semula, Oktober 1940 Republik Demokrat Tidak Tahu Tidak akan

memilih

Jumlah seluruhnya

Republik 216 7 4 6 232

Demokrat 4 144 12 0 160

Tidak memilih 10 16 6 59 91

Jumlah pemilih semula

229 167 22 65 483

(10)

Studi panel memungkinkan kita untuk menemukan jenis orang apa yang paling mungkin berubah dan dalam kondisi-kondisi apa perubahan- perubahan itu mungkin terjadi. Studi-studi panel telah digunakan secara luas dalam mempelajari keputusan-keputusan orang untuk memilih dalam

pemilihan umum.

Studi panel memungkinkan kita untuk menemukan jenis orang apa yang paling mungkin berubah dan dalam kondisi-kondisi apa perubahan- perubahan itu mungkin terjadi. Studi-studi panel telah digunakan secara luas dalam mempelajari keputusan-keputusan orang untuk memilih dalam

pemilihan umum.

Di tahun 1984 Lazarsfeld dan koleganya membuat studi panel di Elmira, New York, wawancara yang diulang dengan orang yang sama memungkinkan ahli

sosiologi mengukur efek dari kampanye, media massa dan kelompok penekan terhadap keputusan seseorang.

Di tahun 1984 Lazarsfeld dan koleganya membuat studi panel di Elmira, New York, wawancara yang diulang dengan orang yang sama memungkinkan ahli

sosiologi mengukur efek dari kampanye, media massa dan kelompok penekan terhadap keputusan seseorang.

Hasil studi menunjukkan bahwa sebagaimana kampanye itu berlanjut, orang yang paling mungkin berubah pikirannya adalah orang-orang yang teman dekatnya mempunyai pemikiran yang berbeda dengan yang mereka miliki.

Hasil studi menunjukkan bahwa sebagaimana kampanye itu berlanjut, orang yang paling mungkin berubah pikirannya adalah orang-orang yang teman dekatnya mempunyai pemikiran yang berbeda dengan yang mereka miliki.

(11)

C. Analisis Asosiasi Komtingensi

Analisis tabular dapat pula dipergunakan untuk melihat apakah ada asosisasi anatar dua variabel. Dalam banyak hal peneliti bermaksud untuk

melihat hubungan antara dua variabel yang keduanya merupakan gejala kualitatif.

C. Analisis Asosiasi Komtingensi

Analisis tabular dapat pula dipergunakan untuk melihat apakah ada asosisasi anatar dua variabel. Dalam banyak hal peneliti bermaksud untuk

melihat hubungan antara dua variabel yang keduanya merupakan gejala kualitatif.

Sebut saja misalnya seorang peneliti bermaksud untuk melihat hubungan antara tingkatan pendidikan seseorang dengan sikap fanatisme agama.

Dalam hal ini tingkatan pendidikan dipandang sebagai variabel yang menentukan atau lazim disebut sebagai variabel independen dan sikap fanatisme keagamaan dipandang sebagai variabel yang ditentukan atau

variabel dependen.

Sebut saja misalnya seorang peneliti bermaksud untuk melihat hubungan antara tingkatan pendidikan seseorang dengan sikap fanatisme agama.

Dalam hal ini tingkatan pendidikan dipandang sebagai variabel yang menentukan atau lazim disebut sebagai variabel independen dan sikap fanatisme keagamaan dipandang sebagai variabel yang ditentukan atau

variabel dependen.

(12)

Contoh :

Asosiasi antara Tingkat Pendidikan dengan Fanatisme Agama (Data Buatan)

Dari data tersebut menunjukkan bahwa dari kelompok berpendidikan rendah mayoritas (75%) menunjukkan sikap yang fanatik, sebaliknya dari kelompok berpendidikan tinggi mayoritas (70%) menunjukkan sikap yang tidak fanatik.

Dari data ini menunjukkan bahwa ada asosiasi antara tingkatan pendidikan dengan sikap fanatisme agama, dalam arti semakin tinggi tingkatan

pendidikan semakin rendah sikap fanatime agama.

Sikap Fanatik Tingkatan Pendidikan Rendah

(n = 150)

%

Tinggi (n = 50)

Fanatik 75 30%

Tidak Fanatik 25 70

Referensi

Dokumen terkait

Data: Primer –responden dan Sekunder data BPS dll Validitas Data – face validity, construct validity dll, triangulasi: metode, teori, sumber dll Pengolahan data: dengan menggunakan

Data: Primer –responden dan Sekunder data BPS dll Validitas Data – face validity, construct validity dll, triangulasi: metode, teori, sumber dll Pengolahan data: dengan menggunakan

Pendidikan Alumni dan Perubahan Sosial Pendidikan Alumni Pendidikan Alumni Perubaha n Sosial Pendidikan Tinggi Pendidikan Rendah Perubahan Sosial Status semakin Membaik/naik V

DUKUNGAN PARTAI dan JUMLAH SUARA PEMILIH UNTUK CALON GUBERNUR CAGUB sebelum AHOK tersandung masalah penistaan agama Al Maidah ayat 51 DUKUNGA N PARTAI DUKUNGAN PARTAI JUMLAH SUARA

YANG PERLU DIINGAT Pedoman baku • Jika faktor uji adalah variabel Intervening, maka hubungan variabel independent dengan variabel dependen menjadi tidak nampak/hilang < 5%, maka dapat

V Das Sollen = Das Sein I dan II = gap Das Sollen dan Das Sein SEHARUSNYA Ho DITERIMA SEHARUSNYA Ho DITOLAK SENYATANYA KEPUTUSAN MENERIMA Ho V TINGGI KECERDASAN PEMIKIRAN, TINGGI

Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif Penelitian Kualitatif adalah metode untuk mencari dan mengumpulkan data yang bersifat pemahaman dan tidak dapat diukur dengan angka, biasanya

Data kualitatif umumnya berupa data verbal yang bisa dideskripsikan dengan penjabaran kata, sedangkan data kuantitatif berupa data numerik yang deskripsinya menggunakan angka-angka dan