• Tidak ada hasil yang ditemukan

[PENDING] ABSTRAK - SIAKAD STIKes DHB - STIKes Dharma Husada Bandung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "ABSTRAK - SIAKAD STIKes DHB - STIKes Dharma Husada Bandung"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN GASTRITIS PADA MAHASISWA DIPLOMA TIGA KEPERAWATAN

DI STIKES DHARMA HUSADA

The Relationship Between Dies And The Incidence Of Gastritis Of Diploma Nursing Students At STIKes Dharma Husada In 2023

Shalshabila Hermawan1 Jahidul Fikri Amrullah2 Lilis Hadiyati3 Arie Sulistiyawati4 Nursing Study Diploma Program, STIKes Dharma Husada

Shalsabilaaaher18@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang: Angka kejadian gastritis di Indonesia mencapai 40.8% dan hasil studi menunjukkan bahwa data kejadian gastritis lebih sering menyerang pada usia remaja dengan persentase 41.67%. Serta faktor resiko terjadinya gastritis yaitu dari pola makan yang kurang baik, sering mengkonsumsi makanan pedas, minum kopi, alkohol, mengkonsumsi makanan yang asam dan bakteri helicobacter Pylori. Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada. Metode : Jenis Penelitian ini adalah kuantitatif dengan desain penelitian korelatif. Lokasi penelitian di STIKes Dharma Husada. Sampel yang digunakan sebanyak 54 responden. Hasil : Hasil penelitian menunjukan angka kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada sebanyak 33 responden (61.1%) dan sebagian dari responden menunjukkan pola makan kurang baik yaitu sebanyak 36 responden (66.7%). Hasil p-value 0.003 atau < 0.05 sehingga dapat diartikan bahwa ada hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan Di STIKes Dharma Husada. Penyebab utama kejadian gastritis di Program Studi Diploma Tiga Keperawatan ini karena gaya makan yang kurang baik seperti makan < 3 kali dalam sehari, senang mengkonsumsi pedas, dan senang mengkonsumsi makanan instan Saran : Diharapkan mahasiswa dapat menjaga dengan baik dan mengatur pola makan serta membiasakan pola makan yang baik dengan cara mengubah perilaku makan dari segi frekuensi makan, jenis makan serta porsi makan untuk mencegah terjadinya kekambuhan gastritis.

Kata kunci : Pola Makan, Gastritis, Mahasiswa

(2)

PENDAHULUAN

Gastritis adalah suatu penyakit akibat proses inflamasi pada lapisan mukosa dan sub mukosa lambung, Penyakit gastritis bisa menyebabkan ulkus pada lambung (Angelica &

Siagian., 2022). Gastritis atau dikenal dengan sakit maag merupakan peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang ditandai dengan rasa tidak nyaman pada perut bagian atas, perut kembung, sakit kepala, mual, lidah berlapis (Nyoman Ni., 2021).

Pada umumnya gastritis diawali dengan pola makan yang tidak baik dan tidak teratur yang mana perilaku ini akan membuat lambung menjadi sensitif pada saat asam lambung meningkat. Asam lambung yang meningkat di luar batas normal akan membuat iritasi dan kerusakan pada lapisan mukosa dan submukosa lambung. Apabila peningkatan asam lambung ini dibiarkan begitu saja, maka akan terjadi kerusakan pada lapisan lambung yang semakin parah sehingga menyebabkan gastritis (Tussakinah et al., 2018). Gastritis biasanya disebabkan karena pola

makan yang tidak sehat seperti konsumsi alkohol, pola makan yang tidak teratur seperti frekuensi makan atau waktu makan yang tidak tepat, makan berlebihan dan cepat, atau mengkonsunsi makanan yang pedas, makan asam, makan makanan yang bergas, merokok, konsumsi kopi, konsumsi obat-obatan, stres fisik, stres psikologis, kelainan autoimun (Bela et al., 2022).

Berdasarkan penelitian Mawey et al (2018) dalam kutipan Mustakim et al (2021) menurut World Health Organization (WHO) tahun 2020 terhadap beberapa data negara di dunia dan diketahui bahwa jumlah penderita gastritis di Negara Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35% dan Perancis 29,5%.

Persentase dari angka kejadian gastritis di Indonesia menurut WHO adalah 40,8%. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 11%.

Berdasarkan data Kementerian Kesehatan RI diketahui angka kejadian gastritis di beberapa kota di Indonesia antara lain Medan 91,6%,

(3)

Surabaya 31,2%, Denpasar 46%, Jakarta 50%, Bandung 32,5 %, Palembang 35,35, Aceh 31,7%, dan Pontianak 31,2 % (Andreas et al., 2022).

Gastritis dapat menyerang semua tingkat usia, namun dari beberapa survei yang dilakukan didapatkan data bahwa gastritis lebih sering menyerang usia remaja (Taher et al., 2022). Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Astuti pada tahun 2020, bahwa penyakit gastritis lebih sering dialami oleh rentang usia 15-24 tahun yang merupakan kategori usia remaja (Astuti & Wulandari., 2020). Pada tahun 2019, Aldelina juga melakukan penelitian khusus pada penderita gastritis usia remaja (17-24 tahun) dan mendapatkan kesimpulan bahwa remaja yang paling sering menderita gastritis adalah remaja dengan usia 19-20 tahun dengan presentase 41.67% yang mana pada usia ini remaja sudah memasuki dunia perkuliahan dan menjadi seorang mahasiswa (Aldelina et al., 2019).

Tingkat kesibukan dan gaya hidup yang kurang memperhatikan

kesehatan adalah faktor yang menyebabkan mahasiswa tidak memperhatikan pola makannya(Wau et al., 2018). Jadwal dan aktivitas kuliah yang padat membuat mahasiswa sering melewatkan waktu yang seharusnya digunakan untuk makan. Kebiasaan ini sering dilakukan mahasiswa yang pada akhirnya akan mengakibatkan dampak buruk bagi kesehatannya, yaitu terserangnya mahasiswa oleh penyakit gastritis(Wau et al., 2018).

Jika dibiarkan terus- menerus, gastritis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit.

Beberapa komplikasi penyakit gastritis antara lain terjadinya gangguan penyerapan vitamin B12 yang dapat menyebabkan anemia pernesiosa, terganggunya penyerapan zat besi, dan penyempitan daerah antrum pylorus. Apabila dibiarkan dan tidak dilakukan perawatan, maka gastritis dapat menyebabkan perdarahan pada saluran cerna bagian atas berupa hematemesis dan melena, dan terjadinya syok hemoragik yang dapat menyebabkan ulkus dan kematian pada penderita gastritis yang parah (Desty., 2019).

(4)

Pola makan merupakan cara seseorang berpikir, berpengetahuan, dan berpandangan tentang makanan.

Apa yang ada dalam perasaan dan pandangan dinyatakan dalam bentuk tindakan makan dan memilih makanan sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, budaya dan sosial. Pola makan adalah susunan dan jumlah makanan yang dikonsumsi oleh seseorang atau kelompok pada waktu tertentu yang terdiri dari frekuensi makan, jenis makanan, dan porsi makan. Gastritis biasanya dimulai dengan pola makan yang tidak baik dan tidak teratur sehingga perut menjadi sensitif ketika asam lambung meningkat (Ismawati Yuli et al., 2020). Pola makan yang tidak teratur akan mengakibatkan lambung sulit beradaptasi, bila hal ini berlangsung secara terus menerus akan terjadi kelebihan asam lambung sehingga dapat mengakibatkan mukosa lambung teriritasi dan terjadilah gastritis. Kebiasaan makanan yang buruk dan mengkonsumsi makanan yang tidak hygiene merupakan faktor resiko terjadinya gastritis.(Angelica

& Siagian., 2022).

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bagas (2016) tentang hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di pondok pesantren Al-Hikmah Trayon Karanggede Boyolali yang diketahui bahwa responden dengan pola makan buruk sebanyak 20 responden (66,7%) dan responden dengan pola makan baik sebanyak 10 responden (33,3%) bisa diartikan dengan pola makan yang buruk lebih banyak dibandingkan dengan responden pola makan yang baik.

Perubahan pola makan yang dipengaruhi oleh kehidupan sosial dan kesibukan mahasiswa membuat mereka kurang memperhatikan waktu dan jenis makanan yang di konsumsi. Pada saat remaja atau mahasiswa umumnya kurang minat dalam mengkonsumsi makanan sehat dari sayur mayur, hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Bahria dkk (2010) mengatakan 92.1% remaja atau dewasa muda kurang mengkonsumsi buah dan 77,1% kurang mengkonsumsi sayur.

Mahasiswa memiliki aktivitas dan jadwal perkuliahan yang sangat padat. Perubahan kehidupan sosial

(5)

dan kesibukan mahasiswa tersebut termasuk kegiatan perkuliahan akan mempengaruhi pola makan mahasiswa terutama perubahan selera yang jauh dari konsep seimbang yang berdampak terhadap kesehatan yaitu munculnya gejala dyspepsia ((Dwigint, 2015).

Berdasarkan studi pendahuluan, peneliti mewawancarai 3 responden dari masing-masing program studi di STIKes Dharma Husada, hasil yang didapatkan sebagai berikut, Program Studi Diploma Tiga keperawatan terdapat ketiga responden mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung dan sakit kepala. Program Studi Sarjana Kebidanan dan Diploma Tiga Kebidanan terdapat masing-masing 2 responden mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung dan sakit kepala serta 1 responden tidak mengeluh terkait tanda gejala gastritis, Program Studi Diploma Tiga Optometri dan Program Studi Sarjana Keperawatan serta Program Studi Kesehatan Masyarakat terdapat 1 responden mengeluh nyeri ulu hati, mual, muntah, kembung dan sakit kepala

dan 2 responden tidak mengeluh terkait tanda gejala gastritis.

Berdasarkan data dan fenomena tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan STIKes Dharma Husada

METODE PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual

Menurut Masturoh & Anggita (2018) kerangka konsep adalah gambaran dari hubungan berbagai variabel yang dirumuskan oleh peneliti setelah membaca berbagai teori yang ada, kemudian menyusun teorinya dengan sendiri yang akan digunakan sebagai landasan penelitiannya.

Notoatmodjo (2018) mengatakan bahwa, kerangka konsep penelitian adalah suatu cara yang digunakan untuk menjelaskan hubungan atau kaitan antara variabel yang akan diteliti.

2. Definisi Operasional

Notoatmodjo (2018)

mengungkapkan bahwa definisi

(6)

operasional merupakan cara yang digunakan dalam penetapan batas- batas terhadap variabel yang akan diteliti agar variabel dapat diukur dengan instrument atau alat ukur variabel tersebut. Definisi operasional adalah penentuan kontrak atau sifat yang akan dipelajari sehingga menjadi variabel yang dapat diukur (Sugiyono., 2018).

3. Hipotesis

Masturoh & Anggita (2018) mengatakan bahwa hipotesis adalah pernyataan sementara yang akan diuji kebenarannya.

Hipotesis juga merupakan jawaban sementara yang berdasar pada teori yang belum dibuktikan dengan data atau fakta. Hipotesis menjadi panduan dalam menganalisis hasil penelitian, sementara hasil penelitian harus dapat menjawab tujuan penelitian terutama tujuan khusus, jadi sebelum merumuskan hipotesis harus dilihat dulu tujuan penelitiannya. Hipotesis dalam penelitian ini, adalah:

a. H0 (Hipotesis nol) ditolak dan Ha (Hipotesis Alternative)

diterima yang berarti ada hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis pada mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada.

4. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif Korelatif yaitu penelitian yang diarahkan untuk menjelaskan suatu keadaan atau situasi. Peneliti mencoba untuk mencari hubungan variabel pola makan dengan kejadian gastritis untuk menentukan ada tidaknya hubungan antar variabel dengan menggunakan kuesioner.

5. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.

(Sugiyono., 2018). Populasi

(7)

dalam penelitian ini adalah mahasiswa diploma tiga keperawatan dengan jumlah 116 orang.

6. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti atau dilakukan pengukuran dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo., 2018). Teknik sampel pada penelitian ini dihitung menggunakan rumus Slovin :

𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 ∶ 𝑛 = 𝑁 1 + 𝑁(𝑒)2 Keterangan :

n : Jumlah sampel N: Jumlah Populasi

e : Tingkat signifikan (10%) 7. Variabel Penelitian

Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau nilai dari orang, objek, atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari lalu ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2018).

Pada penelitian ini, peneliti mengelompokkan variabel

menjadi 2, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Berikut variabel penelitian, antara lain:

a. Variabel bebas (independent variable)

Merupakan variabel yang akan mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) (Sugiyono, 2018). Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah pola makan.

b. Variabel terikat (dependent variable)

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2018).

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel terikat (dependent variable) adalah gastritis.

(8)

8. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah seluruh alat yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, menyelidiki suatu masalah atau mengumpulkan, mengolah, menganalisa dan menyajikan data- data secara sistematis serta objektif dengan tujuan memecahkan suatu masalah atau menguji suatu hipotesis (Saryono, 2011). Alat ukur penelitian ini menggunakan kuesioner yang berfungsi untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan.

Instrumen pengumpulan data terdiri dari kuesioner pola makan, kuesioner ini berisi pertanyaan mengenai pola makan yang terdiri dari 2 item pertanyaan frekuensi makan, 1 item pertanyaan waktu makan, 1 item pertanyaan porsi makan, dan 6 item pertanyaan jenis makan. Setiap item dalam skala ini memilki poin tersendiri.

Kuesioner Gastritis, kuesioner ini berisi pertanyaan untuk mengetahui tingkat kekambuhan dari gejala gastritis. Rentang

waktu kekambuhan géjala gastritis ini di ambil dari jurnal penelitian yang dilakukan oleh Andri Susanti, dkk (2011). Jumlah kuesioner pola makan sejumlah 10 pertanyaan dengan skor baik = 1 kurang baik = 0 menggunakan skala data ordinal sedangkan alat ukur penderita gastritis menggunakan kuesioner dengan 3 pertanyaan dengan skor iya = 1 tidak = 0.

9. Uji Validitas

Validitas adalah untuk menunjukan tingkat keandalan atau ketepatan suatu alat ukur, menunjukan derajat ketepatan antara data yang sesungguhnya pada objek dengan data yang dikumpulkan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur (Sugiyono, 2018).

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan uji konten merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui expert judgement (penilaian ahli) (Hidayat, 2017).

Instrumen ini dikatakan valid apabila instrumen tersebut secara

(9)

rasional butir-butimnya mencangkup keseluruhan kawasan isi objek yang diukur.

Instrumen yang telah disusun sesuai dengan kisi kisi kemudian dikonsultasikan dan diuji kepada Ns.Arie Sulistiyawati, M.Kep sebagai ahli dalam bidang keperawatan Medikal Bedah, dari 19 pertanyaan yang diajukan didapatkan hasil yang valid 13 pertanyaan dan yang tidak valid 6 pertanyaan.

10. Prosedur Pengambilan Data a. Sumber Data

Data primer diperoleh langsung dari responden melalui kuesioner yang diberikan oleh peneliti.

Sebelum melakukan

pengumpulan data penelitian terlebih dahulu melakukan uji validitas dan uji reailitas untuk menguji kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini. Responden diminta untuk mengisi sendiri kuesioner yang telah diberikan oleh peneliti dan tidak boleh diwakili. Kuesioner yang telah

diisi langsung diberikan kepada peneliti.

b. Prosedur Pengumpulan Data Proses dalam pengumpulan data pada penelitian melalui beberapa tahap, yaitu:

1) Memberikan surat ijin permohonan untuk penelitian yang ditujukan pada Prodi Diploma Tiga Keperawatan Di STIKes Dharma Husada Kota Bandung Tahun 2023.

2) Setelah Proposal penelitian disetujui oleh pembimbing penulis menyebarkan kuesioner kepada responden mahasiswa diploma tiga Keperawatan STIKes Dharma Husada Kota Bandung.

3) Penyebaran kuesioner dilakukan melalui pemberian link google form.

4) Jika calon responden setuju untuk menjadi

responden maka

responden berhak mengisi pertanyaan di

(10)

kuesioner yang telah ditandatangani dengan dijaga kerahasiaan jawabannya.

5) Responden diberi waktu untuk mengisi kuesioner, waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner adalah 15 menit.

6) Apabila responden mengalami kesulitan dalam mengisi kuesioner maka peneliti akan membantu menjelaskan.

7) Kuesioner yang telah diisi dikembalikan kepada peneliti.

8) Semua kuesioner yang telah diisi dikumpulkan untuk diseleksi dan dilakukan pengolahan data.

11. Pengolahan Data

Tahap pengolahan data pada peneltian ini yaitu (Notoatmodjo, 2012) :

a. Memeriksa (Editting)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan.Editing dapat

dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Memeriksa tanda kode (Coding)

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numeric (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori.

Pemberian kode ini sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan komputer. Peneliti memberikan kode sesuai dengan kategorik yang ditentukan.

c. Entri Data

Data entri adalah kegiatan memastikan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau data base computer, kemudian membuat distriusi frekuensi sederhana atau juga bisa dengan membuat tabel kontigensi.

d. Tabulating

Proses pengelompokkan jawaban-jawaban yang serupa dan menjumlahkan dengan teliti dan teratur. Setelah jawaban terkumpul kita kelompokkan jawaban yang

(11)

sama dengan menjumlahkannya. Pada tahapan ini data yang diperoleh untuk setiap variabel disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berupa tabel.

12. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian persentase (Notoatmodjo., 2012). Dalam penelitian ini terdapat 2 analisa univariat yakni :

1) Mengidentifikasi angka kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada.

2) Mengidentifikasi pola makan dari segi Frekuensi Makan, jenis makan (Karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan cairan) serta porsi makan pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada.

Selanjutnya dihitung frekuensinya menggunakan rumus sebagai berikut berikut:

P = 𝑓

𝑛𝑥 100%

P = Rata-rata f = Total Respon n = Hasil Observasi

Kemudian hasil pengolahan data pelaksanaan di Interpretasi menggunakan skala sebagai berikut (Arikunto., 2013) :

0% = Tidak seorangpun dari responden

1-26% = Sebagian kecil dari responden

27-49% = Hampir

setengahnya dari responden 50% = Setengahnya dari responden

51-75% = Sebagian dari responden

76-99% = Hampir seluruh responden

100% = Seluruh responden b. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga berkorelasi atau

(12)

berhubungan (Notoatmodjo., 2012). Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara pola makan dengan kejadian gastritis dengan menggunakan rumus Rank Correlation atau sering disebut juga dengan uji korelasi Spearman Rank.

"Korelasi Spearman Rank digunakan mencari hubungan atau untuk menguji signifikansi hipotesis asosiatif bila masing - masing variabel yang dihubungkan berbentuk ordinal dan sumber data antar variabel tidak harus sama." dan analisa dilakukan menggunakan komputerisasi SPSS for Windows maka koefisien korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah koefisien korelasi Rank Spearman di mana variabel X dan Y diukur dengan skala ordinal sehingga objek yang diteliti dapat dirangking dalam rangkaian yang berurutan. Menurut Notoadmojo (2018:182) analisis univariate bertujuan

untuk menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umunya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Untuk data numerik digunakan nilai mean.

Nilai korelasi Spearman hitung ini lalu diperbandingkan dengan Spearman Tabel.

Nilai Kategori

0, 00 Tidak ada

hubungan 0, 01 – 0,09 Hubungan kurang berarti 0,10 - 0,29 Hubungan

lemah 0,30 - 0,49 Hubungan

moderat 0,50 - 0,69 Hubungan

kuat 0,70 - 0,89 Hubungan

sangat kuat

>0,90 Mendekati sempurna

Dalam penelitian ini analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa D3 Keperawatan di STIKes Dharma Husada Bandung.

Pada penelitian ini menggunakan taraf signifikan

(13)

5% (α = 0.05) dan analisa dilakukan menggunakan komputerisasi SPSS for Windows. Dengan Uji statistik yang digunakan adalah Uji Analisis Gamma. Uji Gamma adalah salah satu dari uji Asosiatif Non Parametris.

Gamma mengukur hubungan antara 2 variabel berskala ordinal yang dapat dibentuk ke table kontigensi. Perbandingan antara 2 variabel ordinal melihat subjek mana yang membuat atau memiliki respon yang lebih tinggi buka seberapa besar perbedaan antara 2 variabel tersebut. Uji ini mengukur hubungan yang bersifat simetris artinya variable A dan variable B dapat saling mempengaruhi dan disebut dengan istilah koefisien Gamma (Swajana, 2015).

13. Etika Penelitian

Etika penelitian yaitu hak obyek penelitian dan yang lainnya harus dilindungi (Nursalam, 2013).

Beberapa prinsip dalam pertimbangan etika meliputi:

bebas eksplorasi, kerahasiaan,

bebas dari penderita. bebas menolak menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (Informed Consent).

a. Inform Consent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan ini diberikan kepada setiap responden yang menjadi subyek penelitian dengan memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian serta menjelaskan akibat- akibat yang akan terjadi bila bersedia menjadi subyek penelitian. Apabila responden tidak bersedia maka peneliti wajib menghormati hak-hak pasien tersebut (Nursalam, 2013).

b. Anonymity (Tanpa Nama) Anonymity merupakan tindakan merahasiakan nama peserta terkait dengan partisipasi mereka dalam suatu obyek riset (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini kerahasiaan identitas subyek sangat diutamakan, sehingga peneliti sengaja tidak mencantumkan

(14)

nama pada lembar pengumpulandata.

c. Confidentiality (Kerahasiaan) Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti.

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset (Nursalam., 2013).

Penulis melindungi privasi dan kerahasiaan identitas atau jawaban yang diberikan Subyek berhak untuk tidak mencantumkan identitasnya dan berhak mengetahui kepada siapa saja data tersebut disebarluaskan.

d. Respect for Justice an Inclusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan penelitian perlu dikondisikan sehingga memenuhi prinsip keterbukaan, yakni dengan menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa semua subyek penelitiaan

memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama, tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya Milton dalam (Notoatmodjo., 2012).

e. Balancing Harm and Benefits (Memperhitungkan Manfaat

dan Kerugian yang

ditimbulkan)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subyek penelitian pada khususnya. Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera. stres maupun kematian subyek Milton dalam (Notoatmodjo,. 2012).

(15)

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Kejadian Gastritis Pada

Mahasiswa Dilpoma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada

Tabel 4.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes

Dharma Husada No. Kejadian

Gastritis

Jumlah Persentase

% 1. Tidak

Gastritis

21 38.9

2. Gastritis 33 61.1

Total 54 100

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian dari Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan yang mengalami gastritis sebanyak 33 responden (61.1%). Hal ini dapat dilihat dari kuesioner yang menyebutkan beberapa pertanyaan yang menunjukan tanda dan gejala gastritis yang dialami oleh responden yaitu nyeri ulu hati, sakit kepala, mual, muntah dan kembung.

Responden menjawab lebih dari satu yang diasumsikan responden mengalami tanda gejala tersebut, dan juga responden yang mengalami gastritis mengkonsumsi obat gastritis dan sudah pernah

memperiksakan diri ke dokter dan mendapatkan diagnosa gastritis. Hal ini juga dapat dilihat dari kuesioner pola makan bahwa Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan sebagian besar mengalami pola makan yang kurang baik, dilihat dari jumlah karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam makanan yang dikonsumsi tidak seimbang. Seperti makan kurang dari 2 kali dalam sehari, senang mengkonsumsi makanan pedas dan instan sehingga dapat menyebabkan gastritis.

Hal ini sesuai dengan teori Wahyuni et al., (2017) gejala gastritis seperti sendawa atau cegukan tenggorokan panas, mual, perut terasa di remas- remas, muntah, kehilangan nafsu makan, sering berkeringat dingin, penurunan berat badan, perut bagian atas tidak nyaman, lambung terasa penuh, kembung, cepat kenyang dan perut sering keroncongan. Gejala lainnya yang jarang terjadi, tetapi terasa berat adalah nyeri di ulu hati disertai mual, gejala anemia yaitu pusing dan lemas, kehilangan keseimbangan tubuh seperti pingsan dan muntah.

(16)

Menurut penelitian Erna (2022) bahwa penyebab gastritis yang paling utama diakibatkan oleh kerutinan makan tidak tertib, sebab sebagian dari responden hanya makan 1 – 2 kali sehari serta terdapat pula responden yang makan hanya 1 kali sehari. Lebih senang mengkonsumsi makanan yang instan dan makanan pedas. Tidak hanya itu, jumlah karbohidrat, protein, mineral, dan vitamin tidak seimbang.

2. Pola Makan Pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada

Tabel 4.2

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan No. Pola

Makan

Jumlah Persentase

% 1. Kurang

Baik

36 66.7

2. Baik 18 33.3

Total 54 100

Hasil dari penelitian ini menunjukan dari 54 responden didapatkan 18 responden (33.3%) mempunyai pola makan baik, sedangkan 36 responden (66.7%) mempunyai pola makan kurang baik. Berdasarkan data yang diperoleh, responden umumnya memiliki frekuensi

makan < 3x sehari, porsi makan terkadang sedikit dan terkadang banyak. Jenis makanan yang cenderung mengakibatkan gastritis seperti sering mengkonsumsi makanan pedas, sering mengkonsumsi makan instan dan kurangnya responden dalam mengkonsumsi buah dan sayur, makan satu kali dalam sehari. Sebagian kecil responden yang mempunyai pola makan baik sebanyak 18 responden (33.3%) hal ini dapat dilihat dari hasil kuesioner yang menunjukkan beberapa pertanyaan yang menunjukkan kebiasaan pola makan responden baik seperti terpenuhinya kebutuhan asupan karbohidrat, protein, lemak vitamin dan cairan.

Menurut teori Hudha (2015), hal diatas dapat berpengaruh terhadap pola makan adalah cara atau perilaku yang ditempuh seseorang atau sekelompok orang dalam memilih, menggunakan bahan makanan dalam konsumsi pangan setiap hari yang meliputi frekuensi

(17)

makan, porsi makan, dan jenis makan yang berdasarkan faktor- faktor sosial, budaya dimana mereka hidup.

Sedangkan menurut Diliyana &

Utami (2020), seseorang yang mengalami penyakit gastritis adalah orang yang melakukan pola makan tidak sehat. Dari penelitian yang dilakukan bahwa responden sering terlambat makan, suka mengonsumsi makanan pedas dan suka mengonsumsi makanan siap saji, malas makan makanan pokok dan hanya makan makanan sampingan, serta kebanyakan makan satu kali dalam sehari.

Berdasarkan pemaparan diatas menurut peneliti hubungan pola makan dengan kejadian gastritis dengan hasil didapatkan 18 responden (33.3%) mempunyai pola makan baik, sedangkan 36 responden (66.7%) mempunyai pola makan tidak baik. Dengan ini peneliti berharap pada mahasiswa Diploma Tiga

Keperawatan agar

memperhatikan dan menjaga pola makan sehari-hari.

3. Tabulasi Silang Pola Makan dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKEs Dharma Husada

Tabel 4.3

Distribusi frekuensi Silang Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis

pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada.

Pola Makan

Gastritis Total

Tidak Gastritis

Gastritis

F % F % F %

Baik 2 3.7 16 29.6 18 33.3 Kurang

baik

19 35.

2

17 31.5 36 66.7 Jumlah 21 38.

9

33 61.1 54 100

P value 0.003

CC 0.403

Berdasarkan hasil analisis tabel silang hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada menunjukan bahwa responden yang mengalami gastritis dengan pola makan kurang baik sebanyak 17 responden (31.5%) sedangkan responden yang mengalami gastritis dengan pola makan baik sebanyak 16 responden (29.6%).

Selanjutnya, responden yang tidak mengalami gastritis dengan pola makan kurang baik sebanyak 19 responden (35.2%) sedangkan

(18)

responden yang tidak mengalami gastritis dengan pola makan baik sebanyak 2 responden (3.7%).

Hasil menunjukkan pola makan yang kurang baik ini disebabkan oleh kebiasaan pola makan responden yang kurang baik seperti makan tidak tepat waktu, terlalu sering mengkonsumsi makanan pedas sehingga beresiko menyebabkan gastritis. Jika pola makan yang kurang baik ini berlangsung terus menerus, akan beresiko menyebabkan gastritis kronis baik pada responden yang sudah terdiagnosa mengalami gastritis maupun pada responden yang tidak mengalami gastritis.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square sehingga didapatkan p-value sebesar 0,003 (p < α 0.05) hipotesis (H0) ditolak dan Ha diterima, hal ini menunjukkan adanya hubungan anatara pola makan dengan kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di Stikes Dharma Husada.

Pola makan merupakan cara atau kebiasaan seseorang dalam

mengkonsumsi makanan yang dilakukan secara berulang-ulang.

Banyak faktor yang mempengaruhi pola makan seseorang seperti sosial budaya, Pendidikan, ekonomi, agama, lingkungan dan kebiasaan (Barkah & Agustiyani, 2021).

Kebiasaan makan bisa mempengaruhi terjadinya penyakit gastritis, dimana kebiasaan makan yang kurang baik seperti makan tidak tepat waktu, terlalu sering mngonsumsi makanan pedes, makanan instan dan makanan yang tidak sehat sehingga menyebabkan gastritis. Jika lambung dibiarkan kosong selama 2-3 jam di saat waktu makan, maka akan memproduksi asam lambung yang berlebihan sehingga bisa mengiritasi lapisan lambung yang dapat meyebabkan nyeri di epigastrim selain itu bisa menimbulkan rasa nyeri dan mual (Angkow et al., 2014).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pola makan sangat berpengaruh terhadap terjadinya gastritis. Terlihat bahwa 17 responden yang memiliki pola

(19)

makan kurang baik dan memiliki riwayat penyakit gastritis. Pola makan yang kurang baik pada mahasiswa cenderung akan menyebabkan gejala seperti nyeri ulu hati, perut terasa kembung dan mual, hal itu karena kebiasaan mahasiswa yang mengonsumisi makanan instan, makan makanan pedas dan asam ditambah lagi dengan kebiasaan makan tidak tepat waktu.

Hal ini sejalan dengan penelitian Uwa et al (2019) terjadinya gastritis yang disebabkan oleh pola makan yang tidak baik didasarkan oleh ketidak teratur responden untuk makan dan mengkonsumsi terlalu banyak, pedas dan berlemak sehingga lambung menjadi sensitif menyebabkan asam lambung meningkat. Sehingga dalam menjaga pola makan agar tetap baik dengan makan tepat waktu, sesuai porsi dan mengkonsumsi makanan yang tidak meningkatkan asam lambung.

Menurut hasil penelitian Desty (2020) respon terhadap pola makan yang dimiliki cenderung menimbulkan gejala seperti nyeri

ulu hati, perut terasa sebah, mual dan perut kembung hal itu karena kebiasaan mengonsumsi makanan yang bervariasi seperti mengonsumsi makanan yang pedas dan asam ditambah lagi dengan kebiasaan menunda jadwal makan dan porsi yang besar.

Peneliti berpendapat bahwa kejadian gastritis pada mahasiswa ini disebabkan pola makan yang tidak teratur seperti kebanyakan respoden hanya makan 1-2 kali sehari bahkan ada juga responden yang makan 1 kali sehari.

Disamping itu jumlah karbohidrat, protein, vitamin dan mineral dalam makanan yang dikonsumsi tidak seimbang.

KESIMPULAN

Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan yang dipaparkan di bab sebelumnya, maka penulis dapat memberi kesimpulan sebagai berikut : (1) Ada hubungan antara hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada (p = 0,003

(20)

< α = 0.05). Hasil uji korelasi rank spearman sebesar 0.403 yang diinterprestasikan bahwa kekuatan hubungan antara variabel pada tingkat moderat, (2) Sebagian besar Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada yang mengalami gastritis yaitu sebanyak 33 responden (61.1%), dan (3) Sebanyak 36 responden (66.7%) Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada memiliki pola makan kurang baik, dan 18 responden (33.3%) Mahasiswa Diploma Tiga Keperawatan di STIKes Dharma Husada memiliki pola makan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Aldelina, H., Kedokteran, P., Kedokteran, F., & Maret, U. S.

(2019). Evaluasi Pola Makan sebagai Upaya Pengurangan Kambuh pada Penderita Gastritis Usia Remaja.

Almatsier (Ed.). (2009). Prinsip dasar ilmu gizi. Gramedia Pustaka Utama.

Andreas, A., Tambunan, L. N., &

Baringbing, E. P. (2022).

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis di Puskesmas Marina Permai Kota Palangka Raya. Jurnal Surya Medika,

8(3), 159–165.

https://doi.org/10.33084/jsm.v8i 3.4509

Angkow, Julia Robot , Fredna Onibala, F. (2014). Faktor- faktor yang berhubungan dengan kejadian gastritis di wilayah kerja puskesmas Bahu Kota Manado.

Arafah, M., & Umeda, M. (2019).

Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Siswa SMP Islam Darus Syifa Semper Barat, Jakarta Utara. Jurnal Kesehatan, 3(2), 1–5.

Ardiansyah, M. (2012). Medikal Bedah. DIVA Press.

Astuti Dyah, W. D. (2020). Stress dan perilaku merokok berhubungan dengan kejadian gastritis. 10(2), 213–222.

Ayu Nyoman Ni, R. (2021).

Pengetahuan pasien tentang gastritis di Puskesmas Torue

Kabupaten Parigi

Moutong.Jurnal Ilmiah Kesmas,

(21)

21(2), 51–55.

Baliwati. (2010). Pengantar pangan dan Gizi (Pengaruh Pola Konsumsi Makanan Cepat Saji Terhadap Kadar Kolesterol Siswa XI SMA Negeri 8 dan SMA Pangudi Luhur Yogyakarta). Swadaya.

Bela, N. K. S., Widajati, E., &

Adelina, R. (2022). Hubungan Konsumsi Lemak Hewani, Makanan Pedas, Dan Minuman Tinggi Kafein Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Malang.

Jurnal Nutriture, 1(2), 21–28.

Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajaran Keperawatan Medikal Bedah (Waluyo Agu). EGC.

Jakarta

Desty, R. eka. (2019). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Remaja Kelas X DI MA Walisongo Kecamatan Kebonsari Kabupaten Madiun.

Dewantoro, A. (2019). Hubungan Pola makan dan pemakaian obat Anti Inflamasi dengan Kejadian Gastritis di Puskesmas Tanjung Pinang Kota Jambi Tahun 2016.

Masalah kesehatan masyarakat

khususnya negara berkembang termasuk Indonesia sangat beragam dan ha. 1(2), 1–6.

Diatsa, Bagas (2016). Hubungan pola makan dengan kejadian gastritis pada remaja di pondok al-hikmah, trayon, karanggede, boyolali.

Dwigint. (2015). The relation of Diet Pattern to Dispepsia Fungsional. 1(4), 73–79.

Eka Novitayanti. (2020). Identifikasi Kejadian Gastritis Pada Siswa Smu Muhammadyah 3 Masaran.

Infokes: Jurnal Ilmiah Rekam Medis Dan Informatika Kesehatan, 10(1), 18–22.

https://doi.org/10.47701/infokes .v10i1.843

Elfira Sri Futriani, Feva Tridiyawati,

& Devia Maulana Putri. (2020).

Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Gastritis Pada Mahasiswa Tingkat Ii Di Sekolah Tinggin Ilmu Kesehatan Abdi Nusantara Jakarta Tahun 2018. Jurnal Antara Keperawatan, 3(1), 5–8.

https://doi.org/10.37063/antarap erawat.v3i1.173

Hidayat, N. U. R. R. (2017).

(22)

Identifikasi Pola Makan Pada Pasien Gastritis Politeknik Kesehatan Kendari Jurusan D- Iii Keperawatan. Karya Tulis Ilmiah, 49–51.

Imas, Masturoh; Anggita, N. (2018).

Metodologi Penelitian Kesehatan. Kementrian Kesehatan RI.

Ismawati Yuli, Sumbara, P. A.

(2020). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis Wilayah kerja. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 8(juli), 2656–5471.

https://doi.org/10.1234/jiki.v8i1.

168

Kemenkes RI. (2014). Pedoman gizi seimbang. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.

Lusianah. (2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan sistem Gastrointestinal. Trans Info Media.

Mawey, Brayn Kaawoan, Adeleida Bidjuni, H. (2018). Hubungan kebiasaan makan dengan pencegahan gastritis pada siswa kelas x diSMA Negeri 1 Likupang. In Drugs and the Future: Brain Science, Addiction and Society (pp. 7–

10).

https://doi.org/10.1016/B978- 012370624-9/50005-0

Megawati, A., & Nosi, H. (2014).

Beberapa Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Gastritis Pada Pasien Yang Di Rawat Di Rsud Labuang Baji Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 4(6), 709–715.

Meilani, D. R. (2016). Pengetahuan Pasien Dengan Gastritis

Tentang Pencegahan

Kekambuhan Gastritis. Jurnal AKP, 7(1), 23–29.

Mustakim, Rimbawati, Y., &

Wulandari, R. (2021). Edukasi Pencegahan Dan Penanganan Gastritis Pada Siswa Bintara Polda Sumatera Selatan.

Pengabdian Kepada

Masyarakat, 3(2), 1–4.

Niman. (2013). Pengkajian Kesehatan. Jakarta : Trans Info Media

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :

(23)

Rineka Cipta.

Nurhayati. (2008). Studi Perbandingan Metode Sampling Antara Simple Random Dengan Stratified Random. Jurnal Basic Data. ICT Research Center UNAS, Vol 3, 19–20.

Nurhayati. (2010). Asuhan Keperawatan Keluarga Dengan Masalah Gastritis. Jakarta : Universitas Muhammadiyah Jakatra di akses 18 september 2014

Nursalam. (2013). Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis. Salemba Medika.

Pastor. (2019). Hubungan pola makan dengann kejadian gastritis pada remaja kelas X Di MA Walisongo Kecamaan Kebonsari Kabupaten madiun.

23(3):2019.

Saryono. (2011). Metodologi Keperawatan. UNSOED.

Sediaoetama. (2010). Ilmu Gizi.

Jakarta: Dian rakyat.

Sugiyono. (2018). Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.

Bandung. Alfabet.

Swajana. (2015). Metodologi

Penelitian Kesehatan.

Yogyakarta. Andi Ofset.

Taher Rusli, Palpialy Alfrinli, Nurhikmah, S. A. (2022).

Pengaruh Konseling Kesehatan Terhadap Pengetahuan Masyarakat tentang Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tulehu Kabupaten Maluku Tengah. Jurnal Keperawatan, 06(02).

Tussakinah, W., Masrul, M., &

Burhan, I. R. (2018). Hubungan Pola Makan dan Tingkat Stres terhadap Kekambuhan Gastritis di Wilayah Kerja Puskesmas Tarok Kota Payakumbuh Tahun 2017. Jurnal Kesehatan Andalas, 7(2), 217.

https://doi.org/10.25077/jka.v7i 2.805

Wau, E. T., Pardede, J. A., &

Simamora, M. (2018). Levels of Stress Related to Incidence of Gastritis in Adolescents. 4(2).

Yessi Angelica, & Ernawaty Siagian.

(2022). Hubungan Pola Makan dengan Kejadian Gastritis pada Mahasiswa Keperawatan Universitas Advent Indonesia.

Promotif : Jurnal Kesehatan

(24)

Masyarakat, 12(1), 43–49.

https://doi.org/10.56338/pjkm.v 12i1.2451

Zakariah. (2020). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, action reserch, reserch and development.

Penerbit Pondok Pesantren Al Mawaddah Warrahmah Kokala.

Sulawesi Tenggara.

Referensi

Dokumen terkait

7 • S&l'lg&t ba1k • Pcmbcnan skor pcrula.1an d1sesua1kan dengan mchh11 wgct yang d•rcncanakan dc:ngan capa.1an pada saat ecoev d1la.ksanakan Pemcoev haNs meht.l bnng beku cap1uan

iii Program Studi Strata I Keperawatan STIKes Dharma Husada Bandung 2017 ABSTRAK Indra Herdiawan HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES KERJA PERAWAT DENGAN PERILAKU CARING DI RUANG RAWAT