• Tidak ada hasil yang ditemukan

abstrak - - Electronic theses of IAIN Ponorogo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "abstrak - - Electronic theses of IAIN Ponorogo"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

Siswa kelas Ic di SDLBN Karangrejo Magetan merupakan siswa berkebutuhan khusus (SEN) yang mengalami keterbelakangan mental. Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis bermaksud mengadakan penelitian dengan judul “Upaya Guru Dalam Membantu Perkembangan Perilaku Siswa Kelas I Tahun Pelajaran 2014 SDLBN Karangrejo Magetan”. Apa saja upaya yang dilakukan guru untuk membantu perkembangan perilaku siswa kelas Ic di SDLBN Karangrejo Magetan tahun 2014.

Mendeskripsikan upaya yang dilakukan guru dalam membantu mengembangkan perilaku siswa kelas Ic di SDLBN Karangrejo Magetan tahun 2014. Diharapkan hasil penelitian ini bermanfaat dalam membantu dalam hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan siswa. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi kepada guru untuk membantu permasalahan yang berkaitan dengan perkembangan perilaku siswa berkebutuhan khusus.

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan dalam membantu mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan siswa berkebutuhan khusus khususnya perkembangan perilaku siswa. Penelitian ini akan menyelidiki secara intensif perkembangan perilaku siswa berkebutuhan khusus dalam kegiatan pembelajaran, langkah-langkah guru dalam proses pembelajaran dan upaya lembaga-lembaga yang terlibat.

Sistematika Pembahasan

Magetan 2014, upaya guru membantu pengembangan perilaku siswa di SDLBN Karangrejo Magetan tahun 2014. Yakni tentang analisis perkembangan perilaku siswa kelas Ic di SDLBN Karangrejo Magetan tahun 2014 dan upaya guru membantu mengembangkan perilaku perilaku kelas Ic. siswa SDLBN Karangrejo Magneto tahun 2014.

Landasan Teoritik 1. Guru

Perkembangan Siswa a. Perkembangan

Pengertian Perkembangan

Perkembangan anak merupakan hasil proses pendewasaan (yang merupakan perwujudan potensi yang diwariskan) dan hasil proses belajar (perkembangan sebagai hasil usaha dan latihan). Dalam perkembangannya menjadi manusia dewasa, seorang anak berkembang melalui tahapan-tahapan tertentu. Meskipun ritme atau laju perkembangan setiap anak berbeda-beda, terdapat kecenderungan anak berkebutuhan khusus berisiko mengalami keterlambatan atau kelainan tumbuh kembang tergantung pada usia dan tonggak perkembangannya. Karena kelainan, kecacatan atau keadaan buruk tertentu yang dapat mempengaruhi atau menghambat perkembangan kemampuan, prestasi dan/atau fungsinya, anak berkebutuhan khusus mungkin memerlukan waktu lebih lama untuk menguasai keterampilan tertentu dibandingkan anak lain, anak normal pada umumnya, atau mencapai kematangan belajar. sangat terlambat.

pdf), diakses 12 Juli 2014. . sering menetap sampai orang tersebut dewasa. Gangguan muncul dan berubah seiring waktu 51.

Gangguan Perkembangan Anak Berkelainan Khusus a) Gangguan Perkembangan Fisik Motorik

Pengertian Anak Berkelainan Khusus

Anak berkebutuhan khusus menunjukkan ciri-ciri fisik, intelektual, dan emosional yang lebih rendah atau lebih tinggi dibandingkan anak normal seusianya. Dalam dunia pendidikan khusus atau pendidikan khusus bagi anak berkebutuhan khusus, istilah deviasi secara tegas merujuk pada anak yang dianggap mempunyai penyimpangan dari rata-rata kondisi anak normal, umumnya dari segi sifat fisik, mental, atau perilaku sosialnya, atau anak yang mengalami kelainan. berbeda dengan rata-rata pada umumnya karena terdapat permasalahan pada kemampuan berpikir, melihat, mendengar, bersosialisasi dan bergerak.

Dampak Kelainan

Macam-Macam ABK

Kelompok ini meliputi anak yang belajarnya lambat, anak yang mengalami ketidakmampuan belajar, anak dengan IQ rata-rata (tidak luar biasa), anak hiperaktif, anak autis, dan sebagainya. Kelompok ini mencakup anak-anak yang bekerja (child labour), anak-anak perempuan yang terisolasi karena budaya, anak-anak miskin/tunawisma, anak-anak yang tinggal di perairan, pulau-pulau dan daerah terpencil, dan anak-anak korban kerusuhan, dan lain-lain.

Karakteristik Anak Berkelainan

Kelompok ini mencakup anak-anak yang bekerja (pekerja anak), anak perempuan yang terisolasi secara budaya, anak-anak miskin/tunawisma, anak-anak yang tinggal di perairan, pulau-pulau dan daerah terpencil, dan anak-anak korban kerusuhan, dll.58 . f) Daya perhatian dan konsentrasinya lemah, terutama pada hal-hal yang memerlukan ketelitian/ketepatan59. Anak tunagrahita merupakan anak yang mempunyai penyimpangan dalam kemampuan berpikir kritis dan merespon secara logis terhadap dunia disekitarnya. Klasifikasi anak yang masuk dalam kategori mengalami gangguan perilaku sosial antara lain anak psikotik dan neurotik, anak gangguan emosi, dan anak nakal.

Salah satu anak yang luar biasa dalam hal keterbatasannya adalah anak cacat perkembangan atau anak yang mengalami keterbelakangan mental. Sebagai anak yang tergolong luar biasa, baik anak berbakat maupun anak berkebutuhan khusus, keduanya mempunyai kelemahan dalam arti diabaikan sebagai individu yang mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya sendiri. -pengembangan .66. Anak tunagrahita (retardasi mental) mempunyai permasalahan belajar yang disebabkan oleh adanya hambatan dalam perkembangan kecerdasan, mental, emosional, sosial dan fisik.

1) Pada umumnya anak berkebutuhan khusus mempunyai pola perkembangan perilaku yang tidak sesuai dengan potensi kemampuannya. 2) Anak tunagrahita mempunyai perilaku adaptif yang berkaitan dengan agresi verbal atau fisik (physical and verbal agresi), perilaku yang dilakukan sendiri, menghindari orang lain, suka menyendiri, dan lain-lain. 3) Individu anak tunagrahita sangat rentan melakukan tindakan yang salah.

7) Pada aspek keterampilan sosial, anak tunagrahita pada umumnya kurang memiliki keterampilan sosial, antara lain menghindari keramaian, ketergantungan pada keluarga dan lain-lain. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak yang usianya lebih muda, sangat bergantung pada orang tuanya, belum mampu menerima tanggung jawab sosial secara bijaksana, sehingga harus selalu dibimbing dan diawasi. Kelas khusus bersifat permanen, namun didasarkan pada ada/tidaknya anak yang memerlukan pendidikan/pembelajaran khusus di sekolah sehingga tidak ada lagi kelas yang tersisa untuk mengetahui secara dini gejala kelebihan pada anak.

Sekolah yang ditunjuk dan menampung anak berkebutuhan khusus usia sekolah dasar dari berbagai jenis dan tingkat peminatan yang mereka alami. Diperuntukkan bagi anak usia wajib belajar yang memerlukan pendidikan khusus. d) Sekolah. 96Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Disabilitas, 102. Sekolah normal biasa yang didirikan untuk menerima anak berkebutuhan khusus, belajar bersama dengan anak normal lainnya tanpa dipisahkan oleh dinding kelas. e) Pendidikan Inklusif.

Upaya Guru Dalam Membantu Perkembangan Siswa/Siswi

Pendidikan yang terbuka bagi siapa saja yang ingin bersekolah, baik anak normal maupun anak berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya terhadap mereka: tidak permisif, tidak acuh terhadap kebutuhannya, memberikan tugas sesuai dengan kebutuhan anak. Pelayanan individu dalam kaitannya dengan pendidikan anak penyandang disabilitas harus mendapat porsi yang lebih besar, karena setiap anak penyandang disabilitas yang sama jenis dan derajatnya seringkali mempunyai permasalahan unik yang berbeda satu sama lain.

Misalnya, anak berkebutuhan khusus pada umumnya mempunyai kecenderungan cepat bosan dan cepat lelah ketika mengikuti pelajaran. Selain untuk memudahkan pengajaran bagi guru, fungsi lain dari penggunaan alat peraga sebagai alat peraga bagi anak berkebutuhan khusus adalah untuk memudahkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru. Prinsip motivasi ini lebih menitikberatkan pada cara mengajar dan memberikan penilaian yang menyesuaikan dengan kondisi anak penyandang disabilitas.

Arah yang menekankan prinsip belajar dan bekerja dalam kelompok sebagai salah satu landasan pendidikan anak penyandang disabilitas, agar sebagai anggota masyarakat dapat bergaul dengan masyarakat disekitarnya, tanpa merasa minder atau minder dibandingkan. kepada orang normal. Pendidikan keterampilan yang diberikan kepada anak penyandang disabilitas dapat berfungsi sebagai fasilitas dalam kehidupan mereka di masa depan selain memiliki fungsi selektif, pendidikan, rekreasi dan terapeutik. Secara fisik dan psikis postur anak penyandang disabilitas kurang baik, sehingga perlu diusahakan agar postur tubuhnya baik dan tidak selalu menjadi perhatian orang lain.

Ada beberapa bidang pengembangan yang diperlukan bagi siswa tunagrahita di sekolah yang harus diperhatikan oleh guru, yaitu sebagai berikut: 101. Permasalahan utama yang dihadapi anak tunagrahita adalah kurangnya keterampilan sosial (disabilitas sosial). Hambatan ini akan mengakibatkan ketidakmampuan anak dalam memahami kode atau aturan sosial di sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kebutuhan sosial ini mengarah langsung pada pentingnya mendorong interaksi sosial yang positif antara siswa tunagrahita dengan teman-teman lain di sekolah.

Modifikasi perilaku pada anak tunagrahita harus selalu diawasi oleh orang lain ketika diterapkan, misalnya melalui program perawatan diri.

Telaah Pustaka

Agar lebih fungsional, program dapat dibagi menjadi beberapa unit perilaku pendukung, antara lain mengancingkan baju, memegang sendok, menuang pasta, menggosok gigi, dan lain sebagainya. Bentuk terapi perilaku lain yang dapat dilakukan pada anak tunagrahita adalah melalui aktivitas bermain (aktivitas fisik dan/atau psikis yang tidak dilakukan secara serius). Terapi bermain yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita tidak hanya sekedar permainan, melainkan permainan yang mempunyai isi antara lain: setiap permainan harus mempunyai nilai terapi yang berbeda-beda, figur permainan yang diberikan tidak terlalu sulit untuk dicerna oleh anak tunagrahita.

Alternatif hukuman yang sama efektifnya dalam mengurangi agresi dan melukai diri sendiri termasuk mempelajari cara mengomunikasikan kebutuhan atau keinginan akan sesuatu, seperti perhatian yang mereka terima atas perilaku bermasalah mereka. Peneliti juga melakukan tinjauan pustaka terhadap hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Penelitian Fere Febriyanti (0901559) dengan judul “Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang Kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung Tahun 2013”.

105Fera Febriyanti 2013“Perkembangan Emosional Anak Tunagrahita Sedang Kelas IX SMPLB di SLB Purnama Asih Bandung. Artikel oleh April Narni (2009): Peningkatan Kemampuan Memakai Baju Berkancing Dengan Metode Demonstrasi Pada Anak Tunagrahita Sedang Kelas D.I. Metode demonstrasi adalah suatu metode dimana guru mendemonstrasikan suatu proses kegiatan di hadapan siswa setelah mengamati siswa yang mendemonstrasikan melakukan kegiatan yang sama dengan yang didemonstrasikannya.

Demonstrasi ini bertujuan agar anak memahami suatu konsep pembelajaran dalam melakukan suatu keahlian/keterampilan melalui pengalaman langsung. Metodologi penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dalam bentuk kolaborasi antar teman sejawat. HM dan JK kini sudah bisa memasukkan lengan kanan dan kiri ke dalam armhole, perlu bimbingan dalam mengatur kerah, mengencangkan kancing dan menarik kedua ujung baju agar baju yang dikenakan terlihat biasa.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa metode pelatihan dapat meningkatkan kemampuan anak tunagrahita dalam memakai pakaian berkancing.

Referensi

Dokumen terkait

102 Dengan prosesi yang dilakukan diatas mengajarkan kepada kita untuk melakukan sedekah, karena sedekah merupakan ajaran Islam sesuai hasil wawancara dari Ibu Sumiati, SH, selaku