• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. “Z” DENGAN AUTIS

N/A
N/A
kresna pradika

Academic year: 2023

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. “Z” DENGAN AUTIS"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN An. “Z” DENGAN AUTIS Disusun Untuk Memenuhi Tugas Keperawatan Anak

Dosen Pembimbing:

Disusun Oleh:

1. Novita Warhangan (220101529) 2. Rafika Lita Saputri (220101595)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN ALIH JENJANG UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

(2)

A. TRIGER CASE

Autis adalah kelainan syaraf yang unik, karena tidak ada tes medis yang dapat membedakan diagnosis autis. Diagnosisnya hanya bisa dilakukan oleh seorang professional yang sudah terbiasa yang terjadi pada masa anakanak, yang membuat seseorang tidak mampu mengadakan interaksi sosial, dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Autis adalah gangguan perkembangan (Fadhli, 2010, hlm.18). Kasus autis saat ini semakin banyak terjadi di dunia, termasuk di Indonesia. Saat ini penyakit autis sudah dapat dideteksi sejak dini. Meski demikian, pengetahuan awam mengenai autis dan bagaimana menanganinya masih belum diketahui luas (Rustinah, 2009)

Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan anak. Gangguan autis setidaknya ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan anak pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan adanya perilaku berulang. Penanganan semakin dini akan menghasilkan prognosis yang semakin baik juga. Anak autis pada umumnya akan mengalami hambatan dalam belajar, berkaitan dengan kurangnya kemampuan sosial dan pola perilaku yang tidak sama dengan anak pada umumnya (National Institute of Mental Health, 2008).

Beberapa metode penanganan anak autis yang dirangkum oleh Suteja antara lain yaitu:

Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi perilaku, terapi biomedik, fisioterapi, terapi sosial, play therapy, terapi musik, terapi lumbalumba, sekolah inklusi, dan sekolah pendidikan khusus (Suteja, 2014).

B. DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN

a. IDENTITAS 1) PASIEN

Nama : An. Z

Jenis Kelamin : Laki-laki Tanggal Lahir : 23 Maret 2017

Agama : Islam

Pendidikan terakhir : PAUD Diagnosa medik : Autisme

(3)

2) PENANGGUNG JAWAB

Nama : Ny. J

Umur : 40 th

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

b. RIWAYAT KESEHATAN 1) Keluhan utama

Ibu klien mengatakan kadang tidak mengerti anaknya berbicara apa. Kadang klien hanya mengulang yang diomongkan ibunya. Klien sering tiba-tiba menangis sendiri dan tertawa tanpa sebab. Akhir-akhir ini anaknya sering membenturkan kepalanya ke tembok.

2) Riwayat penyakit sekarang

Ibu klien mengatakan anaknya tidak mengalami gangguan tumbuh kembang sampai dengan umur 2 tahun. Setelah menginjak umur 3 tahun mulai terlihat anaknya mulai menarik diri dari lingkungan dan lebih senang bermain sendiri.

Anak sering sekali mengulang kata saat diajak berbicara orangtuanya. Anaknya paling suka bermain puzzle. Klien sering tidak mendengar jika dipanggil Klien nampak membatasi kontak mata dengan perawat.

3) Riwayat penyakit masa lalu Tidak ada.

4) Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien tinggal bersama dengan ayah dan ibunya. Ibu klien mengatakan tidak ada keluarganya yang mempunyai riwayat penyakit autisme. Jika ada anggota keluarga yang sakit, biasanya akan langsung dibawa berobat ke Puskesmas.

c. PENGKAJIAN POLA FUNGSI GORDON

1) Persepsi terhadap kesehatan dan manajemen kesehatan

Ibu klien mengatakan anaknya sejak lahir memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang normal, namun setelah menginjak umur 3 tahun mulai terlihat anaknya mulai menarik diri dari lingkungan dan lebih senang bermain sendiri. Anak sering sekali mengulang kata saat diajak berbicara orangtuanya.

Anaknya paling suka bermain puzzle. Klien sering tidak mendengar jika dipanggil.

(4)

2) Pola aktivitas dan latihan

Ibu Klien mengatakan bahwa klien mandi 2 kali dalam sehari. Saat mandi klien dimandikan oleh ibunya. Untuk berpakaian dibantu ibunya karena klien belum bisa mengenakan baju sendiri. Klien bisa memilih sendiri pakaian yang dia kenakan. Biasanya klien bermain sendiri. Saat melihat anak-anak lain bermain klien lebih memilih untuk bermain sendiri dan klien akan marah jika teman- temannya mendekatinya. Klien sangat suka bermain puzzle.

Skore 0 = mandiri

Skore 1 = dibantu sebagian Skore 2 = perlu dibantu orang lain

Skore 3 = perlu bantuan orang lain dan alat Skore 4 = tergantung/tidak mampu

3) Pola istirahat dan tidur

Ibu klien mengatakan saat dirumah anaknya tidur secara teratur. Setiap siang anaknya tidur selama 2 jam. Dan saat malam anaknya biasa tidur dari pukul 20.00 – 05.00. saat tidur klien biasa terbangun 2 kali untuk BAK.

4) Pola nutrisi metabolik

Ibu klien mengatakan, sejak awal MP-ASI anaknya memang susah makan.

Anaknya paling suka makan dengan lauk telur. Jika makan tidak ada telurnya klien akan marah. Klien tidak pernah mengonsumsi sumplemen penambah nafsu makan ataupun vitamin-vitamin lainnya. Ibu klien mengatakan anaknya biasa makan 3 kali dalam sehari habis 1 porsi. Klien biasa minum susu sehari 2 kali dan minum air putih 6 gelas dalam 1 hari.

AKTIVITAS 0 1 2 3 4

Mandi V

Berpakaian/berdandan V

Mobilisasi di TT V

Pindah V

Ambulasi V

Makan/minum V

(5)

5) Pola eliminasi

a) Kebiasaan BAB :Dalam batas normal b) Kebiasaan BAK :Dalam batas normal 6) Pola kognitif dan perceptual

Ibu klien mengatakan anaknya sering sekali mengulang-ngulang kata saat berbicara namun kadang susah untuk dimengerti. Klien mampu menyelesaikan puzzle yang perawat berikan namun klien tidak mau mengikuti perintah perawat.

Tidak ada gangguan pada penglihatan, pendengaran pengecapan, penciuman dan perasa klien.

7) Pola konsep diri

Ibu klien mengatakan anaknya adalah anak suka sekali bermain sendiri. Klien tidak mau diganggu saat bermain. Klien akan marah saat ada yang mendekatinya. Klien selalu mengulangi permainan yang sama.Klien selalu berekspresi datar sehingga orang sekitarnya tidak bisa mengerti perasaan klien. Saat klien tidak mendapatkan apa yang diinginkan, klien akan marah dan membenturkan kepalanya ke tembok.

8) pola koping

Ibu klien mengatakan, belum bisa menerima kalau anaknya sakit. Ibu klien belum paham betul tentang perawatan pada anak autis dan penanganannya. Ibu klien berharap anaknya akan segera sembuh.

9) Pola seksual reproduksi -

10) Pola peran berhubungan

Ibu klien mengatakan anaknya lebih suka bermain sendiri, dan mengulang-ulang permainan yang sama. Klien nampak membatasi kontak mata. Klien tidak menoleh saat dipanggil.

11) Pola nilai dan kepercayaan

Keluarga klien menganut agama Islam. Keluarga klien mengatakan pasrah dan menganggap penyakit anaknya hanyalah cobaan dan akan segera berakhir.

d. PEMERIKSAAN FISIK

1) Kesadaran : GCS 15 (Compos Mentis) 2) Tanda-tanda vital

(6)

TD : 90/60 mmHg ; Suhu : 36,8 C ; Nadi : 100 x/menit ; Respirasi: 36 x/menit 3) Pertumbuhan fisik :

TB : 92 cm BB : 20 kg

4) Keadaan kulit : Kulit bersih, Turgor kulit normal, terlihat dahinya agak membiru bekas benturan tembok.

e. PEMERIKSAAN SECARA SISTEMIK 1) Kepala: Tidak nampak kelainan

2) Leher : tidak nampak ada kelainan. Tidak ada peningkatan JVP.

3) Dada : paru dan jantung PARU:

a) Inspeksi : Tidak ada sesak nafas maupun batuk. Bentuk dada simestris , tidak ada retraksi dada, irama pernafasan teratur

b) Palpasi :Ekspansi paru anterior dan posterior dada normal, tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa

c) Perkusi : sonor

d) Auskultasi : suara vesikuler JANTUNG:

a) Inspeksi : Tidak nampak pulsasi ictus cordi b) Palpasi : Pulsasi ictus kordis teraba.

c) Perkusi : Basic jantung berada di ICS II dari lateral ke media linea, para sterna sinistra, tidak melebar, Pinggang jantung berada di ICS III dari linea para sterna kiri, tidak melebar,

d) Apeks jantung berada di ICS V dari linea midclavikula sinistra, tidak melebar.

e) Auskultasi : bunyi jantung normal dan reguler 4) Abdomen

a) Inspeksi : bentuk abdomen bulat datar, tidak nampak ikterik, tidak nampak ada massa maupun bekas operasi

b) Auskultasi : peristaltik usus 4 kali per menit c) Perkusi : Tympani

d) Palpasi : tidak ada massa, maupun nyeri tekan

5) Genetalia : Klien tidak memakai alat bantu untuk BAK, area genital bersih.

(7)

6) Anus dan Rektum : Tidak ada pembesaran vena/hemorroid. Tidak ada kelainan pada anus dan rektum klien.

7) Ektremitas

Atas : tidak ada kelainan Bawah : Tidak ada kelainan Kekuatan otot ektremitas :

5 5

5 5

f. PEMERIKSAAN PENUNJANG Hasil Laboratorium -

g. TERAPI YANG DIBERIKAN

(8)

ANALISA DATA

Nama : An “Z” Ruangan : Melati 1

Diagnosa Medis : Autisme Tanggal Lahir : 23 Maret 2017 Tanggal MRS : 25 November 2021

NO DATA ETIOLOGI MASALAH

KEPERAWATAN 1. DS :

a. Ibu klien mengatakan kadang tidak mengerti anaknya berbicara apa. Kadang anaknya hanya mengulang yang diomongkan ibunya.

b. Ibu klien mengatakan klien sering tiba-tiba menangis sendiri dan tertawa tanpa sebab.

DO :

a. Klien hanya menggunakan beberapa kata yang terbatas

b. Ekspresi klien nampak datar sehingga orang sekitarnya tidak bisa mengerti perasaan klien c. Klien membatasi kontak mata

Gangguan Neuromuskuler

Gangguan Komunikasi Verbal (D.0119)

2. DS :

Ibu klien mengatakan anaknya lebih suka bermain sendiri, dan mengulang-ulang permainan yang sama

DO :

Klien nampak membatasi kontak mata Klien tidak menoleh saat dipanggil

Defisiensi Bicara Gangguan Interaksi Sosial (D.0118)

3. DS:

Ibu klien mengatakan belum terlalu memahami mengenai penyakit dan cara perawatan anaknya DO:

Saat ditanya mengenai penyakit anaknya ibu klien kurang tepat dalam menjawab

Kurang terpapar informasi

Defisit Pengetahuan (D.0111)

(9)

4. DS :

Ibu klien mengatakan anaknya mengalami keterlambatan dalam berbicara. Saat diajak berbicara klien nampak kurang memahami percakapan yang sedang ditujukan

Saat mandi klien dimandikan oleh ibunya. Untuk berpakaian dibantu ibunya karena klien belum bisa mengenakan baju sendiri.

DO:

Klien tampak akan marah jika teman-temannya mendekatinya

Klien nampak membatasi kontak mata

Efek

ketidakmampuan fisik

Gangguan Tumbuh Kembang (D.0106)

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan neuromuskuler dibuktikan dengan tidak mampu berbicara atau mendengar

2. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan defisiensi bicara dibuktikan dengan merasa tidak nyaman dengan situasi sosial

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi

4. Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmampuan fisik dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik, Bahasa, motoric, psikososial)

(10)

INTERVENSI KEPERAWATAN

Nama : An “Z” Ruangan : Melati 1

Diagnosa Medis : Autisme Tanggal Lahir : 23 Maret 2017 Tanggal MRS : 25 November 2021

No

Diagnosa Keperawat

an

Perencanaan Implementasi Evaluasi

Tujuan Intervensi

1. Gangguan komunikasi verbal

berhubungan dengan gangguan neuromuskule r dibuktikan dengan tidak mampu berbicara atau mendengar

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 1 X 24 jam diharapkan

komunikasi verbal meningkat,

dengan kriteria hasil :

a. Kemampuan bicara meningkat b. Kemampuan

mendengar meningkat

Promosi Komunikasi: Defisit Bicara Observasi :

-Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara (mis. Memori, pendengaran, dan Bahasa)

Terapeutik :

-Gunakan metode komunikasi alternative (mis. Menulis, mata berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf)

Edukasi :

-Anjurkan berbicara perlahan Kolaborasi :

- Rujuk ke ahli patologi bicara atau terapis

Pukul 10:00 WIB

-Memonitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologis yang berkaitan dengan bicara (mis.

Memori, pendengaran, dan Bahasa)

-Menganjurkan berbicara perlahan

-Menggunakan metode

komunikasi alternative (mis.

Menulis, mata berkedip, papan komunikasi dengan gambar dan huruf)

-Kolaborasi dengan ahli patologi

Pukul 12:00 WIB

S : Ibu pasien mengatakan bahwa perkataan anak nya sudah mulai di mengerti

O : Pada saat berbicara pasien sudah dapat menggunakan beberapa kata yang dapat dimengerti

Ekspresi saat berbicara ada A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

2. Gangguan interaksi

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan

Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial

Observasi

Pukul 11:00 WIB

-Mengidentifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial

Pukul 12:00 WIB

S : Ibu klien mengatakan anaknya sudah mulai berinteraksi dengan

(11)

sosial

berhubungan dengan defisiensi bicara dibuktikan dengan merasa tidak nyaman dengan situasi sosial

selama 1 X 24 jam maka interaksi sosial meningkat, dengan kriteria hasil :

a.Perasaan

nyaman dengan situasi sosial meningkat b.Responsive pada

orang lain

meningkat

- Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial Teraupetik

- Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial

- Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, jika perlu Edukasi

- Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial

- Latih keterampilan sosial secara bertahap

-Memotivasi untuk berlatih keterampilan social

-Melibatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial, jika perlu

-Menjelaskan tujuan melatih keterampilan social

-Melatih keterampilan social secara bertahap

orang lain

O: Respon klien sudah ada saat dipanggil

A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 1 X 24 jam maka tingkat pengetahuan meningkat, dengan kriteria hasil :

a.Verbalisasi minat dalam belajar meningkat

Eduksi kesehatan Obeservasi :

a. Identifikasi kesiapan dan

kemampuan menerima informasi Edukasi :

a. Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan

b.Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Pukul 14:00 WIB

- Mengidentifikasi kesiapan dan kemampuan menerima

informasi

- Menjelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi

Kesehatan

- Mengajarkan perilaku hidup bersih dan sehat

Pukul 15:00 WIB

S : Ibu klien sudah memahami tentang penyakit dan perawatan anak nya

O : ibu klien sudah bisa menjawab tentang pertanyaan anak nya A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(12)

b. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi menurun 4. Gangguan

tumbuh kembang berhubungan dengan efek ketidakmamp uan fisik dibuktikan dengan tidak mampu melakukan keterampilan atau perilaku khas sesuai usia (fisik, Bahasa, motorik, psikososial)

Setelah dilakukan intervensi

keperawatan selama 1 X 24 jam maka status perkembangan membaik, dengan kriteria hasil : a. Keterampilan/pe

rilaku sesuai usia meningkat b. Kemampuan

melakukan perawatan diri meningkat c. Respon sosial

meningkat

Perawatan perkembangan Observasi :

a. Identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak

Terapeutik :

a. Fasilitasi anak melatih ketrampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri (mis.

Makan, sikat gigi, memakai baju) Edukasi :

a.Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anak nya

Pukul 14:00 WIB

- Mengidentifikasi pencapaian tugas perkembangan anak - Memfasilitasi anak melatih

ketrampilan pemenuhan kebutuhan secara mandiri (mis. Makan, sikat gigi, memakai baju)

- Menganjurkan orang tua berinteraksi dengan anak nya

Pukul 15:00 WIB

S : Ibu klien mengatakan anak nya sudah mulai berbicara

O : klien sudah mulai memahami pertanyaan yang ditujukan A : Masalah belum teratasi P : Intervensi dilanjutkan

(13)

C. EBN

No. Peneliti Tahun Judul Metode penelitian Hasil

1 Titisa ballerina

2016 Meningkatkan rentang

perhatian anak autis dalam pembelajaran pengenalan huruf

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan desain penelitian studi kasus.

Subjek penelitian ini adalah satu anak dengan gangguan autis ringan. Objek penelitian adalah metode pembelajaran mengenal huruf pada autis dan rentang perhatian anak autis.

Metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dokumen, dan tes psikologis

Anak autis memerlukan metode belajar yang sesuai dengan dirinya masing-masing. oleh sebab itu diperlukan asesmen terlebih dahulu untuk mengetahui minat, kelebihan, kekurangan dan karakter lainnya. Hal tersebut berguna untuk menentukan metode pembelajaran yang efektif untuk anak autis. Kerja sama antara guru dan orangtua memiliki peran penting dalam proses pembelajaran anak autis.

Konsistensi penerapan intervensi dan kepekaan terhadap kebutuhan anak autis menjadi poin penting dalam keberhasilan intervensi yang dilakukan

2 Desta

sarasati raharjo, dera alfiyanti, S eko purnomo

2014 Pengaruh Terapi Bermain

Menggunting Terhadap Peningkatan Motorik Halus

Pada Anak

Autisme Usia 11 – 15 Tahun di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang

Metode penelitian ini menggunakan pendekatan pre- test and post-test design dengan intervensi pada suatu kelompok tanpa pembanding.

Populasi dalam penelitian ini adalah anak autisme yang ada di Sekolah Luar Biasa Negeri Semarang pada bulan Januari sampai Desember 2012-2013 adalah 32 anak dan peneliti menetapkan jumlah metode dengan metode total sampling.

Berdasarkan hasil distribusi motorik halus responden sebelum dilakukan terapi bermain : menggunting terlihat responden cenderung didominasi oleh responden yang merupakan penderita autis pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang yang memiliki motorik halus kurang baik

Berdasarkan hasil distribusi motorik halus responden setelah dilakukan terapi bermain : menggunting terlihat semua anak

(14)

penderita autis pada Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang memiliki motorik halus yang baik.

Hal ini menunjukkan adanya peningkatan dari motorik halus kurang baik menjadi baik

Hasil ini membuktikan bahwa ada pengaruh terapi bermain

menggunting terhadap

perkembangan motorik halus anak autisme di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Semarang.

D. SIMPULAN

Autisme merupakan salah satu gangguan perkembangan anak. Gangguan autis setidaknya ditunjukkan dengan kurangnya kemampuan anak pada kemampuan interaksi sosial, komunikasi verbal dan non-verbal, dan adanya perilaku berulang. Penanganan semakin dini akan menghasilkan prognosis yang semakin baik juga. Anak autis pada umumnya akan mengalami hambatan dalam belajar, berkaitan dengan kurangnya kemampuan sosial dan pola perilaku yang tidak sama dengan anak pada umumnya.

Beberapa metode penanganan anak autis yang dirangkum oleh Suteja antara lain yaitu: Applied Behavioral Analysis (ABA), terapi perilaku, terapi biomedik, fisioterapi, terapi sosial, play therapy, terapi musik, terapi lumbalumba, sekolah inklusi, dan sekolah pendidikan khusus

Dari kasus yang disampaikan dapat ditarik diagnose keperawatan yaitu gangguan komunikasi verbal, gangguan interaksi social, defisit pengetahuan dan gangguan tumbuh kembang. Evaluasi dari diagnose keperawatan adalah 4 masalah keperawatan belum teratasi maka perlu dilakukan intervensi lanjutan.

E. LAMPIRAN (terlampir)

Referensi

Dokumen terkait

Mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi atau untuk pengobatan proses infeksi local... 3) Dx 3: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Hasil evaluasi dari setiap diagnosa serta membandingkan dengan kriteria hasil adalah sebagai berikut : a) Ansietas berhubungan dengan tindakan praoperasi. Berdasarkan

Hasil studi kasus ini menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien ca paru dalam pemenuhan kebutuhan rasa nyaman dengan masalah nyeri akut berhubungan

KESIMPULAN DAN SARAN Pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien sirosis hepatis dalam pemenuhan kebutuhan rasa aman dan nyaman dengan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan

Hasil evaluasi pada diagnosis keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme jalan nafas dibuktikan dengan batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk, sputum

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada diagnosis Harga diri rendah situasional berhubungan dengan gangguan peran sosial dibuktikan dengan menilai diri negatif hasil evaluasi pada

Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan adanya luka fraktur femur dextra Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan mobilitas fisik pasien meningkat dengan,

Dalam evaluasi untuk diaknosa ketidak efektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan infark jaringan otak, belum teratasi karena pasien masih lemah, bicara masih belum jelas,