MAKALAH
ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DI INDONESIA
“ANALISIS KEBIJAKAN PENDIDIKAN MENENGAH (SMA)”
Dosen Pengampu:
Dr. Ahmad Salabi, M.Pd dan Dr. Riinawati, M.Pd.
Disusun Oleh:
Norhayati NIM: 210211030058
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI PROGRAM PASCA SARJANA
MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM BANJARMASIN
2022/1443 H
KATA PENGANTAR
Puji syukur, kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah- Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta kita semua pengikutnya hingga akhir Zaman.
Di samping itu juga, dalam pembuatan makalah ini, penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada bapak Dr. Ahmad Salabi, M.Pd dan Dr. Riinawati, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Analisis kebijakan pendidikan di Indonesia Makalah ini menjelaskan tentang “Analisis Kebijakan Pendidikan Menengah (SMA)”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembacanya, dan para pendengarnya, baik itu dosen pembimbing, maupun mahasiswa/(i). Dengan keterbatasan waktu, referensi, dan kemampuan, penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini, segala kritik dan saran yang membangun dari para pendengar sangat kami harapkan demi penyempurnaan makalah ini dimasa yang akan datang.
Banjarbaru, 15 April 2022
Penulis
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Dewasa ini sistem pendidikan semakin berkembang pesat sehingga sesuatu yang dapat mengembangkan sistem pendidikan diterapkan guna mencapai tujuan pendidikan. Seperti kita ketahui bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 1
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dibicarakan sebab biasanya kecerdasan manusia dilihat dari seberapa tinggi seseorang tersebut mengenyam pendidikan. Dengan adanya pendidikan, manusia juga dapat mencapai kebutuhan hidupnya dengan berbagai cara. Dalam hal ini pemerintah juga tidak bermain-main dalam menggalakkan pendidikan, terbukti dengan adanya salah satu peraturan yang mengatur pendidikan yang tertuang dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1,2 an 3. 2
Berbicara tentang pendidikan artinya kita berbicara tentang kejayaan suatu bangsa dan negara. Pendidikan adalah satu-satunya jalan yang akan mengantarkan bangsa ini menuju kecemerlangan masa depan. Mengabaikan masalah pendidikan artinya sama saja dengan membiarkan nasib bangsa ini menuju jurang kehancuran.
Perubahan kabinet diharapkan memberi semangat baru dalam perbaikan dunia pendidikan di Indonesia, berbagai harapan ditumpukan kepada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) di bawah kepemimpinan "Mas Menteri"
Nadiem Makarim, mulai dari pencanangan program kebijakan, rencana membuat cetak biru pendidikan Indonesia, dan istilah merdeka belajar yang diyakini merupakan bagian dari cetak biru. Hal inilah salah satunya yang menyebabkan Kebijakan pada dunia pendidikan masih sangat mudah berubah.3
1 Undang-undang republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 2 1UUD 1945 pasal 31 ayat 1, 2, 3. Lihat dalam Hak dan kewajiban warga Negara dalam UUD 1945 Pasal 31 3 Sumber: https://radarbanyumas.co.id/kebijakan-pendidikan-mudah-berubah/
Sejak menduduki kursi kepemerintahan sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Indonesia, Nadiem Anwar Makariem mulai merancang berbagai gebrakan untuk kemajuan dunia pendidikan Indonesia. Ia mencetuskan sistem pendidikan bernama Merdeka Belajar. Hal ini mengacu kepada visi pendidikan Indonesia 2035 yang dirumuskan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Indonesia yaitu: “Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila”. Rancangan sistem pendidikan ini terdiri dari bermacam strategi yang memasukkan peran seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadi agen perubahan. Mulai dari institusi pendidikan, guru, siswa, keluarga, dunia usaha / industri, serta masyarakat yang tergabung dalam organisasi penggerak, perusahaan teknologi edukasi, dan lainnya. Harapannya adalah agar terciptanya pendidikan berkualitas bagi seluruh rakyat Indonesia. Strategi-strategi yang disusun untuk mendukung gebrakan Merdeka Belajar ini terdiri dari 10 kebijakan pendidikan baru hasil pembaharuan dari sistem sebelumnya. 10 kebijakan tersebut tertuang dalam Peta Jalan Pendidikan Indonesia 2020 – 2035.4
4 https://www.kompasiana.com/mellysayuliana0809/6226fc83bb4486772d428784/analisis-kebijakan-sd-smp- dan-sma
PEMBAHASAN A. Pengertian Kebijakan Pendidikan
Riant Nugroho (2008:35-36) mengatakan bahwa kebijakan pendidikan adalah kebijakan publik bidang pendidikan. Kebijakan pendidikan berkenaan dengan kumpulan hukum atau aturan yang mengatur pelaksanaan sistem pendidikan, yang tercakup di dalamnya tujuan pendidikan dan bagaimana mencapai tujuan tersebut.
Kebijakan pendidikan harus sejalan dengan kebijakan publik. Di dalam konteks kebijakan publik secara umum, yaitu kebijakan pembangunan, maka kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik. Kebijakan pendidikan dipahami sebagai kebijakan di bidang pendidikan, untuk mencapai tujuan pembangunan bangsa di bidang pendidikan, sebagai satu dari tujuan bangsa secara keseluruhan.
Sebagaimana dikemukakan oleh Mark Olsen dalam Riant Nugroho (2008:36), kebijakan pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara-negara dalam persaingan global, sehingga kebijakan pendidikan perlu mendapatkan prioritas utama dalam era globalisasi. Salah satu argumen utamanya adalah bahwa globalisasi membawa nilai demokrasi. Demokrasi yang memberikan hasil adalah demokrasi yang didukung oleh pendidikan.5
Kebijakan pendidikan merupakan keseluruhan proses dan hasil perumusan langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan, dalam rangka untuk mewujudkaan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk suatu kurun waktu tertentu secara khusus Sekolah Dasar (Muchlis, 2002). Jadi bisa disimpulkan bahwa kebijakan pendidikan merupakan seluruh strategi pendidikan yang dirangkum secara jelas sesuai tujuan nya dengan bertujuan agar pendidikan di indonesia semakin maju. Kebijakan pendidikan sangat diperlukan guna mengatur dunia pendidikan agar lebih tertata dan sistematis agar tujuan dapat tercapai.
Namun dalam jenjang SD SMP dan SMA memiliki kebijakan pendidikan yang hampir sama. 6
5 Dr. Muhammad Ali, M.Si, Kebijakan Pendidikan Menengah (Malang: UB press, 2017).
6 Dr Arwildayanto, M.Pd, Analisis Kebijakan Pendidikan (Bandung: Cv Cendekia Press, 2018).
B. Sekolah Menengah Atas (SMA)
Pengertian SMA (Sekolah Menengah Atas) adalah tingkatan terakhir pendidikan menengah yang harus ditempuh siswa sebelum memasuki jenjang pendidikan tinggi. Di dalam bahasa Inggris SMA disebut dengan High School merupakan jenjang teratas pendidikan formal tingkat menengah di Indonesia. SMA adalah sekolah umum berbeda dengan SMK yang memiliki jurusan tertentu. Baik SMA, SMK ataupun MA memiliki level atau jenjang yang sama dan harus ditempuh dalam waktu 3 tahun. Siswa yang sudah lulus dari bangku Sekolah Menengah Pertama kemudian bisa melanjutkan pendidikannya di tingkat menengah atas yaitu SMA.
Sekolah Menengah Atas harus ditempuh oleh siswa yang sudah lulus SMP dan ingin melanjutkan pendidikan tinggi di universitas. Artinya siapapun yang belum atau tidak lulus SMP tidak dapat menempuh pendidikan di SMA kecuali sudah mengikuti ujian paket B yang setara SMP. Begitu juga tanpa adanya ijazah SMA seseorang tidak mungkin kuliah di perguruan tinggi.
Di Indonesia sendiri terdapat sejarah tentang awal mula berdirinya SMA yaitu Hogere Burger School yang disingkat HBS. Lama pendidikan di HBS adalah 5 tahun dan hanya bisa diikuti oleh elit Belanda, orang-orang Eropa dan pribumi terpilih setelah lulus dari sekolah dasar di ELS atau HIS. Mereka yang sekolah di HBS dan telah lulus boleh menempuh pendidikan lanjutan di perguruan tinggi Belanda. Hingga tahun 1916 terdapat 4 saja sekolah HBS di Indonesia yaitu di Jakarta, Surabaya, Semarang dan Bandung. SMA adalah sekolah yang secara umum siswa-siswanya berumur antara 16 sampai dengan 18 tahun meskipun tidak menutup kemungkinan ada yang usianya lebih muda ataupun lebih tua. Artinya siswa SMA secara pribadi adalah individu yang sedang berada dalam tahap perkembangan remaja dan dewasa awal sehingga wajar kalau rasa ingin tahunya terhadap sesuatu dalam kehidupan sangat besar.
Tidak mengherankan juga kalau kebanyakan kasus kenakalan remaja juga terjadi pada anak-anak usia SMA karena didorong oleh rasa ingin tahu dan coba-coba untuk menemukan identitas dirinya.
Sekolah Menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun melalui 6 semester.
Kalau dulu kelas awal di SMA disebut dengan kelas 1 namun sejak adanya penerapan program wajib belajar 12 tahun lebih dikenal dengan kelas 10 yang merupakan kelanjutan dari kelas 3 SMP yaitu kelas 9. Tingkat terakhir di SMA adalah kelas 3 atau kelas 12 dimana ketika menjelang akhir pendidikan siswa-siswanya harus mengikuti ujian kelulusan.
Jurusan di SMA telah melalui beberapa perubahan yaitu :
Tahun 1960an jurusan di SMA jurusan Bahasa (A), Jurusan Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (B) dan Jurusan Ilmu Sosial (C).
Tahun 1980an jurusan SMA terdiri dari Ilmu Fisika (A1), Ilmu Biologi (A2), Ilmu Sosial (A3) dan Ilmu Bahasa (A4).
Tahun 1997 jurusan di SMA berubah menjadi Jurusan IPA, IPS dan Bahasa.
Pada tahun 2006-2009 jurusan di SMA , IPA , IPS, dan Bahasa. Penjurusan dimulai dari kelas XI.
Pada Tahun 2010-2013 jurusan di SMA hanya IPA dan IPS .
Pada Tahun 2014 sampai sekarang jurusan di SMA kembali IPA, IPS dan Bahasa namun istilah IPA diganti dengan MIA, IPS diganti IIS dan Bahasa tetap . dan penjurusan nya mulai kelas X. adapun untuk MA (Madrasah Aliyah) sama saja hanya ditambah satu jurusan yaitu IA (Ilmu Agama).
Tahun Ajaran 1994/1995 penyebutan SMA diubah menjadi SMU atau Sekolah Menengah Umum
Tahun Ajaran 2004/ 2005 SMU kembali menjadi SMA hingga saat ini.
SMA berada di bawah pengawasan Kementerian Pendidikan RI sebagai regulator atau pembuat peraturan sementara itu pengelolaan langsung berada di tangan
daerah masing-masing melalui pemerintah Provinsi. Hal ini berlaku sejak adanya peraturan tentang otonomi daerah pada tahun 2005 silam.7
C. Implementasi Kebijakan Pendidikan Menengah (SMA)
Kurikulum SMA pada SMA pelaksana Program Sekolah Penggerak ini mengalami perubahan yang cukup signifikan dibandingkan dengan Kurikulum 2013.
Struktur kurikulum SMA Kurikulum 2022 terdiri atas dua fase yaitu:
1. Fase E untuk Kelas X;
2. Fase F untuk Kelas XI dan Kelas XII.
Pada Struktur Kurikulum SMA kurikulum 2022 di kelas X, peserta didik akan mengikuti mata pelajaran yang sama dengan di SMP yaitu mata pelajaran umum.
Mulai Kelas XI, peserta didik sudah menentukan mata pelajaran pilihan sesuai minat dan bakatnya. Seperti di SMP, mata pelajaran IPA dan IPS di Kelas X SMA belum dipisahkan menjadi mata pelajaran yang lebih spesifik.
Namun demikian, satuan pendidikan dapat menentukan bagaimana muatan pelajaran diorganisasi. Pengorganisasian pembelajaran IPA atau IPS sebagai berikut;
mengajarkan muatan IPA atau IPS secara terintegrasi. Misalnya dalam mata pelajaran IPA, untuk capaian pembelajaran muatan pelajaran Fisika, Kimia, dan Biologi dipadukan dalam satu tema sehingga menjadi pembelajaran berbasis tema, pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), atau unit inkuiri lainnya;
mengajarkan muatan IPA atau IPS secara bergantian dalam blok waktu yang terpisah. Misalnya peserta didik mempelajari muatan pelajaran Fisika terlebih dahulu sampai dengan selesai, kemudian muatan pelajaran Kimia sampai dengan selesai, dan dilanjutkan muatan pelajaran Biologi sampai dengan selesai, atau dengan urutan yang berbeda sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kemudian setelah semua muatan pelajaran (Fisika, Kimia, dan Biologi) selesai dipelajari, diikuti dengan unit pembelajaran inkuiri yang mengintegrasikan muatan pelajaran IPA tersebut; atau
mengajarkan muatan IPA atau IPS secara paralel, dengan jam pelajaran terpisah seperti mata pelajaran yang berbeda-beda, kemudiaan diikuti dengan unit pembelajaran inkuiri yang mengintegrasikan muatan-muatan pelajaran IPA atau IPS tersebut. Misalnya masing-masing muatan pelajaran Fisika, Kimia, Biologi diajarkan
7 https://www.smadwiwarna.sch.id/pengertian-sma/
secara reguler secara bersamaan setiap minggu sesuai dengan alokasi JP untuk masing-masing muatan pelajaran.
Proporsi beban belajar untuk SMA terbagi menjadi dua, yaitu:
1. pembelajaran intrakurikuler; dan
2. projek penguatan profil pelajar Pancasila dialokasikan sekitar 30% total JP per tahun
D. Analisis Kebijakan Pendidikan Menengah (SMA)
Sebelum kita membahas Analisis kebijakan pendidikan pada jenjang SMA, baru-baru ini tepatnya pada dalam perayaan Hari Guru Nasional beberapa waktu lalu.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud-Ristek) akan menerapkan kurikulum pendidikan yang baru pada tahun 2022. Hal itu juga diungkapkan langsung oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Nadiem Anwar Makarim
Berdasarkan keterangannya, kurikulum baru ini akan ditawarkan sebagai opsi bukan sebagai kewajiban. Sifatnya tidak wajib dan sekolah tidak akan dipaksa secara masal untuk menggantinya menjadi kurikulum prototipe 2022. Target dan tujuan kebijakan kurikulum ini adalah untuk mendorong perbaikan kualitas proses dan hasil belajar, fokus utamanya yaitu pada pembelajaran. Kurikulum yang disebut lebih fleksibel itu pada jenjang SMA nantinya tidak diberlakukan lagi program peminatan jurusan seperti sebelumnya yakni IPA, IPS ataupun Bahasa. Menurutnya, kurikulum prototipe dirancang untuk memberi ruang lebih banyak bagi pengembangan karakter dan kompetensi siswa. Sehingga, para siswa SMA bisa menekuni mata pelajaran sesuai minatnya secara lebih fleksibel. Nantinya siswa bisa melakukan kombinasi mata pelajaran sesuai minatnya. Kombinasi ini dapat didasarkan pada kecakapan hidup yang sejalan dengan minat dan rencana karirnya di masa mendatang. Berikut Analisis Kebijakan Pendidikan Menengah (SMA) :
1. Menerapkan kolaborasi dan pembinaan antar sekolah (TK – SD – SMP – SMA, informal)
Kebijakan pertama pada sistem pendidikan Merdeka Belajar yaitu menerapkan kolaborasi dan pembinaan antarsekolah. Sebelumnya, pemangku kepentingan bekerja dengan sistem mereka sendiri atau sistem yang tertutup.
Sekolah-sekolah juga terlalu fokus kepada administrasi dan peraturan yang terlalu membebani. Penerapan kolaborasi dan pembinaan antarsekolah menjangkau berbagai tingkatan sekolah yaitu TK, SD, SMP, SMA, hingga sekolah informal.
Ada 4 poin yang coba untuk diwujudkan dalam kebijakan ini, yaitu adanya sekolah penggerak, program pembelajaran sebaya, pengelolaan administrasi bersama, dan pendidikan informal yang berbasis nilai. Penerapan 4 poin ini akan mengubah sistem yang sebelumnya tertutup menjadi sistem terbuka dengan adanya kerjasama antar pemangku kepentingan.
2. Meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah
Menurut Pak Nadiem, sekolah-sekolah terlalu memfokuskan diri pada urusan administrasi pada sistem pendidikan sebelumnya. Program-program untuk pengembangan instrumen sekolah seperti guru dan kepala sekolah pun kurang diperhatikan. Oleh karena itu, kebijakan pendidikan baru yang diusung Pak Nadiem ini salah satunya adalah meningkatkan kualitas guru dan kepala sekolah.
Peningkatan kualitas guru dan kepala sekolah diwujudkan dengan memperbaiki sistem rekrutmen, meningkatkan kualitas pelatihan, penilaian, serta mengembangkan komunitas / platform pembelajaran.
3. Membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi
Kebijakan pendidikan baru yang ke – 3 yaitu membangun platform pendidikan nasional berbasis teknologi. Platform yang dibangun terdiri dari 5 kriteria: berpusat pada siswa, interdisipliner, relevan, berbasis proyek, dan kolaboratif. Ketika platform tersebut sudah mulai digunakan, sekolah juga akan
didukung dengan sarana dan prasarana teknologi. Rencana dukungan tersebut mengenai tiga hal seperti biaya paket internet (data cost), ketersediaan perangkat belajar (equipment availability), dan konektivitas internet dan listrik untuk daerah 3T (connectivity & electricity)
4. Memperbaiki kurikulum nasional, pedagogi, dan penilaian
Perbaikan kurikulum nasional, pedagogi, dan sistem penilaian menjadi fokus pada kebijakan pendidikan yang baru dari Pak Nadiem. Hal ini bertujuan untuk menanamkan kompetensi yang tepat dalam diri generasi masa depan.
Perbaikan-perbaikan yang dimaksud terdiri dari penyederhanaan konten materi, fokus pada literasi dan numerasi, pengembangan karakter, berbasis kompetensi, serta fleksibel.
Luaran dari perbaikan kurikulum yaitu terbentuknya karakteristik pelajar pancasila pada generasi masa depan. Pada pedagogi dan penilaian akan digunakan tiga sistem yaitu Asesmen Kompetensi Minimum (AKM), Survei Karakter, dan Survei Lingkungan Belajar.
5. Meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk memastikan distribusi yang merata
Kebijakan pendidikan baru yang ke – 4 yaitu meningkatkan kolaborasi dengan pemerintah daerah untuk pendistribusian yang merata. Nantinya pemerintah pusat akan bekerja sama dengan pemerintah daerah melalui pendekatan yang bersifat personal dan konsultatif serta memberikan penghargaan berdasarkan prestasi. Pengawasan terkait anggaran, infrastruktur, penerimaan siswa (zonasi), dan guru, akan diawasi demi pendistribusian yang merata di setiap daerah.
6. Membangun sekolah / lingkungan belajar masa depan
Kemendikbud juga merencanakan untuk dimulainya pembangunan sekolah atau lingkungan belajar untuk masa depan. Pembangunan ini mencakup 5 aspek yaitu aman dan inklusif, memanfaatkan teknologi, kolaboratif, kreatif, dan sistem belajar berbasis pengalaman.
Aman dan inklusif meliputi fasilitas darurat / tanggap bencana, bebas kerusakan, ramah disabilitas, dan bebas dari perundungan / diskriminasi. Pemanfaatan teknologi meliputi kelas digital dengan akses internet, komputer untuk setiap anak, serta akses pembelajaran daring. Kolaboratif berarti kemudahan mengatur ruang kelas menjadi kelompok – kelompok untuk membangun kerja tim, empati, dan kepemimpinan. Aspek kreatif memungkinkan pengaturan ruang kelas sesuai kebutuhan / preferensi siswa atau guru untuk mengasah kreativitas. Sistem pembelajaran berbasis pengalaman dilakukan melalui eksplorasi, interaksi dengan lingkungan dan masyarakat untuk menyelesaikan masalah dunia nyata.
7. Memberikan insentif atas kontribusi dan kolaborasi pihak swasta di bidang pendidikan
Pemberian insentif atas kontribusi dan kolaborasi pihak swasta di bidang pendidikan juga menjadi salah satu kebijakan pendidikan baru. Pemberian insentif meliputi dana CSR, insentif pajak, kemitraan swasta publik, otonomi, dan keuntungan yang lebih besar lainnya berupa insentif keuangan dan penyederhanaan regulasi. Penyederhanaan regulasi dilakukan karena persyaratan nirlaba dan kepemilikan tanpa aset untuk yayasan dan proses perizinan yang kompleks, selama ini menjadi penghalang signfiikan bagi sektor swasta atau mitra global untuk berpartisipasi dalam sistem pendidikan Indonesia.
8. Mendorong kepemilikan industri dan otonomi pendidikan vokasi
Kebijakan pendidikan baru yang ke – 8 yaitu mendorong kepemilikan industri dan otonomi pendidikan vokasi. Pihak industri atau asosiasi akan terlibat dalam penyusunan kurikulum, mendorong pembelajaran, dan pembiayaan pendidikan melalui sumbangan sektor swasta atau CSR. Pada pendidikan vokasi, pemerintah pusat akan membentuk program magang dan penempatan langsung dengan pemain industri. Pelatihan guru dan mempekerjakan praktisi industri juga menjadi rencana pada kebijakan ini. Pemerintah akan mengembangkan dan mengimplementasikan kebijakan untuk menarik keterlibatan industri dan memungkinkan otonomi / fleksibilitas yang lebih besar.
9. Membentuk pendidikan tinggi kelas dunia
Kebijakan pendidikan baru yang ke – 9 yaitu membentuk pendidikan tinggi kelas dunia dengan diferensiasi misi pendidikan tinggi sebagai pusat – pusat unggulan serta mempererat hubungan dengan industri dan kemitraan global. Ada tiga target diferensiasi misi perguruan tinggi: 1) Membangun PT bereputasi dunia di setiap bidang sebagai pusat inovasi untuk daya saing bangsa, 2) Membangun 1 PT unggul di setiap provinsi sebagai motor pembangunan daerah & nasional, 3) Perluasan akses PT dan membentuk ekosistem life-long learning.
10. Menyederhanakan mekanisme akreditasi dan memberikan otonomi lebih Selama Selama ini Mekanisme akreditasi terbilang rumit karena kewajibannya untuk memperbaharui akreditasi setiap 4 tahun dan berfokus pada aspek administratif. Pada kebijakan pendidikan yang baru ini, mekanisme akreditasi akan bersifat otomatis dan berbasis data dengan mengkombinasikan standar pemerintah dan komunitas sehingga berfokus pada hasil. Peningkatan kredibilitas dan mekanisme akreditasi memungkinkan otonomi dalam institusi pendidikan yang terdiri dari 4 aspek yaitu kurikulum / program, guru / dosen, kemitraan, dan pengoperasian / manajemen. Otonomi ini dapat diterapkan pada pendidikan tinggi dan/atau sekolah swasta. Kebijakan yang ke – 10 ini bersifat suka rela, berbasis
data, merujuk pada praktik terbaik tingkat global, serta pelibatan industri atau komunitas.8
Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim, menetapkan empat program pokok kebijakan pendidikan “Merdeka Belajar”. Program tersebut meliputi Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) Zonasi. “Empat program pokok kebijakan pendidikan tersebut akan menjadi arah pembelajaran kedepan yang fokus pada arahan Bapak Presiden dan Wakil Presiden dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia,”
demikian disampaikan Mendikbud pada peluncuran Empat Pokok Kebijakan Pendidikan “Merdeka Belajar”
Arah kebijakan baru penyelenggaraan USBN, kata Mendikbud, pada tahun 2020 akan diterapkan dengan ujian yang diselenggarakan hanya oleh sekolah. Ujian tersebut dilakukan untuk menilai kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tertulis atau bentuk penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan (tugas kelompok, karya tulis, dan sebagainya). “Dengan itu, guru dan sekolah lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa. Anggaran USBN sendiri dapat dialihkan untuk mengembangkan kapasitas guru dan sekolah, guna meningkatkan kualitas pembelajaran,”
Selanjutnya, mengenai ujian UN, tahun 2020 merupakan pelaksanaan UN untuk terakhir kalinya. “Penyelenggaraan UN tahun 2021, akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa (literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan penguatan pendidikan karakter,” Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh siswa yang berada di tengah jenjang sekolah (misalnya
8 https://blog.kejarcita.id/10-kebijakan-pendidikan-yang-baru-dari-pak-nadiem/
kelas 4, 8, 11), sehingga dapat mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hasil ujian ini tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya. “Arah kebijakan ini juga mengacu pada praktik baik pada level internasional seperti PISA dan TIMSS,” Sedangkan untuk penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Kemendikbud akan menyederhanakannya dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru tersebut, guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan, dan mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan asesmen. “Penulisan RPP dilakukan dengan efisien dan efektif sehingga guru memiliki lebih banyak waktu untuk mempersiapkan dan mengevaluasi proses pembelajaran itu sendiri. Satu halaman saja cukup,”
Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), Kemendikbud tetap menggunakan sistem zonasi dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses dan kualitas di berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima siswa minimal 50 persen, jalur afirmasi minimal 15 persen, dan jalur perpindahan maksimal 5 persen. Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 0-30 persen lainnya disesuaikan dengan kondisi daerah. “Daerah berwenang menentukan proporsi final dan menetapkan wilayah zonasi,”.
PENUTUP
Kesimpulan
Analisis Kebijakan Pendidikan Menengah (SMA) dalam makalah ini menerangkan latar belakang kebijakan pendidikan “Membangun rakyat Indonesia untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang unggul, terus berkembang, sejahtera, dan berakhlak mulia dengan menumbuhkan nilai-nilai budaya Indonesia dan Pancasila”. Rancangan sistem pendidikan ini terdiri dari bermacam strategi yang memasukkan peran seluruh pemangku kepentingan pendidikan untuk menjadi agen perubahan (agen of changes). Oleh sebab itu kebijakan pendidikan selalu berubah-ubah. Dalam kebijakan pendidikan ini penulis memuat beberapa kebijakan pemerintah seperti perubahan kurikulum, pengaturan UN, dan PPDB .
Saran
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan berupa hal-hal yang belum terjangkau untuk bisa penulis sajikan. Namun penulis berharap makalah ini tetap memberikan manfaat bagi pembaca. Atas kekurangan tersebut penulis mengharapkan sekali kritik dan saran dari pembaca untuk kelengkapan dan kesempurnaan isi makalah ini dan juga sebagai bekal untuk membuat makalah yang lebih baik lagi. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih.