Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
361
JEDI Vol.3,, No. 2, pp 361-376, 2020
© 2018 FEB UPNVJT. All right reserved e-ISSN - 2614-2384
Journals of Economics Development Issues (JEDI)
U R L : h t t p : / / J E D I . u p n j a t i m . a c . i d / i n d e x . p h p / J E D I
JEDI
Analisis Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Beredar Di Indonesia
Devi Kartika Sari 1*, Ririt Iriani Sri Setiawati 2
2Alumni Program Studi Ekonomi Pembangunan, FEBIS UPN “ Veteran” Jawa Timur
1Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, UPN “ Veteran” Jawa Timur
Email : [email protected]
I N F O R M A S I A R T I K E L A B S T R A C T
Article history:
Dikirim tanggal: 25 Agustus 2020 Di review tanggal : 27 Agustus 2020 Di terima tanggal : 29 Agustus 2020 Tersedia online tanggal : 30 Agustus 2020
Key words : Money Supply (M1), Credit Card, ATM/Debit Card, E- money
The advancement of science and technology is always growing rapidly, no exception on financial technology. The development of financial technology has led to innovation payment systems from a cash payment system to a non-cash payment system.
The study aims to determine the effect of non-cash transactions (credit card, ATM/debit card, and E-money) on the amount of money supply in Indonesia. Research using data sourced from Bank Indonesia (BI) and the Central Statistics Agency. The data used in this research is the quarter time series data between the years 2015(I) to the year 2019 (II). The analytical techniques used in this study multiple regression analysis.
The result of this study indicate that non-cash transactions using credit cards, ATM/debit cards, and E-money simultaneously have significant effect on the amount of money supply (M1) in Indonesia.
Partially, ATM/debit card significant impact on the amount of money supply (M1), while credit cards and E-money have no significant effect.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi selalu berkembang pesat, tidak terkecuali pada teknologi finansial. Perkembangan teknologi finansial telah menimbulkan inovasi pada sistem pembayaran dari sistem pembayaran tunai menuju sistem pembayaran non tunai.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
362 Kata Kunci : Jumlah Uang Beredar
(M1), Kartu Kredit, Kartu ATM/Debit, E-money
Tujuan dari pnelitian ini adalah mengetahui dampak antara transaksi non tunai (kartu kredit, kartu ATM/debit, dan E-money) dengan jumlah uang beredar di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data yang bersumber dari Bank Indonesia (BI) dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang dipergunakan pada penelitian ini yaitu data time series triwulan antara tahun 2015(I) sampai dengan tahun 2019(II). Teknik analisis yang digunakan pada penelitian ini yaitu analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa transaksi non tunai dengan menggunakan kartu kredit, kartu ATM/debit, serta E-money secara simultan berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) di Indonesia. Secara parsial, kartu ATM/debit berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1), sedangkan kartu kredit dan E-money tidak berpengaruh signifikan.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
363 PENDAHULUAN
Saat ini dunia mulai memasuki masa digitalisasi, hal itu ditandai dengan munculnya berbagai macam teknologi canggih yang menawarkan beberapa fasilitas dan kemudahan. Fasilitas yang ditawarkan dapat berupa kemudahan dalam mengakses informasi, kemudahan dalam berkomunikasi jarak jauh, bahkan kemudahan dalam sistem pembayaran.
Sistem pembayaran selalu berkembang pesat dari masa ke masa. Pada awalnya transaksi pembayaran dilakukan dengan sistem barter antar barang yang diperjualbelikan. Dalam perkembangannya mulai dikenal uang sebagai satuan tertentu yang memiliki nilai pembayaran. Hingga saat ini uang masih menjadi salah satu alat pembayaran utama yang berlaku di masyarakat. Selanjutnya alat pembayaran terus berkembang yang awalnya menggunakan alat pembayaran tunai saat ini menggunakan alat pembayaran non tunai.
Kemunculan sistem pembayaran non tunai juga didukung oleh Bank Indonesia dengan menyiarkan Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT) pada tanggal 14 Agustus 2014. Transaksi pembayaran non tunai mendapat dukungan dari berbagai
pihak karena beberapa kelebihan yang dimiliki. Apabila transaksi dilaksanakan secara non tunai, nantinya akan mudah terintegrasi dengan sistem keuangan.
Masalah ini selanjutnya mempermudah dalam menghitung aktivitas ekonomi.
Indonesia sendiri saat ini sangat rawan dengan banyak kegiatan underground economy yang biasanya dilaksanakan dalam bentuk tunai. Nantinya pengurangan transaksi tunai diprediksi akan mengurangi kriminalitas dan mengurangi potensi kehilangan angka yang terekam dalam PDB (Produk Domestik Bruto). Selain itu, dengan menggunakan alat pembayaran non tunai juga akan menciptakan peningkatan sirkulasi uang dalam perekonomian (velocity of money). Menurut Maulana Ibrahim sebagai mantan Deputi Gubernur BI, perputaran uang yang semakin cepat dalam masyarakat akan menstimulasi kegairahan dan pertumbuhan ekonomi sebagai dampak dari money multiplier yang diciptakannya. (kompasiana.com)
Pertumbuhan jumlah instrumen uang elektronik yang beredar dengan perubahan PDB (atas harga berlaku) pada tahun 2017 triwulan pertama sampai dengan tahun 2018 triwulan keempat digambarkan pada kurva berikut.
Sumber : data diolah dari BI dan Kementerian Perdagangan
1.06 4.29 4.08 -0.39 0.62 4.94 4.24
-1.12
10.54 11.61 15.68
33.08
11.11 15.14 14.66
13.06 2017 (I) 2017 (II) 2017 (III) 2017 (IV) 2018 (I) 2018 (II) 2018 (III) 2018 (IV)
Gambar 1
Gambaran Pertumbuhan Jumlah Instrumen Uang Elektronik Beredar dengan Perubahan PDB atas Harga Berlaku
(2017 (I) - 2018 (IV)
Pertumbuhan PDB atas Harga Berlaku (%) Pertumbuhan Jumlah Instrumen E-money (%)
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
364 Sebagaimana terlihat dalam gambar 1.1, kondisi tahun 2017 triwulan IV pertumbuhan jumlah instrumen uang elektronik mengalami peningkatan yang signifikan, bahkan sepanjang tahun 2017(I) sampai dengan tahun 2018(IV) pertumbuhan jumlah instrumen uang elektronik paling signifikan terjadi pada tahun 2017 triwulan IV, namun perubahan PDB pada tahun 2017 triwulan IV justru mengalami kontraksi. Hal ini disebabkan oleh efek musiman pada Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang mengalami kontraksi sebesar 21,60%.
Selanjutnya pertumbuhan tertinggi PDB dari sisi produktif dicapai oleh Lapangan Usaha Informasi dan Komunikasi sebesar 9,81% sehingga pertumbuhan jumlah instrumen uang elektronik pun meningkat.
(www.cnbcindonesia.com)
Menurut Murni (2009) perkembangan jumlah uang beredar
mencerminkan perkembangan ekonomi.
Apabila perekonomian tumbuh dan berkembang, jumlah uang beredar juga bertambah. Sedangkan komposisinya berubah. Bila perekonomian makin maju, porsi penggunaan uang kartal makin sedikit karena digantikan uang giral dan near money. Salah satu bagian dari near money yaitu kartu kredit. Kartu kredit merupakan jenis uang yang dalam penggunaannya harus ditukarkan atau dicairkan terlebih dahulu (hampir likuid sempurna).
Selanjutnya bila perekonomian semakin meningkat, komposisi M1 dalam peredaran uang semakin kecil, sebab porsi uang kuasi (near money) makin besar. Sehingga apabila kartu kredit yang termasuk ke dalam kategori near money meningkat, maka M1 (jumlah uang beredar dalam arti sempit) akan menurun.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dan kondisi yang terjadi di Indonesia maka penulis mempunyai keinginan untuk membuat penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Transaksi Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia”.
KAJIAN PUSTAKA Jumlah Uang Beredar
Menurut Sukirno (2004) mata uang dalam peredaran adalah seluruh jumlah mata uang yang telah dikeluarkan dan diedarkan oleh bank sentral. Mata uang tersebut terdiri dari dua jenis, yaitu uang logam dan kertas. Dengan demikian mata uang dalam peredaran adalah sama dengan uang kartal. Sedangkan uang beredar adalah semua jenis uang yang berada di dalam perekonomian, yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum.
Pengertian uang beredar atau money supply perlu dibedakan pula menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang terbatas dan pengertian yang luas. Dalam pengertian yang terbatas uang beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan,
perusahaan, dan badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral, dan uang kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan, dan rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar menurut pengertian luas ini dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian atau M2.
Pengertian yang sempit dari uang beredar selalu disingkat dengan M1. (Sukirno, 2004).
Uang beredar dalam arti sempit (M1) didefinisikan sebagai uang kartal ditambah dengan uang giral (currency plus demand deposits). (Boediono, 1998).
M1 = C + DD (Boediono, 1998) Dimana:
M1= Jumlah uang beredar (M1) C = Currency (uang kartal) DD= Demand Deposits (uang giral)
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
365 Menurut Fahmi (2015) uang kartal (C) terdiri dari dua bentuk yaitu kertas dan logam, uang kartal yang terbuat dari kertas disebut dengan uang utama sedangkan uang kartal yang terbuat dari logam disebut dengan uang pembantu. Sedangkan uang
giral (DD) mencakup cek, bilyet giro dan sejenisnya.
Jumlah uang giral yang beredar dapat menunjukkan kondisi perekonomian dalam suatu negara tersebut, jika pada suatu negara lebih banyak beredar uang giral
maka semakin menunjukkan perekonomian negara tersebut lebih dinamis dengan angka transaksi yang terlibat juga semakin tinggi.
Namun pada nepagara dengan penggunaan uang kartal masih lebih tinggi dari uang giral maka menunjukkan bahwa negara tersebut memiliki angka transaksi finansial yang masih rendah dibandingkan dengan negara yang lebih dominan mempergunakan uang giral. (Fahmi, 2015) Kartu Kredit
Menurut Sri Mulyati Tri Subari dan Ascarya (2003) dalam bukunya yang berjudul “Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia”, kartu kredit merupakan kartu yang dikeluarkan oleh bank atau lembaga pembiayaan lainnya yang diberikan kepada nasabah untuk dapat dipergunakan sebagai alat pembayaran dan pengambilan uang tunai. Transaksi yang dilakukan dengan menggunakan kartu kredit melibatkan berbagai pihak yang saling berkepentingan, yang masing-masing terikat dalam suatu perjanjian.
Dalam mekanisme penggunaan kartu kredit terdapat sedikitnya tiga pihak yang terlibat langsung untuk setiap transaksi penggunaan dan pembayaran kartu kredit. Pihak-pihak dimaksud adalah bank atau lembaga pembiayaan, merchant (pedagang), dan card holder (pemegang kartu).
Mekanisme penggunaan kartu kredit yaitu dimulai dari permohonan penerbitan kartu, transaksi pembelanjaan, transaksi pengambilan uang tunai, pembayaran dari nasabah ke bank, sampai dengan penagihan yang dilakukan oleh lembaga penerbit dan pembayaran kartu kredit. Contoh kartu kredit yang dikenal
oleh masyarakat antara lain VISA, MasterCard, American Express (AMEX), dan Diners. (Subari dan Ascarya, 2003).
Kartu ATM/Debit
Kartu ATM adalah alat yang digunakan untuk melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu di mana kartu ini dapat digunakan untuk penarikan tunai dan pemindahan dana dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada Bank atau Lembaga Selain Bank yang berwenang untuk menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (PBI no.14 Th 2012).
Penggunaan kartu ATM memiliki beberapa fasilitas dan pelayanan (Subari dan Ascarya, 2003):
a) Penarikan uang tunai yang dapat langsung dilakukan nasabah di berbagai ATM yang memiliki hubungan dengan bank penerbit kartu ATM
b) Dapat melihat, mengecek, meminta/mencetak saldo rekening pemegang/nasabah
c) Pelayanan pembayaran lainnya, seperti pembayaran listrik, telepon, kartu kredit, dan transfer uang.
Kartu debit adalah alat pembayaran menggunakan kartu yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan, dimana kewajiban pemegang kartu dipenuhi seketika dengan mengurangi secara langsung simpanan pemegang kartu pada bank atau lembaga selain bank yang berwenang untuk
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
366 menghimpun dana sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. (PBI no.14 Th 2012).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012, tentang perubahan atas
No.11/11/PBI/2009 tentang
penyelenggaran kegiatan APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu), pihak- pihak yang terkait dalam penggunaan APMK yaitu:
1) Card Holder (you) : Seseorang yang mempunyai account di sebuah lembaga institusi yang mengeluarkan kartu pembayaran (kartu debit atau kartu kredit).
2) Retailer/Merchant : Organisasi yang menerima pembayaran atas barang atau jasa dari card holder (dapat berupa outlet, supermarket, dan toko).
3) Acquirer : Bank atau lembaga selain bank yang melaksanakan kegiatan APMK baik sebagai financial acquirer (melakukan kegiatan pembayaran dahulu kepada pemegang kartu) atau sebagai technical acquirer (mempersiapkan sarana yang dbutuhkan dalam pelaksanaan kegiatan APMK).
4) Card Scheme : Organisasi penyedia jaringan kartu kredit yang mengawasi dan menata transaksi kartu kredit. Misalnya: Visa, Master Card dan Maestro.
5) Card Issuer : Bank atau lembaga keuangan yang mengeluarkan kartu pembayaran (kredit, debit, dan charge) kepada nasabahnya.
E-Money (Uang Elektronik)
Uang elektronik adalah alat pembayaran elektronik yang didapat dari memberikan sebelumnya sejumlah uang kepada penerbit, baik secara langsung, atau lewat agen-agen penerbit, atau pengurangan rekening di bank dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai
uang dalam media uang elektronik, yang dinyatakan dalam satuan Rupiah, yang dipakai untuk melakukan transaksi pembayaran dengan cara mengurangi secara langsung nilai uang pada media uang elektronik tersebut. (Rivai dkk, 2001).
Ketidaksamaann antara uang elektronik dengan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu ( APMK ) seperti kartu kredit, kartu debit dan kartu ATM adalah uang elektronik (e-money) bersifat prabayar (prepaid) sedangkan APMK bersifat akses. (id.wikipedia.org).
Menurut Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 tentang uang elektronik (E-money) adalah alat pembayaran yang memenuhi unsur- unsur sebagai berikut :
1) Diterbitkan berdasarkan nilai uang yang disetor diawal oleh pemegang kepada penerbit
2) Nilai uang disimpan secara elektronik dalam suatu media seperti server atau chip
3) Digunakan sebagai alat pembayaran kepada pedagang yang bukan merupakan penerbit uang elektonik tersebut
4) Nilai uang elektronik yang di setor oleh pemegang dan diatur oleh penerbit bukan merupakan simpanan sepertu yang dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai perbankan.
HIPOTESIS
1. Diduga terdapat pengaruh antara transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan kartu kredit, kartu ATM/debit dan E-money (uang elektronik) terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia.
2. Diduga terdapat pengaruh antara transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan kartu kredit terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
367 3. Diduga terdapat pengaruh antara
transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan kartu ATM/debit terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia
4. Diduga terdapat pengaruh antara transaksi pembayaran non tunai dengan menggunakan E-money (uang elektronik) terhadap jumlah uang yang beredar di Indonesia METODE PENELITIAN
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
1. Jumlah Uang Beredar (M1) adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral yang dimiliki oleh perseorangan- perseorangan, perusahaan- perusahaan, dan badan-badan pemerintah. (Sukirno, 2004). Pada penelitian ini variabel jumlah uang beredar dalam arti sempit (Y) dinyatakan dalam satuan milyar rupiah.
2. Kartu Kredit adalah APMK yang digunakan untuk pemenuhan kebutuhan ekonomi dengan mekanisme kewajian pembayaran pemegang kartu ditanggung terlebih dahulu oleh penerbit, kemudian pemegang kartu memiliki kewajiban membayar dikemudian hari baik secara angsuran maupun tunai. Pada penelitian ini variabel kartu kredit (X1) dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
3. Kartu ATM/Debit adalah APMK yang berfungsi sebagai media tarik tunai atau pemindah dana dimana kewajiban nasabah secara otomatis akan dipotong mengurangi simpanan pada rekening nasabah tersebut. Nilai transaksi kartu ATM/debit ini mengkaji sejauh mana perkembangan kemajuan teknologi sistem pembayaran dapat
mempengaruhi jumlah uang beredar di Indonesia. Pada penelitian ini variabel kartu ATM/debit (X2) dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
4. E-Money adalah alat pembayaran elektronik yang diperoleh dengan menyetorkan terlebih dahulu sejumlah uang kepada penerbit, atau dengan pendebitan rekening di bank dan nilai uang tersebut dimasukkan menjadi nilai uang dalam media uang elektronik. Pada penelitian ini variabel E-money (X3) dinyatakan dalam satuan juta rupiah.
Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data sekunder time series triwulan antara tahun 2015(I) sampai dengan tahun 2019(II) yang diperoleh atau dikumpulkan dari beberapa instansi atau lembaga yang berhubungan dengan penelitian ini. Data informasi yang digunakan yaitu nilai transaksi kartu kredit, kartu ATM/debit, E-money dan Jumlah Uang Beredar yang terdapat di laporan Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdagangan.
Teknik Pengumpulan Data
Cara yang dipakai untuk pengumpulan data pada penelitian ini adalah cara dokumentasi data sekunder yang didapat dari lembaga-lembaga yang masih ada kaitannya dari data yang diperlukan. Sumber pemakaiannya dengan data statistik yang diperoleh dari data eksternal yaitu data yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik), Bank Indonesia (BI), dan Kementerian Perdagangan (Kemendag).
Analisis Data
Untuk menganalisis pengaruh yang telah disebutkan di hipotesis di atas, maka penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS 13.0 untuk melakukan regresi.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
368 pengujian dari penelitian ini terdiri dari uji asumsi klasik, analisis regresi, uji koefesien determinasi, uji koefesien regresi secara parsial dan uji koefesien regresi secara simultan.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui dalam model regresi penelitian apakah terdapat variabel pengganggu atau residual yang memiliki distribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan uji normalitas Kolmogorov Smirnov dengan taraf signifikansi 0,05.
Data dinyatakan berdistribusi normal apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05.
Uji Multikoleniaritas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antar variabel independennya.
Model regresi penelitian yang baik yaitu model yang tidak terdapat pengaruh yang kuat antar variabel independennya (Ghozali, 2016).
Dasar pengambilan keputusan dalam uji multikolenieritas adalah sebagai berikut:
A. Jika nilai tolerance < 0,10 dan VIF
> 10, maka terdapat korelasi atau hubungan yang kuat antar variabel independennya atau dapat dikatakan terjadi multikolinearitas.
B. Jika nilai tolerance > 0,10 dan VIF
< 10, maka tidak terdapat korelasi atau hubungan yang kuat antar variabel independennya atau dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas.
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk mendeteksi apakah terdapat korelasi pengganggu antara periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Jika terdapat korelasi dalam model regresi maka dinamakan terdapat masalah autokorelasi.
Penelitian ini menggunakan uji Durbin
Watson untuk mengetahui ada atau tidaknya autokorelasi dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Daerah A : Nilai DW tes < dL, terjadi autokorelasi positif
b. Daerah B : dL < Nilai DW tes < dU, tanpa kesimpulan
c. Daerah C : dU < Nilai DW tes < 4 – dU, tidak terjadi autokorelasi d. Daerah D : 4 – dU < Nilai DW tes <
4 – dL, tanpa kesimpulan
e. Daerah E : 4 – dL < Nilai DW tes, terjadi autokorelasi negatif
Dalam penelitian ini juga digunakan uji Run Test untuk mengetahui masalah autokorelasi. Run Test merupakan bagian dari statistik non-parametrik digunakan untuk mengetahui apakah terdapat korelasi yang tinggi antar residualnya. Apabila antar residual tidak terdapat korelasi maka dapat diartikan bahwa residualnya acak atau random. Jika hasil uji run test menunjukkan nilai signifikansi < 0,05 maka dapat diartikan bahwa residual tidak acak atau terjadi autokorelasi antar residual.
Sedangkan jika hasil uji run test menunjukkan nilai signifikansi > 0,05 maka dapat diartikan bahwa residual acak atau tidak terjadi autokorelasi antar residual.
Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk Mengetahui apakah dalam model penelitian terdapat ketidaksamaan dari pengamat satu ke pengamat lainnya. Cara
mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas adalah dengan menggunakan uji Glejser. Uji ini meregresikan nilai absolute residual terhadap variabel independen dengan persamaan regresi dalam penelitian. Jika signifikansi antara variabel bebas dengan absolute residual > 0,05 maka model regresi tidak terjadi masalah heteroskedastisitas, sedangkan jika signifikansi antara variabel bebas dengan absolute residual < 0,05 maka model
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
369 regresi terjadi masalah heteroskedastisitas.
(Ghozali, 2016) Uji Analisis Regresi
Metode analisis linier berganda digunakan untuk mengetahui bagaimana eratnya hubungan antara beberapa variabel independen dengan sebuah variabel dependen. (Nazir, 2014). Model persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + e Dimana :
Y : Jumlah uang yang beredar β0 : Konstanta
β1... β3 : Koefisien masing masing variabel independen
X1 : Nilai transaksi kartu kredit X2 : Nilai transaksi kartu ATM/debit X3 : Nilai transaksi E-money
e : Standard Error Uji Hipotesis
Uji Koefesien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk mengukur sejauh mana variabel bebas dapat menjelaskan variabel terikat. Nilai dari koefisien determinasi adalah nol sampai dengan satu. Jika nilai R2 mendekati nol atau kecil maka kemampuan variabel independen dalam menjelaskan hubungan variasi variabel dependen sangat kecil atau terbatas, sedangkan apabila nilai R2 mendekati satu atau lebih besar maka dapat diartikan bahwa variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam memprediksi variabel dependen.
Uji Koefesien Regresi Secara simultan (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk mendeteksi cocok atau tidaknya model regresi serta untuk mengetahui apakah
variabel independen secara simultan (keseluruhan) memiliki pengaruh terhadap variabel dependen. Ketentuan pengambilan keputusan dalam uji F adalah jika F hitung
> F tabel atau probabilitas < nilai signifikansi 0,05 maka model variabel independen secara keseluruhan memiliki hubungan dengan variabel dependen, sebaliknya jika F hitung < F tabel atau probabilitas > nilai signifikansi 0,05 maka model variabel independen secara keseluruhan tidak memiliki hubungan dengan variabel dependen.
Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh antara variabel independen dengan variabel dependen secara individual. Apakah terdapat pengaruh kuat atau lemah bisa terdeteksi dengan menggunakan uji statistik t. Ketentuan uji statistik t dapat dilihat dari nilai signifikansi t pada hasil olah data regresi. Jika nilai signifikansi t < 0,05 maka H0 ditolak yang artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen secara individual, sedangkan apabila nilai signifikansi t > 0,05 maka H0 diterima yang artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel dependen dengan variabel independen secara individual.
(Ghozali, 2016).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan dengan melihat pengaruh transaksi kartu kredit, kartu ATM/debit, dan E-money terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia pada tahun 2015 triwulan pertama sampai dengan tahun 2019 triwulan kedua.
Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
370 Tabel 1 Uji Normalitas
Berdasarkan tabel 1, nilai Sig sebesar 0,806 yang artinya sig > 0,05.
Sehingga disimpulkan data yang digunakan di penelitian ini telah berdistribusi normal.
Uji Autokorelasi
Tabel 2 Uji Autokorelasi
Dari hasil uji DW yang telah dilakukan yang terdapat pada tabel 2, didapatkan hasil Durbin-Watson sebesar 0,951. Sedangkan dL = 0,9331 dan dU = 1,6961. Karena nilai d hitung lebih besar dari dL dan lebih kecil dari dU, maka nilai Durbin Watson terdapat pada daerah tanpa
kesimpulan. Sehingga dilanjutkan pada uji Run Test.
Berdasarkan uji Run Test didapatkan nilai Sig sebesar 0,089 yang artinya nilai (Sig > 0,05) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala autokorelasi antar residualnya.
Uji Multikoleniaritas
Tabel 3 Uji Multikoleniaritas
Model Summaryb
.983a .966 .959 34628.42955 .951
Model 1
R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin- Watson
Predictors: (Constant), EM, ATM, KK a.
Dependent Variable: JUB b.
Coefficientsa
268410.3 211699.8 1.268 .226
-.012 .012 -.124 -.974 .346 .148 6.739
.002 .000 1.120 9.398 .000 .170 5.880
-.002 .005 -.033 -.375 .713 .313 3.190
(Constant) KK ATM EM Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: JUB a.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
18 .0000000 31424.78776 .151 .151 -.083 .641 .806 N
Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b
Absolute Positive Negative Most Extreme
Differences
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz ed Residual
Test distribution is Normal.
a.
Calculated from data.
b.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
371 Nilai tolerance antar variabel untuk uji multikoleniaritas, semua nilai tolerance lebih dari 0,01 dan nilai VIF kurang dari 10,
maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah multikoleniaritas.
Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4 Uji heteroskedastisitas
Semua nilai signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah heteroskedastisitas.
Uji Analisis Regresi Berganda
Berdasarkan nilai konstanta yang dapat dilihat pada tabel 3, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut:
Y = 268410,3 - 0,012X1 + 0,002X2 – 0,002X3
Nilai konstanta sebesar 268410,3 menunjukkan bahwa apabila transaksi kartu kredit (X1), transaksi kartu ATM/debit (X2), dan transaksi e-money (X3) dianggap konstan maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) akan naik sebesar Rp 268.410.300.000. Berikutnya nilai β1 sebesar (-0,012) menunjukkan bahwa apabila transaksi kartu ATM/debit (X2), dan transaksi e-money (X3) dianggap konstan, maka setiap transaksi kartu kredit (X1) naik satu juta rupiah maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) turun sebesar 12 juta rupiah. Kemudian nilai β2 sebesar 0,002 menunjukkan bahwa apabila
transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi e- money (X3) dianggap konstan maka setiap transaksi kartu ATM/debit (X2) yang naik sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) juga akan naik sebesar 2 juta rupiah. Selanjutnya nilai β3 sebesar 0,002 menunjukkan bahwa transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi kartu ATM/debit (X2) dianggap konstan maka setiap transaksi e-money (X3) naik sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) akan turun sebesar 2 juta rupiah.
Uji Koefesien Determinasi
Berdasarkan tabel 3, nilai R sebesar 0,983 dan R2 sebesar 0,966. Artinya besarnya keeratan hubungan antara variabel bebas dalam mempengaruhi variabel terikat adalah sebesar 98,3% selain itu besarnya kemampuan semua variabel bebas dalam menjelaskan varians dari variabel terikatnya adalah sebesar 96,6% dan sisanya 3,4% dijelaskan oleh faktor lain.
Uji Koefesien Regresi Secara Simultan (Uji F)
Tabel 5 Uji F
Coefficientsa
10104.770 96498.983 .105 .918
-.003 .005 -.331 -.538 .599 .148 6.739
.000 .000 .867 1.507 .154 .170 5.880
-.001 .002 -.203 -.478 .640 .313 3.190
(Constant) KK ATM EM Model 1
B Std. Error Unstandardized
Coefficients
Beta Standardized
Coefficients
t Sig. Tolerance VIF
Collinearity Statistics
Dependent Variable: Abs_RES a.
ANOVAb
5E+011 3 1.600E+011 133.403 .000a
2E+010 14 1199128133
5E+011 17
Regression Residual Total Model 1
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), EM, ATM, KK a.
Dependent Variable: JUB b.
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
372 Pada tabel ANOVA diatas diperoleh f hitung sebesar 133,403 dengan tingkat signifikan sebesar 0,000a sedangkan nilai f sebesar 3,34. Dari hasil tersebut diketahui
bahwa nilai f hitung 133,403 > f tabel 3,34 dengan dibuktikan pada kurva distribusi uji f dalam gambar 2.
Gambar 2 Kurva Distribusi Uji F
Dari hasil analisis diatas, dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak dan Ha
diterima, artinya secara bersamaan transaksi kartu kredit, transaksi kartu
ATM/debit, dan transaksi e-money berpengaruh secara positif terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1).
Uji Koefesien Regresi Secara Parsial (Uji t)
Hasil dari uji t dalam penelitian ini digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 6 Hasil Analisis Uji t
Berdasarkan tabel 6, transaksi kartu ATM/debit terhadap jumlah uang beredar (M1) berpengaruh signifikan karena t hitung > t tabel. Sedangkan Transaksi kartu kredit dan E-money tidak berpengaruh signifikan karena t hitung < t tabel.
Pengaruh Transaksi Kartu Kredit, Transaksi ATM/debit, dan Transaksi E- money Secara Simultan Terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa secara simultan (secara bersama-
sama) transaksi kartu kredit, transaksi kartu ATM/debit, dan transaksi e-money berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1) di Indonesia. Apabila transaksi kartu kredit (X1), transaksi kartu ATM/debit (X2), dan transaksi e-money (X3) dianggap konstan maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) akan naik sebesar 268.410,3 milyar rupiah.
Pengaruh secara simultan (secara bersama-sama) antara transaksi kartu kredit, transaksi kartu ATM/debit, dan
Variabel t Hitung
t Tabel
Sig Keterangan Transaksi
Kartu Kredit (X1)
-0,974 2,145 0,346 Tidak Berpengaruh
Transaksi Kartu ATM/debit (X2)
9,398 2,145 0,000 Berpengaruh
Transaksi E-money (X3)
-0,375 2,145 0,713 Tidak Berpengaruh Daerah Penerimaan H0
Daerah Penerimaan Ha
3,34 4
133,4 03
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
373 transaksi e-money terhadap jumlah uang beredar (M1) telah sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan pada bab sebelumnya.
Yang artinya jika transaksi non tunai seperti kartu kredit, kartu ATM/debit, dan e-money meningkat maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) juga akan meningkat.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ayu Nursari (2019), dimana hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa nilai nominal transaksi Kartu ATM/debit, nilai nominal transaksi kartu Kredit, nilai nominal transaksi E-Money, nilai nominal transaksi RTGS secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap jumlah permintaan uang masyarakat (M1) Indonesia baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Hal ini sesuai dengan teori permintaan uang yang dikemukakan oleh Asfia Murni (2009), dimana ketika perekonomian semakin maju maka porsi penggunaan uang kartal akan semakin sedikit karena digantikan oleh uang giral dan near money dalam hal ini yaitu transaksi tunai digantikan oleh transaksi non tunai, sehingga apabila perekonomian semakin maju dan berkembang maka jumlah uang beredar juga akan bertambah.
Pengaruh Transaksi Kartu Kredit Terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa transaksi kartu kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1).
Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan pada bab sebelumnya dimana kartu kredit berpengaruh secara negatif terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1). Karena meski transaksi non tunai menggunakan kartu kredit mulai menjadi trend dikalangan masyarakat, namun transaksi dalam sistem pembayaran masih didominasi dengan uang kartal, mengingat tidak semua kalangan dapat
dengan mudah memiliki kartu kredit yang disebabkan oleh beberapa proses yang terbilang cukup ketat dalam pembuatan kartu kredit. Selain itu, tidak meratanya akses teknologi yang dapat dijangkau oleh seluruh kelompok masyarakat seperti masyarakat yang tinggal pada wilayah pantai atau pesisir dan masyarakat yang tinggal pada wilayah pegunungan juga menyebabkan masih mendominasinya penggunaan uang kartal dibanding dengan kartu kredit.
Selanjutnya mayoritas masyarakat beranggapan bahwa penggunaan kartu kredit hanya akan menimbulkan sifat konsumtif terlebih dengan ditawarkannya bunga kredit yang rendah mencapai 0%
dengan tujuan agar penggunaan kartu kredit dapat meningkat, namun dengan rendahnya harga kredit tersebut beberapa golongan masyarakat justru menilai hal tersebut hanya akan menimbulkan sifat konsumtif pada masa sekarang, dan menimbulkan beban pembayaran di masa depan.
Sehingga masyarakat cenderung menghindari penggunaan kartu kredit agar terhindar dari sifat konsumtif dan lebih memilih menggunakan uang tunai. Jika dilihat dari sisi moneter, bunga kredit yang rendah mencapai 0% dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan penggunaan kartu kredit. Apabila penggunaan kartu kredit meningkat maka permintaan terhadap barang dan jasa juga akan meningkat, hal ini menyebabkan peningkatan pula terhadap harga barang dan jasa yang ditawarkan, sehingga berakibat pada terjadinya inflasi.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Ninda Lintangsari (2018), dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa transaksi kartu kredit tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang yang beredar (M1).
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
374 Pengaruh Transaksi Kartu ATM/debit Terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia
Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa nilai nominal transaksi kartu ATM/debit berpengaruh signifikan secara positif terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1), apabila transaksi kartu kredit (X1) dan transaksi e-money (X3) dianggap konstan maka setiap transaksi kartu ATM/debit (X2) naik sebesar satu juta rupiah maka jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1) juga akan naik sebesar 2 juta rupiah.
Hal ini sesuai dengan hipotesis yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya.
Dimana M1 adalah uang kartal ditambah uang giral. Jika uang kartal dianggap konstan, maka peningkatan nominal transaksi kartu ATM/debit yang termasuk dalam kategori uang giral juga menyebabkan peningkatan terhadap M1.
Penggunaan kartu ATM/debit sudah menjadi hal lumrah di kalangan masyarakat, hampir setiap orang memiliki lebih dari satu kartu ATM/debit. Bahkan sebagian besar perusahaan menggunakan transaksi melalui kartu ATM/debit dalam memberikan gaji kepada karyawannya.
Pengguna ATM bisa melakukan transaksi keuangan hampir ke seluruh dunia, baik mengirim atau menarik uang dan melakukan pembayaran tagihan secara online tanpa harus mengantri di Bank.
Besarnya transaksi yang dilakukan melalui kartu ATM/debit inilah kemudian yang mempengaruhi jumlah uang beredar (M1), dimana semakin meningkatnya transaksi kartu ATM/debit, maka jumlah uang beredar (M1) juga akan semakin meningkat.
Hasil dari penelitian ini sesuai dengan pendapat Siti Hidayati (2006), dimana kemajuan perangkat pembayaran non tunai menggunakan kartu semacam ATM dan kartu debit dengan tabungan untuk underlyingnya menimbulkan
terjadinya perubahan manfaat tabungan dari simpanan yang tidak bisa diambil kapan saja membuat bentuk simpanan yang bisa diambil kapan saja seperti halnya simpanan giral. Sehingga pengklasifikasian tabungan yang menggunakan ATM atau kartu debit adalah bagian dari nerrow money (M1) dalam kategori uang giral bukan lagi M2. M1 sendiri merupakan uang kartal ditambah uang giral. Jika uang kartal dianggap konstan, maka peningkatan nominal transaksi kartu ATM/debit juga dapat menyebabkan peningkatan terhadap M1. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Nastiti Ninda Lintangsari (2018), yang berjudul “Analisis Pengaruh Instrumen Pembayaran Non Tunai Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia” dengan menggunakan metode regresi berganda, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif dan signifikan antara kartu ATM/debit terhadap jumlah uang beredar (M1).
Penelitian ini juga mendukung dari penelitian Lasondy Istanto dan Syarief Fauzie (2014) yang berjudul “Analisis Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Beredar di Indonesia” dengan menggunakan metode ECM yang menunjukkan hasil yang sesuai dengan analisis yang dilakukan oleh peneliti, dimana hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa transaksi APMK melalui proxy volume transaksi kartu ATM / debit berpengaruh postif dan signifikan terhadap M1 dalam jangka panjang dan jangka pendek.
Pengaruh Transaksi E-money Terhadap Jumlah Uang Beredar (M1) di Indonesia Berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa transaki e-money tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1).
Hasil penelitian ini tidak mendukung hipotesis ke empat, yaitu diduga terdapat pengaruh antara transaksi
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
375 pembayaran non tunai dengan menggunakan E-money terhadap jumlah uang beredar di Indonesia yang dikemukakan pada bab sebelumnya.
Karena dengan berkembangnya digitalisasi menyebabkan e-money semakin berkembang pesat khususnya pada sektor pembayaran ritel. Namun transaksi dalam sistem pembayaran masih didominasi dengan penggunaan uang kartal, mengingat tidak semua kelompok masyarakat dapat menggunakan uang elektronik karena pada beberapa wilayah tertentu seperti pada wilayah pantai dan pegunungan yang belum terjangkau perubahan teknologi sehingga transaksi pembayaran masih didominasi dengan penggunaan uang tunai.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Eduardus Arthur (2016), yang menunjukkan bahwa dalam jangka panjang e-money (uang elektronik) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap M1. Hasil penelitian ini diperkuat oleh pendapat dari Hidayati (2006) yang menyatakan bahwa E-money (uang elektronik) merupakan produk pra- bayar yang mana jumlah nilai uang disimpan didalam sebuah media elektronis yang dimiliki seseorang, yang besarnya akan berkurang pada waktu digunakan saat pembayaran beberapa macam jenis transaksi. E-money bisa dikeluarkan atas beban rekening nasabah yang berada di bank umum atau dengan setoran tunai. E- money (uang elektronik) merupakan alat pembayaran yang sifatnya liquid dan dapat disertakan dengan uang tunai atau giro.
Oleh karena itu perhitungan M1 di dalam statistik uang beredar, terkait dengan penerbitan E-money (uang elektronik) akan menjadi uang kartal ditambah uang giral ditambah float (dana E-money). Sehingga dapat disimpulkan bahwa perbandingan penggunaan e-money yang masih relatif kecil dibandingkan dengan penggunaan uang kartal, menyebabkan besarnya volume dalam transaksi uang elektronik selama
periode tahun 2015 triwulan I sampai dengan tahun 2019 triwulan II tidak mempengaruhi besarnya jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1), melainkan hanya merubah komposisi uang kartal dan uang giral.
Kesimpulan
1. Variabel independen yang berupa transaksi kartu kredit, transaksi kartu ATM/debit, dan transaksi e- money berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen, yaitu jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1).
2. Transaksi kartu kredit secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1), meski transaksi non tunai menggunakan kartu kredit mulai menjadi trend dikalangan masyarakat, namun transaksi dalam sistem pembayaran masih didominasi dengan uang kartal, mengingat tidak semua kalangan dapat dengan mudah memiliki kartu kredit yang disebabkan oleh beberapa proses yang terbilang cukup ketat dalam pembuatan kartu kredit.
3. Transaksi kartu ATM/debit secara parsial berpengaruh positif terhadap jumlah uang beredar dalam arti sempit (M1), dimana M1 adalah uang kartal ditambah uang giral.
Jika uang kartal dianggap konstan, maka peningkatan nominal transaksi kartu ATM/debit yang termasuk dalam kategori uang giral juga menyebabkan peningkatan terhadap jumlah uang beredar (M1).
4. Transaksi e-money secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah uang beredar (M1), seiring dengan berkembangnya digitalisasi menyebabkan e-money semakin berkembang pesat khususnya pada sektor pembayaran
Devi Kartika Sari dkk / JEDI Vol. 3 No. 2 (2020)
376 ritel. Namun transaksi dalam sistem pembayaran masih didominasi dengan penggunaan uang kartal, karena tidak semua golongan masyarakat dapat bertransaksi dengan e-money.
Saran
1. Penggunaan E-money yang menawarkan kemudahan dalam bertransaksi disertai berbagai promosi menarik salah satunya yaitu pemberian cashback dapat menimbulkan sifat konsumtif bagi penggunanya, untuk itu diperlukan peran Bank Indonesia dalam membatasi nominal cashback dan jumlah promosi yang ditawarkan oleh platform perdagangan elektronik dalam periode waktu tertentu agar jumlah uang beredar tetap terjaga sehingga tidak menimbulkan inflasi.
2. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan untuk dapat melakukan penelitian dengan menambah variabel BI-RTGS, Bilyet Giro, dan Kartu Prabayar atau faktor-faktor lain yang mempengaruhi jumlah uang beredar (M1), menambah periode penelitian, serta menggunakan metode penelitian lain seperti metode ECM untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih akurat dan maksimal.
DAFTAR PUSTAKA
Asmara, Chandra Gian. Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2017 Capai 5,07%. CNBC Indonesia. www.cnbcindonesia.com diakses pada tanggal 25 November 2019 Pukul 12.00 WIB.
Boediono. 1998. Ekonomi Moneter, Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi.
Yogyakarta : BPFE.
Fahmi, Irham. 2015. Manajemen Perbankan Konvensional dan Syariah. Jakarta : PT Mitra Wacana Media. Hal.239
Ghozali, Imam. 2016. Aplikasi Analisis Multivariete Dengan Program IBM SPSS 23 (Edisi 8). Cetakan ke VIII.
Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Hidayati Siti, dkk. 2006. Kajian Operasional E- Money. Jakarta: Bank Indonesia.
Istanto, Lasondy. Fauzie, Syarief. 2014.
Analisis Dampak Pembayaran Non Tunai Terhadap Jumlah Uang Yang Beredar di Indonesia, Jurnal Ekonomi dan Keuangan Vol.2 No.10.
Lintangsari dkk. 2018. Analisis Pengaruh Instrumen Pembayaran Non Tunai Terhadap Stabilitas Sistem Keuangan di Indonesia, Universitas Diponegoro.
Lukman, Arif. Mantapkan Diri Menerapkan
Less Cash Society,
www.kompasiana.com diakses tanggal 21 Oktober 2019 pukul 22.50 WIB.
Murni, Asfia. 2009. Ekonomika Makro Cetakan Kedua. Bandung : PT Refika Aditama.
Hal.116
Nazir. 2014. Metode Penelitian Cetakan Kesepuluh. Bogor : PT Ghalia Indonesia. Hal.79-110.
Peraturan Bank Indonesia No.11/12/PBI/2009 Tanggal 13 April 2009 Tentang Uang Elektronik (E-money)
Peraturan Bank Indonesia No.14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan atas No.11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaran Kegiatan APMK (Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu).
Rivai, Veithal dkk. 2001. Bank and Financial Institution Management. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, hal 1367.
Subari, Tri dan Ascarya. 2003. Kebijakan Sistem Pembayaran di Indonesia Seri Kebanksentralan No.8. Jakarta : Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan.
Hal.38
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada. Hal.270,295.
Tanpa Nama. Org, Perbedaan Uang Elektronik dan APMK, www.wikipedia.com diakses tanggal 9 Oktober 2019 pukul 19.21 WIB