ANALISIS KEBIJAKAN PUBLIK PENGENDALIAN RAYAP PADA BANGUNAN GEDUNG DI KOTA DEPOK
(Pandangan Holistik Tentang Persyaratan Keandalan Bangunan) Yudi Rismayadi
Ketua Divisi LITBANG
IKATAN PERUSAHAAN PENGENDALIAN HAMA INDONESIA
Munculnya Rancangan Peraturan Daerah mengenai Bangunan di Kota Depok merupakan wujud kepedulian stakeholder bangunan di Kota Depok. Perda sangat stategis ditinjau dalam dua perspektif yaitu 1) menyiapkan aturan legal formal di kota Depok dalam penyelenggaraan bangunan sehingga terciptanya kondisi bangunan yang handal, sehat, dan serasi dengan alam lingkungannya dan 2) Perda merupakan jawaban kesiapan pemerintah daerah Kota Depok dalam mengemban amanat dari Undang-undang No 28 tahun 2002 mengenai Bangunan Gedung yang telah diundangkan.
Layaknya setiap kebijakan publik, setiap perda adalah hasil dari aktivitas politis yang divisualisasikan dalam berbagai tahap proses pembuatan kebijakan. Namun demikian setiap tahap proses pembuatan kebijakan itu juga dibarengi oleh serangkaian aktivitas intelektual yang mengungkap permasalahan secara kritis, menilai, dan mengkomunikasikan pengetahuan yang relevan dengan kebijakan dalam satu atau lebih tahap proses sehingga setiap kebijakan publik sesuai dan mampu menjawab kebutuhan serta keinginan publik.
Makalah ini tidak sepenuhnya merupakan hasil analisis kebijakan publik terhadap keseluruhan isi Rancangan Peraturan Daerah Kota Depok mengenai Bangunan, namun mecoba mengungkapkan permasalahan yang terkait persyaratan keandalan bangunan dalam perspektif yang lebih holistik dengan memandang seluruh faktor yang mempengaruhi keandalan bangunan, khususnya rayap perusak bangunan.
PERSYARATAN KEANDALAN BANGUNAN
Bangunan merupakan wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya dan berfungsi sebagai tempat manusia melakukan berbagai aktivitas. Oleh karena itu pandangan holistik terhadap keberadaan suatu bangunan adalah bahwa bangunan tidak terpisahkan dari berbagai faktor lingkungan yang berada di sekitar tapak bangunan baik di dalam bangunan gedung maupun di luar bangunan gedung (Gambar 1).
Faktor-faktor tersebut berinteraksi dan memberikan beragam pengaruh termasuk terhadap keandalan bangunan gedung yang merupakan totalitas fungsional bangunan dalam mendukung aktivitas manusia yang berada didalamnya. Bahkan seringkali interaksi yang terjadi menyebabkan keandalan bangunan terganggu dan dari waktu ke waktu keandalannya semakin menurun. Penurunan keandalan bangunan tentunya akan mengakibatkan seluruh totalitas fungsional bangunan yang mempunyai nilai keamanan, kenyamanan, kesehatan, keharmonisan lingkungan dan lain sebagainya terganggu sehingga memberikan dampak finansial maupun non finansial khususnya yang terkait dengan masalah keamanan dan kenyamanan pemakaian bangunan.
Gambar 1. Skema hubungan bangunan gedung dan lingkungannya
Penurunan keandalan bangunan gedung adalah hasil resultante dari proses kemunduran kualitas bangunan (building deterioration) akibat bekerjanya faktor perusak bangunan. Watt 1999 mengklasifikasi faktor- faktor perusak bangunan sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Klasifikasi Faktor Perusak Bangunan Lokasi
Kondisi lingkunga
Perawatan Bangunan
External envelope
Aktivitas penghuni
Kondisi lingkungan di dalam bangunan
Isi bangunan
Struktur Material bangunan
Penyebab
Bekerja di luar bangunan Bekerja di dalam bangunan
Atmosfer Tanah Penghuni Akibat
desain Penyebab mekanik
Gravitasi Beban salju dan hujan
Tekanan tanah dan air
Beban hidup Beban mati Penurunan
kekuatan dan pembebanan
Tekanan salju, suhu dan kelembaban
Amblas, Bergeser
Pelekukan Pergeseran, Penyusutan Energi kinetik Angin, hujan
Es, badai pasir Gempa bumi Akibat internal,
Pemakaian Penurunan kadar Air Getaran dan bumi Bunyi guruh,
pesawat, ledakan, lalulintas, mesin
Getaran lalu
lintas Bunyi & getaran musik, hiburan, alat rumah
Bunyi dan getaran Penyebab electromagnet
Radiasi Radiasi matahari,
radiasi radioaktif Radiasi
radioaktif Lampu, radiasi
radioaktif Radiasi permukaan
Listrik Cahaya Arus listrik - Listrik statis &
suplai listrik
Magnetisme - - Medan magnet Medan Magnet
Penyebab suhu Panas, embun,
perubahan suhu Panas tanah
embun Panas tubuh,
rokok Pemanasan,
Kebakaran Penyebab kimia
Air dan larutan Kelembaban udara,kondensasi, presipitasi
Air tanah dan air permukaan
Penyemprotan air, kondensasi, deterjen, alkohol
Pemanasan, kebakaran Penyebab oksidasi Oksigen, ozon,
Nitrooksida
Potensial elektrokimia
Disenfektan, pemutih
Potensial elektrokimia Penyebab reduksi
Asam Asam karbonat,
asam sulfurat, kotoran burung
Asam karbonat,
asam humat
Cuka, asam sitrat, asarn karbonat
Asam sulfat, asam karbonat
Basa - Kapur Sodium,potasium Semen
Garam Kabut garam Nitrat, fosfat,
klorida, sulfat
Sodium klorida Gips, sulfat Bahan kimia netral Debu Batu kapur,
Silica Lemak, minyak,
tinta, debu Lemak, minyak, debu Penyebab Biologi
Tumbuhan dan Mikroba
Bakteri, benih Tumbuhan
Bakteri, lumut jamur, akar pohon
Bakteri, tanaman hias
-
Hewan Serangga,
Burung
Tikus, rayap, Hewan piaraan -
Dalam Undang-Undang No 28 Tahun 2002 Bangunan Gedung persyaratan keandalan bangunan terkait dengan kemampuan bangunan gedung
Penurunan keandalan bangunan dapat terjadi akibat menurunnya kekuatan material yang disebabkan oleh penyusutan, relaksasi, kelelahan, perbedaan panas, kebocoran, serta bahaya kerusakan rayap dan jamur. Terlebih di daerah tropika seperti Indonesia, penurunan kualitas bahan bangunan didorong oleh kondisi klimatis yang lembab, curah hujan dan suhu yang tinggi serta oleh tingginya kelimpahan faktor perusak biologis seperti rayap dan jamur, bahkan di Indonesia diperkirakan kerusakan bangunan sebagian besar diakibatkan faktor perusak bangunan yang tampak sepele, yaitu air dan makhluk hidup (rayap dan jamur).
Logic Of Inquiry Pasal-Pasal Mengenai Bahaya Rayap
Kebijakan publik lahir dari kombinasi aktivitas politik dan intelektual.
Demikian halnya dengan masuknya persyaratan keandalan bangunan gedung dari bahaya serangan rayap jika dicermati merupakan proses politis yang tidak lepas dari usaha pengungkapan permasalahan secara kristis dan mengkomunikasikan pengetahuan mengenai rayap dan potensi bahayanya bagi keselamatan bangunan gedung. Satu contoh upaya politis dalam memasukan bahaya serangan rayap adalah adanya tekanan publik (baca IPPHAMI) kepada para perumus dan pengambil kebijakan. Tentunya proses politik tidak kita pahami secara mendalam, oleh karena itu bahasan ini hanya ingin mengantarkan kembali pengetahuan yang sudah diketahui mengenai pentingnya bahaya rayap diakomodasi dalam UU sebagai bentuk pemecahan masalah dari terjadinya kerusakan-kerusakan bangunan gedung oleh serangan rayap selama ini (Logic of Inquiry).
Rayap merupakan organisme yang mampu tetap bertahan pada perubahan tipe ekosistem alami menjadi ekosistem-ekosistem pertanian, perkebunan, dan HTI (agroekosistem) bahkan pada ekosistem yang sepenuhnya dikendalikan oleh manusia (urban ekosistem). Pada lingkungan urban inilah rayap menjadi masalah yang mengganggu keandalan bangunan gedung.
Tidak ada bagian dari lingkungan urban di Indonesia yang steril dari serangan rayap, bahkan di sebagai besar daerah di Jawa frekuensi serangan rayap pada bangunan gedung lebih dari 25%. Di DKI Jakarta frekuensi serangan rayap mencapai 78,3% dan di beberapa tempat lainnya diJawa frekuensi serangan rayap tanah secara lengkap disajikan pada Gambar 1.
Gambar 1. Frekuensi Serangan Rayap di Beberapa Kota di Jawa
Sementara itu nilai rata-rata kerugian ekonomis akibat serangan rayap pada tiga daerah yang diamati yaitu Bogor, Jakarta, dan Surabaya terbatas pada rumah tinggal secara berturut-turut adalah Rp. 159.000,-; Rp 271.500,-; dan di Surabaya Rp 222.000,-. Secara nasional, total kerugian serangan rayap mencapai 2,7 trilyun. Nilai kerugian tersebut merupakan beban yang harus dipikul oleh publik dan merupakan masalah yang perlu dirumuskan untuk mencari solusi.
Dalam kerangka itulah nilai strategis mengakomodasi bahaya serangan rayap dalam aturan perundang-undangan sehingga aset publik, pemerintah, dan swasta dapat dimanfaatkan dan berfungsi secara optimal dengan masa pakai yang cukup panjang sesuai yang direncana
kan. Di samping itu mengakomadasi aspek keandalan bangunan gedung dari serangan rayap tidak hanya akan berimplikasi pada masalah teknis ekonomis, tetapi lebih jauh juga akan berimplikasi pada aspek sosial dan ekologis.