PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Untuk mengefektifkan pelaksanaan sistem pengendalian, audit internal merupakan satuan pengawasan internal dan pengawas pelaksanaan sistem pengendalian internal pemerintah. Oleh karena itu, audit internal merupakan lembaga yang menerima dampak langsung dari pendekatan pencegahan, deteksi, dan investigasi penipuan.
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Diharapkan kepada pihak lain dan pembaca hasil penelitian ini dapat menambah referensi untuk penelitian selanjutnya, dengan melihat dan menilai mana yang sesuai dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian selanjutnya.
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan Teoritis
- Audit Internal
- Pengertian Audit internal
- Fungsi dan Tanggung Jawab Audit Internal
- Aktivitas Audit Internal
- Tahap-tahap Audit Internal
- Perbedaan Auditor Internal dan Auditor Eksternal
- Tipe-tipe Kecurangan
- Jenis-jenis Kecurangan
- Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan
Keandalan informasi keuangan dan operasional merupakan salah satu kriteria yang termasuk dalam proses audit internal. Menurut Hartadi (2006), fungsi audit internal adalah melakukan kegiatan independen dan memberikan saran sebagai fungsi pengendalian.
Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, (1) tingkat pendidikan formal berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (2) pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (3) tingkat kualifikasi profesional berpengaruh penting dalam kualitas audit, (4) etika profesi berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, (5) tingkat pendidikan formal, pengalaman kerja, tingkat kualifikasi profesi dan etika profesi secara simultan berpengaruh terhadap kualitas audit. Jumlah responden yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 51 responden (85%), sampel dalam penelitian ini adalah sistem pengendalian internal dan auditor internal yang bekerja di Bank Pekanbaru. Faktor-faktor yang akan dianalisis dalam penelitian ini adalah keahlian keuangan Komite Audit, kepemilikan manajerial, ukuran perusahaan dan leverage.
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2002-2006. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh ukuran, auditor, kepemilikan, laporan laba rugi, profitabilitas perusahaan dan solvabilitas terhadap audit report backlog. Penelitian ini berfokus pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007 hingga 2009.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, kepemilikan, laporan laba rugi, DER berpengaruh signifikan terhadap auditlag laporan. Variabel tingkat pendidikan formal dan pengalaman kerja berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit penelitian ini sejalan dengan penelitian Pebryanto (2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu pengambilan sampel yang tidak acak dari suatu populasi.
Kerangka Pikir
Hipotesis
METODE PENELITIAN
- Lokasi Penelitian
- Waktu Penelitian
- Sumber Data
- Teknik Pengumpulann Data
- Metode Analisis
Teknik dokumentasi, yaitu upaya peneliti mengumpulkan data sekunder yang didokumentasikan di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Jumlah dan kualifikasi sumber daya manusia Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan berdasarkan tingkat pendidikan, pangkat dan jabatan pada tahun 2017. Oleh karena itu, menjadi kendala bagi Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dalam melaksanakan tugasnya.
Posisi Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan menimbulkan ekspektasi dan persepsi terhadap peran tersebut. Dengan demikian, peran Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan lebih cenderung ke arah interaksionisme jika dilihat dari kajian teoritik. Aturannya, Inspektorat Provinsi Sulsel berperan mendeteksi kecurangan, namun tone at the top.
Sejauh ini belum ada alat ukur untuk mengukur keberhasilan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Dapat disimpulkan bahwa kode etik yang berlaku di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kinerja auditor. Hal ini tentunya tidak lepas dari peran pengawasan yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.
GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN
Dasar Hukum Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Lembaga Teknis Daerah, dan Lembaga Lainnya di Provinsi Sulawesi Selatan disebutkan bahwa inspektorat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan. di bidang pengawasan berdasarkan prinsip desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas. Penyusunan peraturan daerah ini mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2007 tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota.
Fungsi Organisasi
Visi Organisasi
Berdasarkan kondisi dan tantangan yang akan dihadapi Sulawesi Selatan, serta dengan mempertimbangkan modal dasar yang dimiliki, maka Visi Pembangunan Sulawesi Selatan Tahun 2013-2018 adalah:
Misi Organisasi
Tujuan dan Sasaran Organisasi
Struktur Organisasi
Landasan hukum pelaksanaan pengawasan fungsional Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan sebagai berikut. Bertugas menyiapkan bahan koordinasi pengawasan dan memberikan pelayanan administratif dan fungsional kepada seluruh unsur di lingkungan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan dan kabupaten/kota. Gambaran sumber daya manusia di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa auditor (auditor ahli madya, auditor ahli yunior, auditor ahli pertama, auditor pengawas, auditor eksekutif tingkat lanjut, auditor eksekutif) berjumlah 46 orang.
Hal ini menunjukkan kurangnya tenaga auditor karena yang kita ketahui ruang lingkup pengawasan Inspektorat Provinsi Sulsel sebanyak 24 kabupaten/kota dan seluruh SKPD tingkat I. terbatasnya sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Jika dikaitkan dengan judul penelitian ini, maka adanya harapan masyarakat atau pemerintah terhadap Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan menyiratkan adanya teori peran.
Bagi Inspektorat Provinsi Sulsel, pengaduan masyarakat sangat penting dan memang menjadi program kegiatan di sini. Kami menyadari bahwa penanganan pengaduan yang baik akan meningkatkan kepercayaan masyarakat dan kredibilitas pemerintah. Seluruh unsur Inspektorat Provinsi Sulsel terlibat. Pernyataan di atas menunjukkan bahwa Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan meresmikan pengaduan masyarakat sebagai bukti pentingnya partisipasi dan partisipasi masyarakat dalam proses pengawasan.
Upaya Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan Terhadap Pendeteksian
Meskipun upaya-upaya di atas telah dilakukan oleh Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan, namun jika pengurus lembaga/SKPD yang diperiksa lalai atau tidak memiliki sistem pengendalian yang baik dalam mengelola/mengarahkan SKPD-nya, maka tetap terdapat peluang terjadinya kecurangan. Hal yang utama dalam pencegahan terjadinya kecurangan adalah pengelolaan di SKPD itu sendiri atau istilahnya tone at the top, dimana kedudukan pengendalian pimpinan adalah yang tertinggi dan terpenting, sehingga tinjauan manajemen sangat penting dalam mendeteksi adanya kecurangan. Dapat kita simpulkan bahwa Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mempunyai peran dalam mendeteksi kecurangan, namun tidak sepenuhnya menjadi tanggung jawab Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.
Sebab, prinsip tone at the top artinya apa yang dilakukan atasan merupakan contoh bagi bawahan. Sementara itu, penelitian berbasis ACFE pada tahun 2010 menyoroti pentingnya auditor internal dalam pendeteksian kecurangan, menjelaskan bahwa 60% responden menyatakan auditor internal memiliki peran yang sangat penting dalam upaya pendeteksian kecurangan. Dalam mendeteksi kecurangan, Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mengetahui bentuk dan cara seseorang melakukan tindakan kecurangan serta bagaimana mengembangkan sistem audit internal yang baik.
Berdasarkan temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mampu memberikan kontribusi yang signifikan dalam pendeteksian dan pendeteksian kasus penipuan. Dalam deteksi penipuan, ketika kita memeriksa, gejalanya akan muncul secara otomatis. Dengan demikian, deteksi kecurangan yang dilakukan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan tidak hanya ditemukan melalui gejala-gejala yang diamati oleh auditor saja, namun whistleblower di SKPD juga dapat menjadi sumber yang memberikan informasi mengenai penyimpangan yang terjadi.
Tindakan Korektif Dari Penilaian Hasil Proses Audit Oleh Inspektorat
LHP tersebut selanjutnya diserahkan untuk ditindaklanjuti kepada Kepala Bagian Evaluasi dan Pelaporan yang diawasi oleh Sekretaris Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Berdasarkan hasil wawancara di atas terlihat bahwa Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan terstruktur sebagai aparat pengawas yang menjalankan tugas dan fungsinya secara tegas dan mandiri. Provinsi Sulawesi Selatan tidak menerima intervensi atau tekanan apapun dari siapapun selama audit berlangsung.
Hal ini ditunjukkan dengan adanya proses tindak lanjut yang ketat terhadap seluruh pelanggaran dan penyimpangan yang terjadi di SKPD, baik dari segi disiplin pegawai maupun materil. Hal ini terlihat dari auditor yang tanggap dan tegas dalam memberikan sanksi dalam pemeriksaan apabila menemukan temuan pada suatu SKPD melalui bukti-bukti yang relevan. Sanksi dalam hal ini tidak berupa penjatuhan hukuman terhadap pelaku penipu, karena sifat inspektorat provinsi hanya mendampingi gubernur untuk menilai keadilan dengan cara memeriksa kegiatan masing-masing SKPD, atau dengan kata lain dengan memberikan rekomendasi, yang berupa salah satu unsur bimbingan.
Sangat jelas terlihat bahwa Inspektorat Provinsi Sulsel menganut asas pemulihan yaitu relevan, kompeten, memadai dan material. Yang dimaksud dalam hal ini adalah bukti/dokumen dari SKPD yang akan digunakan sebagai dokumen pemeriksaan yang juga bersifat rekapitalisasi. Oleh karena itu, auditor di Inspektorat menjamin keakuratan temuannya jika berpegang pada prinsip-prinsip tersebut, dan prinsip tersebut bersifat universal di lingkungan Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan.
Indikator Pencapaian Keberhasilan Inspektorat Dalam Mendeteksi
Kepatuhan terhadap standar kode etik dan definisi kegiatan audit telah diterapkan di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan. Ada yang mengawasi kegiatan pengawasan dan ada kode etik petugas pengawas di Provinsi Sulawesi Selatan. Di dalam lembaganya, keberhasilan Inspektorat Provinsi Sulsel dalam melakukan audit terlihat dari upaya tindak lanjut bagian evaluasi dan pelaporan Inspektorat Provinsi Sulsel.
Sedangkan jika dilihat dari sisi eksternal lembaga, Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan telah menunjukkan kinerja yang baik sebagai lembaga APIP (Aparat Pengawasan Internal Pemerintah). Pengurangan penyimpangan ini merupakan implementasi tahun pengawasan yang dicanangkan pada tahun 2010, dimana Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan mendominasi peran sebagai aparat pengawasan. Terlepas dari status WTP dua tahun berturut-turut yang disandangnya dalam empat tahun terakhir, Provinsi Sulawesi Selatan saat ini menduduki peringkat ke-3 kinerja terbaik Pemprov Sulsel sejak tahun 2018.
Prestasi yang dicapai Provinsi Sulawesi Selatan hingga saat ini menggambarkan fungsi penyelenggara pemerintahannya. Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan melalui auditornya mendeteksi kecurangan dengan mengidentifikasi dokumen audit yang relevan, kompeten, memadai dan relevan. Bagaimana upaya pencegahan dan deteksi kecurangan audit internal di masing-masing instansi Pemprov Sulawesi Selatan?
PENUTUP
Kesimpulan
Fraud umumnya terjadi akibat buruknya pengendalian internal pada SKPD yang mendukung peluang, kemudian tekanan dan rasionalisasi. Pengendalian intern yang lemah pada SKPD merupakan peluang terjadinya kecurangan, namun pengendalian internal yang kuat pada SKPD tidak menjamin tidak terjadinya kecurangan, namun auditor di Inspektorat Provinsi Sulawesi Selatan bekerja maksimal dengan kompetensi dan keterampilan yang dimilikinya. sehingga dapat mendeteksi dan mengungkap terjadinya kecurangan dengan memberikan rekomendasi kepada SKPD/pengurus. Whistleblower juga dapat membantu auditor mendeteksi kecurangan dengan memberikan informasi kepada pelaku kecurangan.
Saran
Sedangkan gejala penipuan dapat dilihat dari tidak kooperatifnya objek pemeriksaan atau sebaliknya. Dengan sistem pengendalian internal yang kuat, kasus dapat dicegah sesedikit mungkin dan mudah untuk mengungkap siapa pelaku kasus tersebut. Partisipasi masyarakat dalam pengawasan sangat diperlukan karena dapat memberikan perbedaan pendapat atas cerminan kebijakan yang diterapkan pemerintah untuk mencegah penyelewengan.
Gejala Fraud dan Peran Auditor Internal dalam Deteksi Fraud di Lingkungan Perguruan Tinggi (Studi Kualitatif), Universitas Pendidikan Indonesia.